Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Selasa, 20 September 2016

[Ficlet] Fantasy

Diposting oleh Unknown di 07.24



Author : Pokpak Dee // VIXX’s Lee Jaehwan and Laboum’s Yeom Haein
Angst // Ficlet // PG-15 // 1036 word

Mianhae Haein-ah. Mianhae aku tidak menjagamu dengan baik.”


Seorang namja berambut hitam dengan poni menghiasi wajahnya terlihat sedang berdiri di sebuah ruangan. Perlahan dia menghampiri sebuah kursi di tengah ruangan tersebut. Kemudian dia duduk di kursi yang terbuat dari kayu itu.Di depannya terdapat kanvas yang dijepit dengan easel. Sedang di sampingnya terdapat sebuah meja. Di atas meja itu terdapat berbagai peralatan melukis. Sementara di samping meja tempat ia duduk terdapat pigura dengan berbagai ukuran. Matanya memandang lekat sebauh sketsa bergambar wajah seorang yeoja yang menghadap ke samping.



Di sana terlihat seorang yeoja yang merupakan objek lukisan sedang duduk. Dia memakai mini dress rajut berwarna merah muda. Yeoja itu melirik ke arah orang yang melukisnya kemudian tersenyum dam mengeluarkan dimpelnya. Namja yang melukisnya pun ikut tersenyum melihat senyuman yeojachingu-nya itu. Namja itu dengan trampil menggerakkan tangannya yang memegang pensil untuk menyelesaikan lukisan sketsa itu. Setelah dia kira lukisannya selesai, namja itu memandang dengan teliti setiap sudut lukisan yang ia buat. Tak berapa lama, dia mengacungkan jempolnya yang masih membawa pensil sambil mengedipkan mata kanannya dengan tersenyum. Yeojachingu-nya pun ikut tersenyum.



Namja itu kemudian berdiri dari tempatnya dan menghampiri yeojachingu-nya yang ada di depannya. Lalu namja itu jongkok di depan yeoja-nya itu sembari memegang tangannya. Dia mengelus tangan yeoja itu dengan penuh kasih. Mereka pun tersenyum bersamaan.



Kini namja itu berdiri dari tempatnya. Dia ingin memperlihatkan hasil lukisannya pada yeoja itu. Dia berjalan ke arah kursi yang ia gunakan tadi kemudian duduk.



"Haein-ah coba lihat lukisan yang sudah selesai kubuat." Kata namja itu sambil menggerakkan tangannya agar yeoja bernama Haein itu datang.



Haein pun berdiri dari tempatnya. Kemudian dia menghampiri namjachingu-nya. Dia berdiri di samping namja-nya duduk. Kemudian dia melihat lukisan yang dibuat namjachigu-nya dan tersenyum.



"Omo Jaehwan oppa yang terbaik dalam menlukis." Puji Haein sambil mengacungkan jempol pada lukisan sketsa wajah yang dibuat namjachigu-nya.



Namja dengan nama Jaehwan bermarga Lee itu pun tersenyum puas dengan pujian yeojachingu-nya. Dia menatap Haein yeojachingu-nya itu. Tangannya hendak memegang tangan yeojachingu-nya yang sedang merangkulnya. Tiba-tiba yeojachingu-nya menghilang entah kemana. Raut wajah yang semula berbinar senyum kini berubah menjadi muram. Jaehwan memegangi kepalanya. Akhirnya Jaehwan tersadar dari segala ilusi yang dia buat. Dia pun memandang lukisan yeoja di depannya. Jaehwan memegangi lukisan itu sampai dia tak kuasa menyeka air matanya. Dia berusaha menenagkan dirinya.



~~~~~



Pagi telah tiba, matahari mulai mendobrak gorden di depan ranjang tidur Jaehwan. Sinarnya mulai menyinari hingga membuat Jaehwan bangun dari tidurnya. Dia mulai membuka matanya.Di sampingnya ia lihat yeojachingu-nya masih tertidur pulas. Enggan pergi dari ranjang tidurnya, Jaehwan memilih memandangi kekasihnya yang masih tertidur pulas. Dia belai rambut yeoja yang masih tertidur itu. Beberapa saat kemudian dia pergi menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral. Sambil tersenyum, dia kembali duduk di samping yeoja yang masih tertidur itu sambil membangunkannya.



“Haein-ah irona.”Kata Jaehwan sambil menepuk lengan yeoja-nya lembut.



Tak butuh waktu lama, Haein pun segera bangun dari tidurnya. Jaehwan memegang tangan Haein untuk membantunya bangun. Setelah berhasil bangun, Jaehwan memberi Haein segelas air mineral yang tadi ia ambil. Haein segera meminum air yang diberikan. Sementara itu, Jaehwan memandang Haein yang sedang minum. Tangannya ia gunakan sebagai penyangga kepalanya.



Sekarang Jaehwan mengajak Haein turun dari tempat tidur. Mereka berjalan dengan menggandeng tangan satu sama lain. Akhirnya mereka duduk di depan pintu. Haein kembali meminum air di gelasnya sambil masih melekatkan tangannya di lengan Jaehwan.



“Minumlah dengan baik. Pelan-pelan nanti kau bias tersedak Haein-ah.” Kata Jaehwan mengingatkan.



Nee oppa. Aku minum dengan pelan pelan. Jangan khawatirkan aku.” Kata Haein dengan tersenyum dan mengeluarkan dimpelnya kembali.



Beberapa menit kemudian, Haein memilih menjadikan bahu Jaehwan sebagai penyangga kepalanya. Dia menyenderkan kepalanya di bahu Jaehwan sambil tersenyum. Jaehwan pun ikut tersenyum melihat kelakuan yeojachingu-nya itu. Jaehwan menoleh ke arah Haein. Ternyata yeojachingu-nya menghilang lagi. Jaehwan melihat di skeliling namun tak berhasil menemukan yeoja itu. Dia terpaku ditempatnya duduk.



Jaehwan kembali ke tempat tidurnya. Dia masih membeku mengingat semua kejadian yang ia alami. Kepalanya mulai terasa sakit. Dia memegang kepalanya dan berusaha mengendalikan dirinya. Dia tersadar jika terjebak dalam fantasinya lagi. Dia pun menangis sejadi jadinya. Tangisan itu membawa ingatannya dimasa lalu.



Flashback



Sore yang begitu cerah, tak terlihat awan mendung sedikitpun. Jaehwan sudah memiliki rencana untuk menonton sebuah pertunjukan musical dengan yeojachingu-nya. Dia menjemput Haein di rumahnya dengan mengendarai sebuah motor. Setelah siap mereka berdua pergi ke tempat pertunjukan musical.



Jaehwan sudah terbiasa memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Haein yang biasanya cerewat jika namjachingu-nya berkendara dengan kecepatan tinggi hanya terdiam sore itu. Sempat terlintas dipikiran Haein untuk mengingatkan namjachingu-nya tetapi entah mengapa mulutnya tetap membisu. Ditengah perjalanan itu ada seorang ahjussi yang mengendarai motornya dengan ugal ugalan. Ahjussi itu terlihat separti orang mabuk yang tak tahu arah. Jaehwan mengendarai motornya secara biasa. Namun tak seperti yang ia duga, ahjussi itu menyenggol bagian belakang motornya. Jaehwan tidak bisa mengendalikan motornya dengan baik. Dia pun segera menarik rem untuk menghentikan motornya. Dia menengok ke belakang untuk memastikan tidak terjadi sesuatu. Tapi ia justru mendapati Haein sudah terkapar jauh beberapa meter di belakangnya. Jaehwan pun segera menstandarkan motornya di pinggir jalan dan berlari ke arah yeojachinggu-nya. Setelah tiba dia melihat Haein sudah bersimbah darah.



“Haein-ah bertahanlah sebentar. Oppa akan membawamu ke rumahsakit.” Kata Jaehwan dengan raut yang sangat panik.



Jaehwan pun segera menstop taksi untuk membawa kekasihnya ke rumah sakit. Setelah berhasil menstop taksi, ia segera membopong kekasihnya. Sekarang taksi itu sudah berhasil membawa Haein ke rumah sakit terdekat. Jaehwan membawa Haein ke ruang IGD. Dokter yang berjaga pun sudah bersiap untuk melakukan pertolongan. Namun Tuhan berkata lain. Haein tewas setelah sempat memperoleh pertolongan dari dokter.



End of flashback



Mianhae Haein-ah. Mianhae aku tidak menjagamu dengan baik.” Kata Jaehwan terus menangis dan menyalahkan dirinya atas kejadian itu.



Jaehwan berteriak tak karuan di rumahnya sendiri. Dia terus menyalahkan dirinya. Dia terus menganggap dirinyalah penyebab kematian kekasihnya. Dia terus memegangi kepalanya sambil memukulkan tangannya ke tembok. Sekarang dia lari ke kamar mandi dan terus berteriak. Dia memukulkan tangannya di kaca yang terpasang disana. Kedua tangannya berlumuran darah. Dia menatap dirinya dalam kaca yang sudah retak itu. Setelah termenung cukup lama, Jaehwan berjalan menuju bathtub kamar mandi miliknya. Dia berjalan seperti mayat hidup. Dia duduk di pinggir bathtub yang penuh air itu. Dengan air mata yang masih menetes, dia masih merenung dan berusaha mengendalikan dirinya. Sampai akhirnya dia menutup kedua matanya dan menenggelamkan dirinya dalam bathtub itu.


 

ACE's B-Golds JackVIP Copyright © 2011 Designed by Dita Blogger Template Sponsored by web hosting