Tittle |
Whistle Part 2 – Misunderstood |
Author |
HalfAngel |
Main Cast |
Jennie Kim as Kim Jennie |
|
Nakamoto Yuta (中本悠太) as Nakamoto Yuta |
Other Cast |
BlackPink member and NCT 127 member |
Special Cameo |
Lee Taeyong as Lee Taeyong a.k.a namja berambut putih |
|
Lee Min Hyun as Mark Lee as Mark a.k.a namja rambut blonde |
|
Lee Dong Hyuck as Haechan a.k.a namja kaos putih dengan bendera
Amerika |
|
Moon Taeil as Taeil a.k.a namja human made t-shirt putih |
|
Jung Yoon Oh as Jaehyun a.k.a namja dengan kaos belang hitam putih |
Genre |
Drama, Friendship, Fluffy
|
Length |
Triology - Sequel |
Rating |
T |
Summary |
“Byeonghwa kajja!! Aku menabrakmu jadi aku harus mengobatimu.” namja
itu mengemudikan mobilnya dengan kencang. |
|
|
Hohoho~
Akhirnya bisa post part 2 nya. Disini ada beberapa percakapan yang
ditulis pakai bahasa Jepang. Karena Bahasa Jepang author hanya sebatas
ganbatte, kokoro dan arigatou kkk~ maaf kalau ada kesalahan penggunaan bahasa.
Gara-gara nulis ff ini author jadi googling hard buat nyari kosakata bahasa
Jepang yang pas buat dipakai hihi~
Anyway…. Happy Reading ^3^
“Apa?? Apa tadi dia bilang, namanya Yuta? Jadi selama ini yang dia
bilang belajar itu belajar dengan menjadi trainee di agensi SM
Entertaintment??”
Jennie benar-benar tak tau harus berkata apa, jujur saja selama beberapa
bulan ini ia benar-benar tak tau kabar teman Jepangnya. Ponselnya mati dan tak
bisa digunakan kembali sehingga ia harus membeli ponsel baru beserta dengan
mengganti nomornya. Ia segera membuka mesin pencari dalam ponselnya. Kini
Jennie terlihat seperti seorang fans dadakan NCT 127, ia mulai mencari jadwal
konser NCT 127 lengkap dengan jadwal fansign yang akan diadakan.
“Eonni? Kau mendadak aneh. Memangnya kenapa dengan orang itu? Kau
mengenalnya?” Lisa memberanikan diri menanyai Jennie yang masih sibuk mencatat
jadwal boy group yang baru beberpa saat lalu sukses melalui debut
stagenya.
“Eung~ dia temanku yang berasal dari Jepang. Aku kehilangan
kontak dengannya semenjak ponselku rusak.” Jennie menjelaskan semuanya dan
masih fokus mencatat.
“Eonni yakin besok akan melihat stage mereka di Music
Bank?” Lisa kembali mengkhawatirkan Jennie.
“Aku harus memastikannya sendiri. Itu artinya aku harus datang kesana.”
Jennie bersikeras untuk tetap datang walaupun staff mungkin akan
melarangnya.
“Kalau begitu bagaimana kalau kita besok pergi bersama dengan alasan
menemui Sorn?” Lisa menawarkan solusi yang kemungkinan tidak akan menimbulkan
masalah.
“Baiklah! Terimakasih Lisa.” Jennie mengiyakan sembari memeluk
magnaenya.
Sesuai jadwal yang telah Jennie lihat hari ini NCT 127 akan melakukan hot
debut di acara Music Bank. Ia dan Lisa telah mempersiapkan diri dengan
menggunakan pakaian yang akan menutupi identitasnya. Jennie memakai hoodie
hitam dan masker dengan warna senada, sementara Lisa yang warna rambutnya
sangat mencolok memilih untuk menyembunyikan rambutnya dibawah topi. Mereka tengah menunggu taxi yang
mereka pesan untuk menuju gedung MNet.
Seperti yang telah Jennie perkirakan, ia harus mengantri banyak agar
bisa masuk ke gedung MNet. Setelah mendapat sticker ia dan Lisa bisa memasuki
gedung dan menunggu boy group itu datang. Beberapa saat kemudian
keriuhan datang dari para fans, ternyata boy group yang akan tampil
telah tiba dan menyapa fans mereka dengan fanservice dari atas panggung.
“Eonni sepertinya penjagaannya begitu ketat. Apa eonni
bisa maju dan berinteraksi dengannya?” Lisa berbisik meminta Jennie untuk maju
mendekati stage.
Jennie maju mendekati stage, ada banyak member disana sedang
menata formasi dan sedikit berinteraksi dengan para fans. Yeoja itu
masih memperhatikan member dengan rambut paling aneh dari yang lainnya. Namun
yang berinteraksi dengannya justru member lain dengan rambut berwarna putih. Namja
dengan rambut putih tadi mengira yeoja yang berdiri dihadapannya sedang
meminta fanservice, ia membentuk love sign berulang-ulang lalu
melambaikan tangan pada yang lainnya.
PD-Nim
meminta mereka bersiap menempati posisi, keriuhan pun berhenti. Kini recording
untuk debut stage NCT 127 telah dimulai, seluruh kamera bergantian
menyorot masing-masing member. Jennie membuka maskernya tanpa menurunkan hoodie
yang dipakainya berharap setidaknya namja dengan rambut keriting itu
melihat wajahnya dan mengingat namanya. Recording selesai, seluruh
member melakukan greeting dan mengucapkan terimakasih telah datang.
“Lisa, hari ini gagal. Aku tidak bisa melakukannya. Terlalu banyak orang
disini, kita pulang saja kajja!” Jennie menyerah karena sudah tidak ada
waktu untuk bisa berinteraksi dengan si idol.
“Baiklah eonni. Kajja, besok aku akan menemanimu di fansign.
Kita bisa membuat alasan lain.” Lisa menggandeng tangan Jennie keluar gedung.
Seminggu tepat setelah debut stage pertama NCT 127 diadakan fansign pertama
mereka di daerah Mapo. Tempatnya terletak tak jauh dari YG Building karena
sama-sama terletak di daerah Mapo-gu. Jennie telah bersiap membuat alasan ingin
mengunjungi sebuah caffee di dekat YG Building untuk menemui Chahee.
Setelah berhasil melakukan negosiasi dengan beberapa staff Jennie
dan Lisa segera menuju gedung yang digunakan untuk fansign. Seperti fansign
pada umumnya, banyak fans yang harus mengantri untuk bisa masuk kesana.
Beruntungnya grup ini masih rookie, jadi tidak perlu menunggu
keberuntungan undian dari nomor seri yang ada di dalam album. Jennie bersama
Lisa berusaha datang secepat mungkin agar tidak ketinggalan antrean.
“Eonni cepat antre di sebelah sana. Cari nama orang yang ingin
kau temui!” Lisa menunjuk tempat antrean yang banyak dikerubungi yeoja.
Jennie segera menyeret tangan Lisa menuju antrean yang dipisah
berdasarkan nama anggota. Ia mencari nama Yuta disana.
“Ah itu dia, Nakamoto Yuta!” Jennie membaca nama Yuta dan segera
menempati antrean.
Namun keberuntungan tak memihak padanya, antrean yang telah ia tempati
kini bergeser menjadi antrean dengan nama Lee Taeyong. Seorang yeoja
mendorong Jennie dengan keras hingga tubuh mungilnya tergeser menempati antrean
lainnya. Mungkin yeoja tadi terlalu bersemangat untuk menempati antrean
Yuta hingga mendorong tubuh Jennie yang nyaris memasukinya. Kali ini ia tak
bisa mundur lagi, puluhan yeoja telah berdiri di belakangnya dengan
membawa banner Lee Taeyong. Sementara puluhan yeoja lain juga telah
menempati antrean yang Jennie inginkan.
Kini Jennie telah berpisah dengan Lisa. Ratusan yeoja penggemar
NCT 127 memisahkan genggaman tangan keduanya. Lisa sendiri terdampar pada
antrean member yang sama sekali tak ia kenal. Sebuah papan bertuliskan Jung
Jaehyun mengganggu pengelihatannya, tentu saja yeoja di depannya yang
mengangkatnya tinggi-tinggi.
“Lee Taeyong? Siapa lagi ini? Aishh gara-gara yeoja tadi
rencana keduaku gagal lagi.” Jennie menyimpan amarahnya di dalam hati.
Kini tiba gilirannya untuk maju menempati kursi yang di hadapannya pula
telah duduk seorang member NCT 127. Jennie sama sekali tak tau apa yang harus
ia lakukan disana. Jangankan meminta tanda tangan, identitas namja berambut putih itupun
ia sama sekali tak mengetahuinya. Ia hanya duduk disana dan membuka masker
hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
“Ya selamat datang.” namja itu menyapa Jennie layaknya fans.
“Hey kenapa kau diam saja? Keluarkan album dan katakan kau ingin aku
melakukan apa?” melihat reaksi Jennie yang masih terdiam namja itu
kembali mengeluarkan kata-kata untuk menyapa Jennie.
Jennie segera mengeluarkan sebuah album dari backpack yang ia
bawa. Ia menyerahkan album itu begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata.
“Kau ingin aku melakukan aegyo? Atau ingin melihatku membentuk love
sign?” namja berambut putih itu membuka album dan menandatanganinya.
“Apapun itu aku ingin cepat pulang.” Jennie melirik ke arah kanan tempat
Yuta sedang asik berbincang dengan fans di depannya.
“Wae wae? Apa oppa tidak terlihat tampan hari ini?”
Lee Taeyong bersikap manis selayaknya ia melakukannya pada penggemar yeojanya.
“Tidak bisakah aku berbicara dengan Yuta sebentar saja?” Jennie kembali
memandangi Yuta yang terlihat tampan dengan headband merah dengan garis
putih di dahinya.
“Andwaeyong~ Kalau begitu oppa akan lebih sering
menunjukkan sisi manis oppa padamu.” Namja rambut putih itu
kembali bersikap manis lagi.
“Haruskah kutulis saranghae disini? Baiklah siapa namamu?” namja
itu kembali mengambil spidol hendak melengkapi kalimat yang ia tuliskan
dalam photobook album itu.
“Jennie…” Jennie menjawab dan menyimak apa yang namja itu
tuliskan.
“Okay nice!! Terima kasih sudah datang! Kuharap fansign
lain kau datang dan menemuiku kembali. Sampai jumpa!” selesai menulis di photobook
album yang Jennie bawa, Lee Taeyong mempersilahkan Jennie untuk kembali.
Hari yang melelahkan sekaligus menjengkelkan bagi Kim Jennie. Ia salah
masuk antrian, terpisah dengan Lisa dan harus menunggu Lisa keluar dalam waktu
yang cukup lama. Ia menghabisksan waktu dua jam hanya untuk menunggu temannya di
depan gedung.
Mereka pulang tanpa membawa hasil kembali. Jennie hampir putus asa untuk
mendatangi fansign selanjutnya. Yeoja itu kini mengela napas
panjang memperhatikan photobook dengan tanda tangan leader NCT
127. Kenapa ia harus mendapat tanda tangan dan hanya bisa berinteraksi dengan
si namja rambut kakek-kakek itu.
“Eonni~ apa kita harus
mendatangi fansign berikutnya? Tapi sepertinya aku yakin staff
akan mencurigainya.” kini Lisa mengkhawatrikan yeoja dengan perbedaan
umur satu tahun diatasnya itu.
“Aniya… aku sudah menyerah. Rencana ini tak akan berhasil.”
Jennie hanya bisa menjawab pertanyaan Lisa dan menatap nanar jalanan dari
jendela taxi.
***
Hampir seminggu semenjak menghadiri fansign di Mapo. Ia
kehilangan semangat untuk mengikuti fansign lanjutan yang diadakan di
kawasan Sinchon besok. Sementara itu ketiga teman seteamnya sedang pergi
keluar dorm. Ia bosan memperhatikan jalanan dari jendela. Tanpa pikir
panjang yeoja dengan rambut warna cokelat itu langsung mengambil hoodie
hitam beserta masker. Tak ketinggalan membawa ponsel dan dompetnya, ia segera
mengenakan sepatu. Menutup pintu dan segera berlari menuju lift, keluar
dari bangunan apartement dan segera berjalan menuju halte.
Sebuah halte bus tampak cukup ramai. Banyak warga kota yang sedang melakukan kegiatan harian
mereka, mereka terlihat sibuk menuju kantor. Jennie segera mengambil tiket
dengan tujuan Yongsan. Ia memasang headset di kedua telinganya dan
mencoba tidur di sepanjang perjalanan.
Perjalanan usai, kini Jennie telah berada di kawasan pemukiman Itaewon. Ia
berniat untuk berjalan-jalan disana dan makan beberapa makanan mancanegara yang
banyak ditawarkan di kawasan itu. Terbangun secara otomatis setelah bus
berhenti, Jennie segera turun dari bus. Kedua telinganya masih menggunakan headset
pertanda ia masih mendengarkan lagu mp3 yang ada dalam ponselnya. Tak sadar
kakinya terus melangkah dan sebuah mobil nyaris menabraknya dengan keras. Namun
mobil itu telah berhasil menyenggol Jennie, membuatnya terjatuh di zebra
cross.
“Ya! Gwaenchana?” pemilik mobil dengan warna hitam itu
segera turun dan menanyai keadaan yeoja yang tengah terduduk di zebra
cross.
“Gwaenchana. Aaah…” Jennie mencoba berdiri namun ada yang salah
dengan kakinya.
Namja
pemilik mobil itu segera membuka pintu mobil dan membopong Jennie masuk
mobilnya. Ia terlihat takut akan ada banyak orang yang memperhatikannya.
“Ya!!! Kau mau membawaku kemana?” Jennie berteriak dari kursi
belakang.
“Byeonghwa kajja!! Aku menabrakmu jadi aku harus
mengobatimu.” namja itu mengemudikan mobilnya dengan kencang.
“Aku baik-baik saja, kau tak perlu mengantarku ke rumah sakit. Aaah…!!”
Jennie masih berteriak dari seat penumpang.
“Mendengarmu merintih kesakitan kurasa kau sedang tidak baik-baik saja.”
namja itu tterus mengabaikan Jennie yang menolak dibawa ke rumah sakit.
Mobil mahal berwarna hitam itu berhenti di sebuah area rumah sakit. Namja
dengan masker dan beanie di kepalanya turun. Membuka pintu seat
belakang dan menggendong yeoja yang terduduk disana. Namja itu
terlihat berlari menuju IGD, ia menurunkan yeoja yang digendongnya
menuju ranjang pasien. Dan meminta perawat segera memeriksa keadaannya.
Terdengar suara yeoja sedang mengaduh kesakitan dari kejauhan. Yeoja
itu menahan perih saat cairan yang digunakan untuk membersihkan luka mendarat
di telapak tangannya. Pengobatan selesai dilakukan, seorang perawat memanggil namja
dengan beanie hitam di kepalanya. Namja itu menuju ruangan yang
ditunjukkan seorang perawat tadi. Kini kedua wajah itu bertemu kembali,
ternyata mereka masih saling mengenali satu sama lain.
“Ya!! Kau!!” Kedua orang itu berteriak bersamaan setelah tak ada
satupun diantara mereka yang menutupi wajahnya dengan masker.
“Penggemar Yuta, apa kabar? Sepertinya takdir terus mempertemukanmu
denganku.” dengan penuh percaya diri namja bernama Lee Taeyong itu
menggoda yeoja yang terlihat tidak senang dengan pertemuan mereka.
“Ah sudahlah aku ingin pulang.” Jennie berusaha turun dari ranjang
pasien.
“Ya!! Oppa yang tampan ini belum menyelesaikan urusan
administrasi. Lebih baik kau diam supaya tidak menimbulkan masalah lainnya.”
Taeyong menyelesaikan kalimatnya dan segera berlari menuju bagian administrasi.
“Mimpi buruk apa lagi aku harus bertemu dengannya..” Jennie hanya bisa
mengaduh kesal.
Tak sampai sepuluh menit Taeyong sudah kembali ke tempat Jennie berada
dengan membawakan obat.
“Mana ponselmu?” Taeyong menyerahkan obat yang baru ditebusnya dan
langsung merebut ponsel di tangan Jennie.
“Ya!!!” Jennie meneriaki perlakuan Taeyong.
“Okay nice! Oppa akan menyimpan kontakmu kalau
sampai berita ini sampai di telinga media massa. Ingat handsome oppa
ini bisa menuntutmu!” Taeyong kembali menyerahkan ponsel Jennie.
Jennie memberikan alamat apartemen lain yang berada di kawasan yang sama
dengan dormitory tempat ia dan ketiga temannya menghabiskan waktu
seperti sebuah keluarga. Tentu saja ia sampai disana dengan diantar Lee
Taeyong. Jennie menunggu mobil Taeyong berlalu, ia segera keluar dari lobby
apartement itu dan membuang perban yang menutupi luka kecil di telapak
tangannya. Beruntungnya kakinya yang terkilir tadi telah sembuh setelah diberi
spray di rumah sakit, ia segera berjalan menuju dorm.
***
Ponsel Jennie terus-terusan bergetar selama beberapa hari ini. Ia lelah
meladeni setiap candaan yang datang dari namja yang memaksa meminta
kontaknya di rumah sakit. Namja dengan display name TY itu kini makin
akrab dengan Jennie, ia bahkan mengirimkan pesan untuk mengundangnya dalam
acara fansign NCT 127 yang diadakan di Jamsil.
TY : Datanglah ke Fansign Jamsil! Aku akan mengirim voucher tiket
masuk!
제니 : Aku akan datang jika aku ingin
datang.
TY : Wae? Wae? Tidak ingin melihat handsome oppa
ini lagi?
제니 : …
“Eonni~ hari ini panas sekali. Haruskah kita makan semangka?”
Rose menyadarkan Jennie dari lamunannya.
“Eo~ Chaeyoung-ah! Bawa uang ini bersama Jisoo eonni untuk
membeli semangka dan soda.” Jennie mengeluarkan beberapa lembar uang dari
dompetnya.
Sementara itu di sudut lain terlihat seorang namja yang begitu
gelisah memandangi ponselnya yang tak kunjung berdering. Dalam sebuah set filming
acara game teman-temannya mendatanginya satu per satu. Mereka terlihat
masih mengeluh akan jadwal yang begitu padat. Ditambah game yang harus
mereka mainkan untuk filming reality show yang begitu menguras
tenaga.
“Eih jeongmal~ ini sangat melelahkan, game game
game.” keluh namja dengan rambut blonde.
“Ini sama sekali tidak melelahkan Makeu-ya. Aku menyukai game
hari ini. Tapi aku benci beverage prank yang ia berikan.” seorang namja dengan
kaos berwarna abu-abu menunjuk namja lain yang mengenakan kaos putih
dengan bendera Amerika sebagai highlightnya.
“Geundae Taeyong-i terlihat resah melihat ponselnya. Waeyo?”
kini namja dengan human made t-shirt putih menyenggol namja
yang dipanggilnya.
“Eo hyeong!” namja dengan topi hitam itu kini menyadari
keenam temannya memandang dengan arahnya sebagai fokus.
“Sepertinya kau terlihat menunggu sesuatu yang besar terjadi pada
ponselmu hyeong.” namja dengan kaos belang hitam putih menatap
tajam Taeyong seperti seekor hyena yang siap memangsa buruannya.
“Ani~ apa kalian percaya aku punya yeojachingu?” Taeyong
kini meladeni kerisauan keenam temannya.
“Eiyy maldo andwae!!” hampir keenam temannya mengatakan hal yang
sama.
Taeyong pun tak kehilangan akal untuk meyakinkan keenam temannya yang
terlihat begitu tak mempercayainya. Ia membuka gallery ponselnya dan
menunjukkan sebuah fotonya bersama seorang gadis. Gadis itu terlihat begitu chic
dengan hoodie yang ia kenakan. Sementara background fotonya terlihat
berada di tempat dengan dominasi warna putih.
“Lihatlah. Kalian akan mempercayainya!” Lee Taeyong menggeserkan
ponselnya agar tiap member bisa melihat foto itu.
“Hyeong! Solma?? Yeoja ini adalah yeoja yang
sama dengan yang kulihat di naver bulan lalu.” namja dengan kaos putih
bergambar bendera Amerika itu kini menyalakan ponselnya dan mencari artikel
yang dimaksud.
“Ya~~ ini sebuah berita besar. Jangan sampai wartawan tau uri
leader mempunyai hubungan khusus dengan trainee agensi lain.” Namja
berkaos belang hitam putih itu membisikkan kalimatnya pelan.
Namja dengan
kaos abu-abu yang dipanggil Yuta oleh teman-temannya itu kini menyadari
identitas yeoja dalam foto yang ditunjukkan temannya. Ia tercengang,
bagaimana mungkin yeoja yang kali pertama ditemuinya di salah satu convenience
store di Osaka itu muncul dengan membawa kabar mengagetkan ini. Tak bisa
menghubunginya selama berbulan-bulan kini ia pun baru mengetahui identitas asli
yeoja itu. Ia masih tak mempercayainya, bagaimana bisa Jennie bertemu
dengan Taeyong. Sedangkan ia sendiri tak bisa menghubungi Jennie maupun bertemu
dengannya setelah berada di Seoul.
***
Dua hari menjelang akhir bulan Juli, Jennie dengan seluruh keraguannya
akhirnya mendatangi fansign NCT 127 di Jamsil. Ia sengaja bangun pagi
tanpa membangunkan ketiga temannya. Setelah siap dan tak ada barang yang dirasa
ketinggalan Jennie segera menuju stasiun kereta api bawah tanah untuk menuju Jamsil.
Ia bertekad hari ini adalah usaha terakhirnya untuk menemui Nakamoto Yuta, jika
tak menemuinya juga ia akan menyerah dan menunggu kesempatan berdiri di acara
musik yang sama saat debutnya telah dimulai nanti.
Jennie berhasil masuk ke area fansign dengan jalur khusus setelah
menunjukkan voucher undian yang Taeyong kirimkan. Jantungnya berdetak begitu
kencang menunggu gilirannya maju menduduki kursi yang telah dipersiapkan staff.
Satu jam berlalu, seorang staff memanggil nomor yang ada dalam
vouchernya. Ia segera berjalan mendekati seat.
“Eoseo oseyo~” sapa namja yang memakai choker merah dengan
stark tajam yang melingkari chokernya.
Yeoja yang
baru duduk itu membuka maskernya, sementara namja dengan choker merah itu
kaget melihat wajah yang baru disapanya. Sedetik kemudian Jennie menempatkan
jari telunjuknya tepat di depan bibirnya mengisyaratkan agar Yuta
memperlakukannya selayaknya penggemar lainnya. Yuta mengerti yang Jennie
maksudkan dan segera meminta Jennie mengeluarkan album yang akan ia
tandatangani.
Jennie mengeluarkan photobook album dan sebuah amplop surat. Ia
memberikannya pada Yuta sementara Yuta sudah bersiap dengan spidol di
tangannya. Yuta bersiap menandatangani photobook yang telah ia pegang.
Membalik halaman untuk menemukan fotonya, namun melewati halaman Lee Taeyong
senyumnya memudar. Yeoja di hadapannya ini telah lebih dulu mendapat
tanda tangan leadernya, ia kembali teringat apa yang Taeyong katakan dan
mengasumsikan kebenaran akan hal ganjil itu.
“Issyoni syasin torasete kuremasuka?” Jennie bersiap membuka
aplikasi kamera di ponselnya, meminta Yuta mengambil foto bersama dalam bahasa
Jepang.
“Kashikomarimashita.” Yuta mencoba bersikap normal, ia memiringkan
badan agar bisa mengambil selka bersama.
“Arigato gozaimashita~” Jennie membungkukkan badan sebagai ucapan
terima kasih.
Pertemuan singkat mereka hanya sebatas penggemar yang memberikan surat,
meminta tanda tangan dan foto bersama. Raut canggung antara keduanya tak bisa
dihindari, mengingat apa yang telah Taeyong katakan pada Yuta bersama dengan
member lainnya. Suasana yang benar-benar tidak Jennie mengerti sama sekali.
Jennie merasa beruntung pertemuan itu telah terjadi, namun di sisi lain Yuta
tak mengerti ia harus mensyukurinya atau tidak.
Hari debut Jennie bersama Blackpink semakin dekat, mungkin menghadiri fansign
itu adalah saat terakhirnya bisa pergi keluar tanpa memberitau manajer maupun staff
lain terlebih dahulu. Kini ia lebih sering mendapat panggilan ke gedung YG dibanding
hanya melakukan practice di ruang latihan mereka. Mimpinya setelah enam
tahun bekerja keras dibawah naungan salah satu dari tiga agensi besar di Korea
telah hadir di depan mata. Keringat dan air mata yang selama ini ia curahkan
akan membuahkan hasil.
Di sudut kamar yang berisi dua buah ranjang seorang namja
mengeluarkan ribuan gift yang ia dapatkan selama fansign
berlangsung. Baru membuka sebuah frame berisi fanart yang dibuat
penggemarnya ia teringat akan sebuah surat yang ia pisahkan dari surat lainnya.
Segera berdiri namja itu berjalan ke arah gantungan baju yang ada di
ruangan yang sama. Ia merogoh saku celana hitam yang ia gunakan sepulang fansign.
“Untung saja belum dimasukkan mesin cuci.” namja itu bergumam
segera berjalan kembali ke ranjangnya.
Namja
kelahiran Osaka 21 tahun yang lalu itu segera membuka surat dengan amplop dan
warna kertas senada bergambar rilakkuma. Surat itu ditulis dengan huruf
hiragana. Tentu saja tak perlu memakan waktu lama untuk bisa dipahami oleh si namja.
Penulis menuliskan sebuah akun instagram dibawah tanda tangan surat itu.
Jennie yang menulis surat itu dengan harapan Yuta akan memfollow akun
instagramnya. Ia juga menjelaskan ponselnya yang terjatuh ke kolam renang
hingga kehilangan komunikasi dengannya. Keraguan Nampak jelas dari raut muka
Nakamoto Yuta, ia telah mengetikkan username yang ada di surat itu dan membuka
profilnya. Ibu jarinya telah bersiap menekan tombol follow namun ia tak
yakin ingin melakukannya.
“Hyeong! Apa kau lihat kaos kaki biruku?” sebuah suara yang cukup
keras membuat Yuta kaget.
“Aigoo kkamjakiya!” Yuta bereaksi seperti pencuri yang tertangkap
basah.
“Eiyy Makeu bisakah kau ketuk pintu dulu sebelum masuk? Dan bisakah
tidak berteriak?” Yuta menegur Mark yang hampir saja membuat jantungnya copot.
“Eish jeongmal.” namja yang ditegur justru
menggerutu dan berlalu begitu saja.
Nakamoto Yuta menghela napas dan menepuk dadanya, ia masih merasa
jantungnya berdetak begitu cepat. Beberapa saat kemudian ia mengampil ponselnya
yang tergeletak di kasur. Membuka kunci ponsel dengan kombinasi beberapa angka.
Ia tercengang melihat kata follow telah berubah menjadi requested
di layar ponselnya.
“Apa ini? Aku sudah memfollownya?” Yuta menunduk menggeletekkan
ponselnya ke atas ranjang kembali.
-TBC-