Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Jumat, 26 Agustus 2016

[Challengefic] Whistle Part 2 - misunderstood

Diposting oleh Unknown di 09.35







Tittle
Whistle Part 2 – Misunderstood
Author 
HalfAngel
Main Cast
Jennie Kim as Kim Jennie

Nakamoto  Yuta (中本悠太) as Nakamoto Yuta
Other Cast
BlackPink member and NCT 127 member
Special Cameo
Lee Taeyong as Lee Taeyong a.k.a namja berambut putih

Lee Min Hyun as Mark Lee as Mark a.k.a namja rambut blonde

Lee Dong Hyuck as Haechan a.k.a namja kaos putih dengan bendera Amerika

Moon Taeil as Taeil a.k.a namja human made t-shirt putih

Jung Yoon Oh as Jaehyun a.k.a namja dengan kaos belang hitam putih
Genre
Drama, Friendship, Fluffy
Length
Triology - Sequel
Rating
T
Summary
“Byeonghwa kajja!! Aku menabrakmu jadi aku harus mengobatimu.” namja itu mengemudikan mobilnya dengan kencang.



 Hohoho~
Akhirnya bisa post part 2 nya. Disini ada beberapa percakapan yang ditulis pakai bahasa Jepang. Karena Bahasa Jepang author hanya sebatas ganbatte, kokoro dan arigatou kkk~ maaf kalau ada kesalahan penggunaan bahasa. Gara-gara nulis ff ini author jadi googling hard buat nyari kosakata bahasa Jepang yang pas buat dipakai hihi~

Anyway…. Happy Reading ^3^

“Apa?? Apa tadi dia bilang, namanya Yuta? Jadi selama ini yang dia bilang belajar itu belajar dengan menjadi trainee di agensi SM Entertaintment??”

Jennie benar-benar tak tau harus berkata apa, jujur saja selama beberapa bulan ini ia benar-benar tak tau kabar teman Jepangnya. Ponselnya mati dan tak bisa digunakan kembali sehingga ia harus membeli ponsel baru beserta dengan mengganti nomornya. Ia segera membuka mesin pencari dalam ponselnya. Kini Jennie terlihat seperti seorang fans dadakan NCT 127, ia mulai mencari jadwal konser NCT 127 lengkap dengan jadwal fansign yang akan diadakan.


Eonni? Kau mendadak aneh. Memangnya kenapa dengan orang itu? Kau mengenalnya?” Lisa memberanikan diri menanyai Jennie yang masih sibuk mencatat jadwal boy group yang baru beberpa saat lalu sukses melalui debut stagenya.

Eung~ dia temanku yang berasal dari Jepang. Aku kehilangan kontak dengannya semenjak ponselku rusak.” Jennie menjelaskan semuanya dan masih fokus mencatat.

Eonni yakin besok akan melihat stage mereka di Music Bank?” Lisa kembali mengkhawatirkan Jennie.

“Aku harus memastikannya sendiri. Itu artinya aku harus datang kesana.” Jennie bersikeras untuk tetap datang walaupun staff mungkin akan melarangnya.

“Kalau begitu bagaimana kalau kita besok pergi bersama dengan alasan menemui Sorn?” Lisa menawarkan solusi yang kemungkinan tidak akan menimbulkan masalah.

“Baiklah! Terimakasih Lisa.” Jennie mengiyakan sembari memeluk magnaenya.

Sesuai jadwal yang telah Jennie lihat hari ini NCT 127 akan melakukan hot debut di acara Music Bank. Ia dan Lisa telah mempersiapkan diri dengan menggunakan pakaian yang akan menutupi identitasnya. Jennie memakai hoodie hitam dan masker dengan warna senada, sementara Lisa yang warna rambutnya sangat mencolok memilih untuk menyembunyikan rambutnya dibawah topi.  Mereka tengah menunggu taxi yang mereka pesan untuk menuju gedung MNet.

Seperti yang telah Jennie perkirakan, ia harus mengantri banyak agar bisa masuk ke gedung MNet. Setelah mendapat sticker ia dan Lisa bisa memasuki gedung dan menunggu boy group itu datang. Beberapa saat kemudian keriuhan datang dari para fans, ternyata boy group yang akan tampil telah tiba dan menyapa fans mereka dengan fanservice dari atas panggung.

Eonni sepertinya penjagaannya begitu ketat. Apa eonni bisa maju dan berinteraksi dengannya?” Lisa berbisik meminta Jennie untuk maju mendekati stage.

Jennie maju mendekati stage, ada banyak member disana sedang menata formasi dan sedikit berinteraksi dengan para fans. Yeoja itu masih memperhatikan member dengan rambut paling aneh dari yang lainnya. Namun yang berinteraksi dengannya justru member lain dengan rambut berwarna putih. Namja dengan rambut putih tadi mengira yeoja yang berdiri dihadapannya sedang meminta fanservice, ia membentuk love sign berulang-ulang lalu melambaikan tangan pada yang lainnya.

PD-Nim meminta mereka bersiap menempati posisi, keriuhan pun berhenti. Kini recording untuk debut stage NCT 127 telah dimulai, seluruh kamera bergantian menyorot masing-masing member. Jennie membuka maskernya tanpa menurunkan hoodie yang dipakainya berharap setidaknya namja dengan rambut keriting itu melihat wajahnya dan mengingat namanya. Recording selesai, seluruh member melakukan greeting dan mengucapkan terimakasih telah datang.

“Lisa, hari ini gagal. Aku tidak bisa melakukannya. Terlalu banyak orang disini, kita pulang saja kajja!” Jennie menyerah karena sudah tidak ada waktu untuk bisa berinteraksi dengan si idol.

“Baiklah eonni. Kajja, besok aku akan menemanimu di fansign. Kita bisa membuat alasan lain.” Lisa menggandeng tangan Jennie keluar gedung.

Seminggu tepat setelah debut stage pertama NCT 127 diadakan fansign pertama mereka di daerah Mapo. Tempatnya terletak tak jauh dari YG Building karena sama-sama terletak di daerah Mapo-gu. Jennie telah bersiap membuat alasan ingin mengunjungi sebuah caffee di dekat YG Building untuk menemui Chahee.

Setelah berhasil melakukan negosiasi dengan beberapa staff Jennie dan Lisa segera menuju gedung yang digunakan untuk fansign. Seperti fansign pada umumnya, banyak fans yang harus mengantri untuk bisa masuk kesana. Beruntungnya grup ini masih rookie, jadi tidak perlu menunggu keberuntungan undian dari nomor seri yang ada di dalam album. Jennie bersama Lisa berusaha datang secepat mungkin agar tidak ketinggalan antrean.

Eonni cepat antre di sebelah sana. Cari nama orang yang ingin kau temui!” Lisa menunjuk tempat antrean yang banyak dikerubungi yeoja.

Jennie segera menyeret tangan Lisa menuju antrean yang dipisah berdasarkan nama anggota. Ia mencari nama Yuta disana.

“Ah itu dia, Nakamoto Yuta!” Jennie membaca nama Yuta dan segera menempati antrean.

Namun keberuntungan tak memihak padanya, antrean yang telah ia tempati kini bergeser menjadi antrean dengan nama Lee Taeyong. Seorang yeoja mendorong Jennie dengan keras hingga tubuh mungilnya tergeser menempati antrean lainnya. Mungkin yeoja tadi terlalu bersemangat untuk menempati antrean Yuta hingga mendorong tubuh Jennie yang nyaris memasukinya. Kali ini ia tak bisa mundur lagi, puluhan yeoja telah berdiri di belakangnya dengan membawa banner Lee Taeyong. Sementara puluhan yeoja lain juga telah menempati antrean yang Jennie inginkan.

Kini Jennie telah berpisah dengan Lisa. Ratusan yeoja penggemar NCT 127 memisahkan genggaman tangan keduanya. Lisa sendiri terdampar pada antrean member yang sama sekali tak ia kenal. Sebuah papan bertuliskan Jung Jaehyun mengganggu pengelihatannya, tentu saja yeoja di depannya yang mengangkatnya tinggi-tinggi.

“Lee Taeyong? Siapa lagi ini? Aishh gara-gara yeoja tadi rencana keduaku gagal lagi.” Jennie menyimpan amarahnya di dalam hati.

Kini tiba gilirannya untuk maju menempati kursi yang di hadapannya pula telah duduk seorang member NCT 127. Jennie sama sekali tak tau apa yang harus ia lakukan disana. Jangankan meminta tanda tangan,  identitas namja berambut putih itupun ia sama sekali tak mengetahuinya. Ia hanya duduk disana dan membuka masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

“Ya selamat datang.” namja itu menyapa Jennie layaknya fans.

“Hey kenapa kau diam saja? Keluarkan album dan katakan kau ingin aku melakukan apa?” melihat reaksi Jennie yang masih terdiam namja itu kembali mengeluarkan kata-kata untuk menyapa Jennie.

Jennie segera mengeluarkan sebuah album dari backpack yang ia bawa. Ia menyerahkan album itu begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata.

“Kau ingin aku melakukan aegyo? Atau ingin melihatku membentuk love sign?” namja berambut putih itu membuka album dan menandatanganinya.

“Apapun itu aku ingin cepat pulang.” Jennie melirik ke arah kanan tempat Yuta sedang asik berbincang dengan fans di depannya.

Wae wae? Apa oppa tidak terlihat tampan hari ini?” Lee Taeyong bersikap manis selayaknya ia melakukannya pada penggemar yeojanya.

“Tidak bisakah aku berbicara dengan Yuta sebentar saja?” Jennie kembali memandangi Yuta yang terlihat tampan dengan headband merah dengan garis putih di dahinya.

Andwaeyong~ Kalau begitu oppa akan lebih sering menunjukkan sisi manis oppa padamu.” Namja rambut putih itu kembali bersikap manis lagi.

“Haruskah kutulis saranghae disini? Baiklah siapa namamu?” namja itu kembali mengambil spidol hendak melengkapi kalimat yang ia tuliskan dalam photobook album itu.

“Jennie…” Jennie menjawab dan menyimak apa yang namja itu tuliskan.

Okay nice!! Terima kasih sudah datang! Kuharap fansign lain kau datang dan menemuiku kembali. Sampai jumpa!” selesai menulis di photobook album yang Jennie bawa, Lee Taeyong mempersilahkan Jennie untuk kembali.

Hari yang melelahkan sekaligus menjengkelkan bagi Kim Jennie. Ia salah masuk antrian, terpisah dengan Lisa dan harus menunggu Lisa keluar dalam waktu yang cukup lama. Ia menghabisksan waktu dua jam hanya untuk menunggu temannya di depan gedung.

Mereka pulang tanpa membawa hasil kembali. Jennie hampir putus asa untuk mendatangi fansign selanjutnya. Yeoja itu kini mengela napas panjang memperhatikan photobook dengan tanda tangan leader NCT 127. Kenapa ia harus mendapat tanda tangan dan hanya bisa berinteraksi dengan si namja rambut kakek-kakek itu.

Eonni~ apa kita harus  mendatangi fansign berikutnya? Tapi sepertinya aku yakin staff akan mencurigainya.” kini Lisa mengkhawatrikan yeoja dengan perbedaan umur satu tahun diatasnya itu.

Aniya… aku sudah menyerah. Rencana ini tak akan berhasil.” Jennie hanya bisa menjawab pertanyaan Lisa dan menatap nanar jalanan dari jendela taxi.
***

Hampir seminggu semenjak menghadiri fansign di Mapo. Ia kehilangan semangat untuk mengikuti fansign lanjutan yang diadakan di kawasan Sinchon besok. Sementara itu ketiga teman seteamnya sedang pergi keluar dorm. Ia bosan memperhatikan jalanan dari jendela. Tanpa pikir panjang yeoja dengan rambut warna cokelat itu langsung mengambil hoodie hitam beserta masker. Tak ketinggalan membawa ponsel dan dompetnya, ia segera mengenakan sepatu. Menutup pintu dan segera berlari menuju lift, keluar dari bangunan apartement dan segera berjalan menuju halte.

Sebuah halte bus tampak cukup ramai. Banyak warga  kota yang sedang melakukan kegiatan harian mereka, mereka terlihat sibuk menuju kantor. Jennie segera mengambil tiket dengan tujuan Yongsan. Ia memasang headset di kedua telinganya dan mencoba tidur di sepanjang perjalanan.

Perjalanan usai, kini Jennie telah berada di kawasan pemukiman Itaewon. Ia berniat untuk berjalan-jalan disana dan makan beberapa makanan mancanegara yang banyak ditawarkan di kawasan itu. Terbangun secara otomatis setelah bus berhenti, Jennie segera turun dari bus. Kedua telinganya masih menggunakan headset pertanda ia masih mendengarkan lagu mp3 yang ada dalam ponselnya. Tak sadar kakinya terus melangkah dan sebuah mobil nyaris menabraknya dengan keras. Namun mobil itu telah berhasil menyenggol Jennie, membuatnya terjatuh di zebra cross.

Ya! Gwaenchana?” pemilik mobil dengan warna hitam itu segera turun dan menanyai keadaan yeoja yang tengah terduduk di zebra cross.

Gwaenchana. Aaah…” Jennie mencoba berdiri namun ada yang salah dengan kakinya.

Namja pemilik mobil itu segera membuka pintu mobil dan membopong Jennie masuk mobilnya. Ia terlihat takut akan ada banyak orang yang memperhatikannya.

Ya!!! Kau mau membawaku kemana?” Jennie berteriak dari kursi belakang.

Byeonghwa kajja!! Aku menabrakmu jadi aku harus mengobatimu.” namja itu mengemudikan mobilnya dengan kencang.

“Aku baik-baik saja, kau tak perlu mengantarku ke rumah sakit. Aaah…!!” Jennie masih berteriak dari seat penumpang.

“Mendengarmu merintih kesakitan kurasa kau sedang tidak baik-baik saja.” namja itu tterus mengabaikan Jennie yang menolak dibawa ke rumah sakit.

Mobil mahal berwarna hitam itu berhenti di sebuah area rumah sakit. Namja dengan masker dan beanie di kepalanya turun. Membuka pintu seat belakang dan menggendong yeoja yang terduduk disana. Namja itu terlihat berlari menuju IGD, ia menurunkan yeoja yang digendongnya menuju ranjang pasien. Dan meminta perawat segera memeriksa keadaannya.

Terdengar suara yeoja sedang mengaduh kesakitan dari kejauhan. Yeoja itu menahan perih saat cairan yang digunakan untuk membersihkan luka mendarat di telapak tangannya. Pengobatan selesai dilakukan, seorang perawat memanggil namja dengan beanie hitam di kepalanya. Namja itu menuju ruangan yang ditunjukkan seorang perawat tadi. Kini kedua wajah itu bertemu kembali, ternyata mereka masih saling mengenali satu sama lain.

Ya!! Kau!!” Kedua orang itu berteriak bersamaan setelah tak ada satupun diantara mereka yang menutupi wajahnya dengan masker.

“Penggemar Yuta, apa kabar? Sepertinya takdir terus mempertemukanmu denganku.” dengan penuh percaya diri namja bernama Lee Taeyong itu menggoda yeoja yang terlihat tidak senang dengan pertemuan mereka.

“Ah sudahlah aku ingin pulang.” Jennie berusaha turun dari ranjang pasien.

Ya!! Oppa yang tampan ini belum menyelesaikan urusan administrasi. Lebih baik kau diam supaya tidak menimbulkan masalah lainnya.” Taeyong menyelesaikan kalimatnya dan segera berlari menuju bagian administrasi.

“Mimpi buruk apa lagi aku harus bertemu dengannya..” Jennie hanya bisa mengaduh kesal.

Tak sampai sepuluh menit Taeyong sudah kembali ke tempat Jennie berada dengan membawakan obat.

“Mana ponselmu?” Taeyong menyerahkan obat yang baru ditebusnya dan langsung merebut ponsel di tangan Jennie.

Ya!!!” Jennie meneriaki perlakuan Taeyong.

Okay nice! Oppa akan menyimpan kontakmu kalau sampai berita ini sampai di telinga media massa. Ingat handsome oppa ini bisa menuntutmu!” Taeyong kembali menyerahkan ponsel Jennie.

Jennie memberikan alamat apartemen lain yang berada di kawasan yang sama dengan dormitory tempat ia dan ketiga temannya menghabiskan waktu seperti sebuah keluarga. Tentu saja ia sampai disana dengan diantar Lee Taeyong. Jennie menunggu mobil Taeyong berlalu, ia segera keluar dari lobby apartement itu dan membuang perban yang menutupi luka kecil di telapak tangannya. Beruntungnya kakinya yang terkilir tadi telah sembuh setelah diberi spray di rumah sakit, ia segera berjalan menuju dorm.
***

Ponsel Jennie terus-terusan bergetar selama beberapa hari ini. Ia lelah meladeni setiap candaan yang datang dari namja yang memaksa meminta kontaknya di rumah sakit. Namja dengan display name TY itu kini makin akrab dengan Jennie, ia bahkan mengirimkan pesan untuk mengundangnya dalam acara fansign NCT 127 yang diadakan di Jamsil.

TY : Datanglah ke Fansign Jamsil! Aku akan mengirim voucher tiket masuk!

제니 : Aku akan datang jika aku ingin datang.

TY : Wae? Wae? Tidak ingin melihat handsome oppa ini lagi?

제니 : …

Eonni~ hari ini panas sekali. Haruskah kita makan semangka?” Rose menyadarkan Jennie dari lamunannya.

Eo~ Chaeyoung-ah! Bawa uang ini bersama Jisoo eonni untuk membeli semangka dan soda.” Jennie mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

Sementara itu di sudut lain terlihat seorang namja yang begitu gelisah memandangi ponselnya yang tak kunjung berdering. Dalam sebuah set filming acara game teman-temannya mendatanginya satu per satu. Mereka terlihat masih mengeluh akan jadwal yang begitu padat. Ditambah game yang harus mereka mainkan untuk filming reality show yang begitu menguras tenaga.

Eih jeongmal~ ini sangat melelahkan, game game game.” keluh namja dengan rambut blonde.

“Ini sama sekali tidak melelahkan Makeu-ya. Aku menyukai game hari ini. Tapi aku benci beverage prank  yang ia berikan.” seorang namja dengan kaos berwarna abu-abu menunjuk namja lain yang mengenakan kaos putih dengan bendera Amerika sebagai highlightnya.

Geundae Taeyong-i terlihat resah melihat ponselnya. Waeyo?” kini namja dengan human made t-shirt putih menyenggol namja yang dipanggilnya.

Eo hyeong!” namja dengan topi hitam itu kini menyadari keenam temannya memandang dengan arahnya sebagai fokus.

“Sepertinya kau terlihat menunggu sesuatu yang besar terjadi pada ponselmu hyeong.” namja dengan kaos belang hitam putih menatap tajam Taeyong seperti seekor hyena yang siap memangsa buruannya.

Ani~ apa kalian percaya aku punya yeojachingu?” Taeyong kini meladeni kerisauan keenam temannya.

Eiyy maldo andwae!!” hampir keenam temannya mengatakan hal yang sama.

Taeyong pun tak kehilangan akal untuk meyakinkan keenam temannya yang terlihat begitu tak mempercayainya. Ia membuka gallery ponselnya dan menunjukkan sebuah fotonya bersama seorang gadis. Gadis itu terlihat begitu chic dengan hoodie yang ia kenakan. Sementara background fotonya terlihat berada di tempat dengan dominasi warna putih.

“Lihatlah. Kalian akan mempercayainya!” Lee Taeyong menggeserkan ponselnya agar tiap member bisa melihat foto itu.

Hyeong! Solma?? Yeoja ini adalah yeoja yang sama dengan yang kulihat di naver bulan lalu.” namja dengan kaos putih bergambar bendera Amerika itu kini menyalakan ponselnya dan mencari artikel yang dimaksud.

Ya~~ ini sebuah berita besar. Jangan sampai wartawan tau uri leader mempunyai hubungan khusus dengan trainee agensi lain.” Namja berkaos belang hitam putih itu membisikkan kalimatnya pelan.

Namja dengan kaos abu-abu yang dipanggil Yuta oleh teman-temannya itu kini menyadari identitas yeoja dalam foto yang ditunjukkan temannya. Ia tercengang, bagaimana mungkin yeoja yang kali pertama ditemuinya di salah satu convenience store di Osaka itu muncul dengan membawa kabar mengagetkan ini. Tak bisa menghubunginya selama berbulan-bulan kini ia pun baru mengetahui identitas asli yeoja itu. Ia masih tak mempercayainya, bagaimana bisa Jennie bertemu dengan Taeyong. Sedangkan ia sendiri tak bisa menghubungi Jennie maupun bertemu dengannya setelah berada di Seoul.
***

Dua hari menjelang akhir bulan Juli, Jennie dengan seluruh keraguannya akhirnya mendatangi fansign NCT 127 di Jamsil. Ia sengaja bangun pagi tanpa membangunkan ketiga temannya. Setelah siap dan tak ada barang yang dirasa ketinggalan Jennie segera menuju stasiun kereta api bawah tanah untuk menuju Jamsil. Ia bertekad hari ini adalah usaha terakhirnya untuk menemui Nakamoto Yuta, jika tak menemuinya juga ia akan menyerah dan menunggu kesempatan berdiri di acara musik yang sama saat debutnya telah dimulai nanti.

Jennie berhasil masuk ke area fansign dengan jalur khusus setelah menunjukkan voucher undian yang Taeyong kirimkan. Jantungnya berdetak begitu kencang menunggu gilirannya maju menduduki kursi yang telah dipersiapkan staff. Satu jam berlalu, seorang staff memanggil nomor yang ada dalam vouchernya. Ia segera berjalan mendekati seat.

Eoseo oseyo~” sapa namja yang memakai choker merah dengan stark tajam yang melingkari chokernya.

Yeoja yang baru duduk itu membuka maskernya, sementara namja dengan choker merah itu kaget melihat wajah yang baru disapanya. Sedetik kemudian Jennie menempatkan jari telunjuknya tepat di depan bibirnya mengisyaratkan agar Yuta memperlakukannya selayaknya penggemar lainnya. Yuta mengerti yang Jennie maksudkan dan segera meminta Jennie mengeluarkan album yang akan ia tandatangani.

Jennie mengeluarkan photobook album dan sebuah amplop surat. Ia memberikannya pada Yuta sementara Yuta sudah bersiap dengan spidol di tangannya. Yuta bersiap menandatangani photobook yang telah ia pegang. Membalik halaman untuk menemukan fotonya, namun melewati halaman Lee Taeyong senyumnya memudar. Yeoja di hadapannya ini telah lebih dulu mendapat tanda tangan leadernya, ia kembali teringat apa yang Taeyong katakan dan mengasumsikan kebenaran akan hal ganjil itu.

Issyoni syasin torasete kuremasuka?” Jennie bersiap membuka aplikasi kamera di ponselnya, meminta Yuta mengambil foto bersama dalam bahasa Jepang.

Kashikomarimashita.” Yuta mencoba bersikap normal, ia memiringkan badan agar bisa mengambil selka bersama.

Arigato gozaimashita~” Jennie membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih.

Pertemuan singkat mereka hanya sebatas penggemar yang memberikan surat, meminta tanda tangan dan foto bersama. Raut canggung antara keduanya tak bisa dihindari, mengingat apa yang telah Taeyong katakan pada Yuta bersama dengan member lainnya. Suasana yang benar-benar tidak Jennie mengerti sama sekali. Jennie merasa beruntung pertemuan itu telah terjadi, namun di sisi lain Yuta tak mengerti ia harus mensyukurinya atau tidak.

Hari debut Jennie bersama Blackpink semakin dekat, mungkin menghadiri fansign itu adalah saat terakhirnya bisa pergi keluar tanpa memberitau manajer maupun staff lain terlebih dahulu. Kini ia lebih sering mendapat panggilan ke gedung YG dibanding hanya melakukan practice di ruang latihan mereka. Mimpinya setelah enam tahun bekerja keras dibawah naungan salah satu dari tiga agensi besar di Korea telah hadir di depan mata. Keringat dan air mata yang selama ini ia curahkan akan membuahkan hasil.

Di sudut kamar yang berisi dua buah ranjang seorang namja mengeluarkan ribuan gift yang ia dapatkan selama fansign berlangsung. Baru membuka sebuah frame berisi fanart yang dibuat penggemarnya ia teringat akan sebuah surat yang ia pisahkan dari surat lainnya. Segera berdiri namja itu berjalan ke arah gantungan baju yang ada di ruangan yang sama. Ia merogoh saku celana hitam yang ia gunakan sepulang fansign.

“Untung saja belum dimasukkan mesin cuci.” namja itu bergumam segera berjalan kembali ke ranjangnya.

Namja kelahiran Osaka 21 tahun yang lalu itu segera membuka surat dengan amplop dan warna kertas senada bergambar rilakkuma. Surat itu ditulis dengan huruf hiragana. Tentu saja tak perlu memakan waktu lama untuk bisa dipahami oleh si namja.

Penulis menuliskan sebuah akun instagram dibawah tanda tangan surat itu. Jennie yang menulis surat itu dengan harapan Yuta akan memfollow akun instagramnya. Ia juga menjelaskan ponselnya yang terjatuh ke kolam renang hingga kehilangan komunikasi dengannya. Keraguan Nampak jelas dari raut muka Nakamoto Yuta, ia telah mengetikkan username yang ada di surat itu dan membuka profilnya. Ibu jarinya telah bersiap menekan tombol follow namun ia tak yakin ingin melakukannya.

Hyeong! Apa kau lihat kaos kaki biruku?” sebuah suara yang cukup keras membuat Yuta kaget.

Aigoo kkamjakiya!” Yuta bereaksi seperti pencuri yang tertangkap basah.

“Eiyy Makeu bisakah kau ketuk pintu dulu sebelum masuk? Dan bisakah tidak berteriak?” Yuta menegur Mark yang hampir saja membuat jantungnya copot.

Eish jeongmal.” namja yang ditegur justru menggerutu dan berlalu begitu saja.

Nakamoto Yuta menghela napas dan menepuk dadanya, ia masih merasa jantungnya berdetak begitu cepat. Beberapa saat kemudian ia mengampil ponselnya yang tergeletak di kasur. Membuka kunci ponsel dengan kombinasi beberapa angka. Ia tercengang melihat kata follow telah berubah menjadi requested di layar ponselnya.

“Apa ini? Aku sudah memfollownya?” Yuta menunduk menggeletekkan ponselnya ke atas ranjang kembali.

-TBC-
 

ACE's B-Golds JackVIP Copyright © 2011 Designed by Dita Blogger Template Sponsored by web hosting