Author : Pokpak
Dee // VIXX’s Lee Jaehwan and Laboum’s Yeom Haein
Angst // Ficlet // PG-15 // 1036 word
“Mianhae Haein-ah.
Mianhae aku tidak menjagamu dengan baik.”
Seorang namja berambut hitam dengan poni menghiasi wajahnya terlihat sedang
berdiri di sebuah ruangan. Perlahan dia menghampiri sebuah kursi di tengah
ruangan tersebut. Kemudian dia duduk di kursi yang terbuat dari kayu itu.Di
depannya terdapat kanvas yang dijepit dengan easel. Sedang di sampingnya terdapat sebuah meja. Di atas meja itu
terdapat berbagai peralatan melukis. Sementara di samping meja tempat ia duduk
terdapat pigura dengan berbagai ukuran. Matanya memandang lekat sebauh sketsa
bergambar wajah seorang yeoja yang
menghadap ke samping.
Di sana terlihat seorang yeoja yang merupakan objek lukisan
sedang duduk. Dia memakai mini dress rajut
berwarna merah muda. Yeoja itu melirik
ke arah orang yang melukisnya kemudian tersenyum dam mengeluarkan dimpelnya. Namja yang melukisnya pun ikut tersenyum
melihat senyuman yeojachingu-nya itu.
Namja itu dengan trampil menggerakkan
tangannya yang memegang pensil untuk menyelesaikan lukisan sketsa itu. Setelah
dia kira lukisannya selesai, namja
itu memandang dengan teliti setiap sudut lukisan yang ia buat. Tak berapa lama,
dia mengacungkan jempolnya yang masih membawa pensil sambil mengedipkan mata
kanannya dengan tersenyum. Yeojachingu-nya
pun ikut tersenyum.
Namja itu kemudian berdiri dari tempatnya dan
menghampiri yeojachingu-nya yang ada
di depannya. Lalu namja itu jongkok
di depan yeoja-nya itu sembari memegang
tangannya. Dia mengelus tangan yeoja
itu dengan penuh kasih. Mereka pun tersenyum bersamaan.
Kini namja
itu berdiri dari tempatnya. Dia ingin memperlihatkan hasil lukisannya pada yeoja itu. Dia berjalan ke arah kursi
yang ia gunakan tadi kemudian duduk.
"Haein-ah coba lihat lukisan yang sudah selesai kubuat." Kata namja itu sambil menggerakkan tangannya
agar yeoja bernama Haein itu datang.
Haein pun berdiri dari tempatnya. Kemudian
dia menghampiri namjachingu-nya. Dia
berdiri di samping namja-nya duduk.
Kemudian dia melihat lukisan yang dibuat namjachigu-nya
dan tersenyum.
"Omo
Jaehwan oppa yang terbaik dalam menlukis."
Puji Haein sambil mengacungkan jempol pada lukisan sketsa wajah yang dibuat namjachigu-nya.
Namja dengan nama Jaehwan bermarga Lee itu
pun tersenyum puas dengan pujian yeojachingu-nya.
Dia menatap Haein yeojachingu-nya
itu. Tangannya hendak memegang tangan yeojachingu-nya
yang sedang merangkulnya. Tiba-tiba yeojachingu-nya
menghilang entah kemana. Raut wajah yang semula berbinar senyum kini berubah
menjadi muram. Jaehwan memegangi kepalanya. Akhirnya Jaehwan tersadar dari
segala ilusi yang dia buat. Dia pun memandang lukisan yeoja di depannya. Jaehwan memegangi lukisan itu sampai dia tak
kuasa menyeka air matanya. Dia berusaha menenagkan dirinya.
~~~~~
Pagi telah tiba, matahari mulai mendobrak
gorden di depan ranjang tidur Jaehwan. Sinarnya mulai menyinari hingga membuat Jaehwan
bangun dari tidurnya. Dia mulai membuka matanya.Di sampingnya ia lihat yeojachingu-nya masih tertidur pulas.
Enggan pergi dari ranjang tidurnya, Jaehwan memilih memandangi kekasihnya yang
masih tertidur pulas. Dia belai rambut yeoja
yang masih tertidur itu. Beberapa saat kemudian dia pergi menuju dapur untuk mengambil
segelas air mineral. Sambil tersenyum, dia kembali duduk di samping yeoja yang masih tertidur itu sambil
membangunkannya.
“Haein-ah
irona.”Kata Jaehwan sambil menepuk
lengan yeoja-nya lembut.
Tak butuh waktu lama, Haein pun segera
bangun dari tidurnya. Jaehwan memegang tangan Haein untuk membantunya bangun.
Setelah berhasil bangun, Jaehwan memberi Haein segelas air mineral yang tadi ia
ambil. Haein segera meminum air yang diberikan. Sementara itu, Jaehwan
memandang Haein yang sedang minum. Tangannya ia gunakan sebagai penyangga
kepalanya.
Sekarang Jaehwan mengajak Haein turun dari
tempat tidur. Mereka berjalan dengan menggandeng tangan satu sama lain.
Akhirnya mereka duduk di depan pintu. Haein kembali meminum air di gelasnya
sambil masih melekatkan tangannya di lengan Jaehwan.
“Minumlah dengan baik. Pelan-pelan nanti
kau bias tersedak Haein-ah.” Kata
Jaehwan mengingatkan.
“Nee
oppa. Aku minum dengan pelan pelan. Jangan khawatirkan aku.” Kata Haein
dengan tersenyum dan mengeluarkan dimpelnya kembali.
Beberapa menit kemudian, Haein memilih
menjadikan bahu Jaehwan sebagai penyangga kepalanya. Dia menyenderkan kepalanya
di bahu Jaehwan sambil tersenyum. Jaehwan pun ikut tersenyum melihat kelakuan yeojachingu-nya itu. Jaehwan menoleh ke
arah Haein. Ternyata yeojachingu-nya
menghilang lagi. Jaehwan melihat di skeliling namun tak berhasil menemukan yeoja itu. Dia terpaku ditempatnya duduk.
Jaehwan kembali ke tempat tidurnya. Dia
masih membeku mengingat semua kejadian yang ia alami. Kepalanya mulai terasa
sakit. Dia memegang kepalanya dan berusaha mengendalikan dirinya. Dia tersadar
jika terjebak dalam fantasinya lagi. Dia pun menangis sejadi jadinya. Tangisan
itu membawa ingatannya dimasa lalu.
Flashback
Sore yang begitu cerah, tak terlihat awan
mendung sedikitpun. Jaehwan sudah memiliki rencana untuk menonton sebuah
pertunjukan musical dengan yeojachingu-nya. Dia menjemput Haein di
rumahnya dengan mengendarai sebuah motor. Setelah siap mereka berdua pergi ke
tempat pertunjukan musical.
Jaehwan sudah terbiasa memacu kendaraannya
dengan kecepatan tinggi. Haein yang biasanya cerewat jika namjachingu-nya berkendara dengan kecepatan tinggi hanya terdiam
sore itu. Sempat terlintas dipikiran Haein untuk mengingatkan namjachingu-nya tetapi entah mengapa
mulutnya tetap membisu. Ditengah perjalanan itu ada seorang ahjussi yang mengendarai motornya dengan
ugal ugalan. Ahjussi itu terlihat
separti orang mabuk yang tak tahu arah. Jaehwan mengendarai motornya secara
biasa. Namun tak seperti yang ia duga, ahjussi
itu menyenggol bagian belakang motornya. Jaehwan tidak bisa mengendalikan
motornya dengan baik. Dia pun segera menarik rem untuk menghentikan motornya.
Dia menengok ke belakang untuk memastikan tidak terjadi sesuatu. Tapi ia justru
mendapati Haein sudah terkapar jauh beberapa meter di belakangnya. Jaehwan pun
segera menstandarkan motornya di pinggir jalan dan berlari ke arah yeojachinggu-nya. Setelah tiba dia
melihat Haein sudah bersimbah darah.
“Haein-ah
bertahanlah sebentar. Oppa akan
membawamu ke rumahsakit.” Kata Jaehwan dengan raut yang sangat panik.
Jaehwan pun segera menstop taksi untuk
membawa kekasihnya ke rumah sakit. Setelah berhasil menstop taksi, ia segera
membopong kekasihnya. Sekarang taksi itu sudah berhasil membawa Haein ke rumah
sakit terdekat. Jaehwan membawa Haein ke ruang IGD. Dokter yang berjaga pun
sudah bersiap untuk melakukan pertolongan. Namun Tuhan berkata lain. Haein
tewas setelah sempat memperoleh pertolongan dari dokter.
End of flashback
“Mianhae
Haein-ah. Mianhae aku tidak menjagamu dengan baik.” Kata Jaehwan terus
menangis dan menyalahkan dirinya atas kejadian itu.
Jaehwan berteriak tak karuan di rumahnya
sendiri. Dia terus menyalahkan dirinya. Dia terus menganggap dirinyalah
penyebab kematian kekasihnya. Dia terus memegangi kepalanya sambil memukulkan
tangannya ke tembok. Sekarang dia lari ke kamar mandi dan terus berteriak. Dia
memukulkan tangannya di kaca yang terpasang disana. Kedua tangannya berlumuran
darah. Dia menatap dirinya dalam kaca yang sudah retak itu. Setelah termenung
cukup lama, Jaehwan berjalan menuju bathtub
kamar mandi miliknya. Dia berjalan seperti mayat hidup. Dia duduk di pinggir bathtub yang penuh air itu. Dengan air
mata yang masih menetes, dia masih merenung dan berusaha mengendalikan dirinya.
Sampai akhirnya dia menutup kedua matanya dan menenggelamkan dirinya dalam bathtub itu.