Tittle |
Blossom Tears |
Author |
HalfAngel |
Main Cast |
Park Chaeyoung as Rosseane |
|
Lee Seonghwa as Gray |
Genre |
Drama, Angst
|
Length |
Ficlet |
Rating |
T |
Summary |
Pria dengan setelan jas rapi itu mengeluarkan sebuah toples dari
almari yang dibukanya. Toples bening yang ada dalam genggaman pria itu
terlihat berisi cairan merah, dengan sebuah organ di dalamnya |
Hallo~
Kali ini author membawakan cerpen special yang
terinspirasi dari MV Lyn ft. Leo – Blossom Tears. Sebenernya kalau mau dibilang
FF juga bukan sih kkk~ Ini pesanan teman author yang minta dibikinin artikel
buat keperluan mendadak, author nggak bisa dan setelah bernegosiasi alhasil
inilah jadinya. Karena author nggak bisa ngarang bebas macam anak SD dalam
waktu singkat, apalagi harus pakai nama lokal kkk~ Author memutuskan buat
mengemas MV Blossom tears dalam bentuk cerita pendek (tapi ini bukan song fic).
Jadi kalau ada yang pernah baca cerita ini di bulletin yang dikasih kakak
tingkat, berarti kita sekampus ya kkk~ Yah selamat membaca ^3^
Seorang pria terlihat tengah membuka almari dalam
sebuah ruangan. Ruangan dengan penerangan seadanya itu dihiasi beberapa
mannequin, salah satu diantaranya terlihat berwarna lebih pucat dari dua
mannequin lain yang ada dalam ruangan yang sama. Pria dengan setelan jas rapi
itu mengeluarkan sebuah toples dari almari yang dibukanya. Toples bening yang
ada dalam genggaman pria itu terlihat berisi cairan merah, dengan sebuah organ
di dalamnya. Sebuah jantung manusia yang telah diawetkan terus dipandangi pria
itu. Terlihat sebuah tulisan disana, sebuah nama yang berbunyi Rosseane.
Cukup lama pria itu memandangi toples dalam
genggamannya dan ia merasa pening. Tak sanggup menahan rasa sakit di kepalanya
pria itu segera mengembalikan toples berisi organ tadi ke dalam almari.
Memegangi kepalanya yang sakit, ia segera berlari kea rah meja designnya meraih
sebuah botol obat dalam laci meja itu dan menelannya begitu saja. Sedetik
kemudian pria itu tak mempu menjaga keseimbangan tubuhnya dan tergeletak di
lantai. Matanya terpejam, sepertinya itu efek dari obat yang baru saja
ditelannya.
Tak lama kemudian mulai terlihat visual lain, seorang
pria dengan setelan jas tengah memberikan coretan-coretan pada buku. Kesal
dengan gambarannya yang tak kunjung jadi, pria itu menutup buku dan menjambak
rambutnya sendiri. Dari sampul buku itu dapat diketahui identitas si pria, ia
bernama Gray. Di tengah kerisauan Gray seorang gadis dengan rambut terurai
merangkulnya. Gadis itu mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Gray
tersenyum seraya memegang tangan gadis itu, ia memanggilnya Rosseane.
Rosseane mendatangi ruang design Gray kembali, namun
pria yang dicarinya tak terlihat disana. Penasaran dengan sebuah kotak berwarna
putih yang tergeletak di meja Gray, Rosseane mencoba membuka kotak itu. Namun
usahanya gagal, Gray melempar tubuh Rosseane begitu saja dengan kemarahannya.
Melihat Rosseane kesakitan di lantai, Gray segera menolong gadis itu dan
memeluknya. Ia mengelus rambut gadis dalam pelukannya, namun pikirannya
melayang ke ingatan masa lalunya. Masa dimana ia merasakan kebahagiaan bersama
seorang gadis dan masa dimana gadis itu meninggalkannya. Gray tak ingin apa
yang ada dalam benaknya akan kembali terjadi bersama dengan Rosseane. Ia
memeluk erat Rosseane dan meminta maaf atas perlakuan kasarnya.
Gray begitu mengingat ingatan pahit yang terus
menyiksanya seakan memintanya untuk terus bertahan bersama dan tak akan
berpisah dengan seorang yang sangat ia kasihi. Ingatan dimana ia tengah membawa
sebuklet mawar merah dan mencari-cari seseorang. Namun yang ia temui justru
sebuah surat yang ditinggalkan si empunya dalam kotak putih berisi sebuah gaun
hasil rancangannya sendiri. Begitu marahnya Gray melempar mawar itu dan
membanting mannequin dalam ruangannya.
Gray telah mendapatkan konsentrasinya untuk
melanjutkan gaun yang khusus ia buatkan untuk Rosseane. Ia menjahit gaun
berwarna putih itu dengan teliti dan menambahkan detail disana-sini untuk
mempercantik hasil karyanya. Rosseane begitu bahagia mendapati gaun putih yang
sangat cantik telah terpajang di salah satu mannequin dalam ruangan kekasihnya.
Ia terus memperhatikan gaun yang memang telah Gray rancang untuknya dari awal.
Berulang kali Rosseane mengepaskan gaun putih itu dengan tubuhnya, ia
mencobanya dan memamekrannya pada Gray. Menatap kekasihnya yang begitu gembira
mengenakan gaun rancangannya Gray tersenyum puas dan mengacungkan ibu jarinya
pertanda ia menyukainya.
Entah ada angin apa yang membuat Rosseane tak
mengunjungi tempat kerja Gray selama beberapa hari ini. Gray mencari-cari
obatnya, ia mengacak-acak seluruh isi lacinya namun yang ia temui hanya fotonya
bersama gadis yang telah meninggalkannya dan tak pernah kembali. Ketakutan itu
kembali menyelimuti hati Gray, ia melempar seluruh benda yang ada dalam
ruanganya hingga membuat ruangan itu begitu berantakan. Ia melampiaskan
kemarahannya begitu saja dan rasa sakit di kepalanya kembali.
Tak ingin apa yang ada dalam ingatannya kembali
terjadi Gray begitu panik tak mendapat kabar atas kepergian Rosseane. Ia
mengacak rambutnya frustasi memandangi keadaan ruangannya yang telah hancur.
Seketika terdengar suara seorang membuka pintu. Rosseane kaget mendapati apa
yang ada di depannya sedangkan Gray segera berdiri memeluk Rosseane dan
tersenyum. Senyumnya kali ini menyiratkan sesuatu yang berbeda, bukan senyum
kebahagiaan namun senyum yang tak bisa dijelaskan apa maksud tersembunyi
dibaliknya. Gray mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah suntikan
berisi cairan. Ia menyuntikkan cairan itu pada Rosseane dengan senyum yang tak
diketahui apa maksud dibaliknya.
Pandangan Gray kembali pada langit-langit ruang kerjanya.
Sepertinya ia telah tersadar dari pengaruh obat yang ia minum. Pikirannya telah
kembali, Gray segera berdiri dan berjalan menuju sebuah ruang lainnya. Ia
membuka kunci ruangan dan tersenyum lega mendapati tubuh seorang yang dicarinya
masih tergeletak disana. Tubuh seorang gadis dengan kulit pucat pasi tergeletak
di dalam bath up dengan kedua matanya yang masih terpejam. Memang benar tubuh
itu milik Rosseane yang kini telah menjadi mayat. Gray mencium tangan mayat
Rosseane, ia merasa lega masih mendapati Rosseane disana.
Kini mayat gadis dalam bath up tadi telah didandani
dengan gaun putih, lebih tepatnya mayat Rosseane telah diawetkan. Tak ubahnya
seperti sebuah mannequin, mayat Rosseane terpajang cantik ruangan itu melebihi
mannequin lain disana. Terlihat seorang pria menyandarkan kepalanya dibahu
mannequin berbalut gaun cantik dengan warna putih. Kini Gray telah mewujudkan
impiannya untuk tidak akan pernah terpisah dengan gadis yang ia cintai. Ia tak
akan tersiksa dengan rasa sepi yang sering menyelimutinya. Ia tak akan pernah
mengalami luka yang sama lagi di sepanjang sisa hidupnya.
Inspired by : 린 (LYn), 레오 (LEO of VIXX) - 꽃잎놀이 (Blossom Tears)