Tittle |
Whistle Part 1 – Convenience Store |
Author |
HalfAngel |
Main Cast |
Jennie Kim as Kim Jennie |
|
Nakamoto
Yuta as Nakamoto Yuta |
Other Cast |
BlackPink member |
Special Cameo |
Yang Hyunsuk CEO |
|
Cho Miyeon |
Genre |
Drama, Friendship, Fluffy
|
Length |
Triology - Sequel |
Rating |
T |
Summary |
“Kalian membeli gelang pasangan dan
mengulungkan uang secara bersamaan. Kalian sungguh pasangan yang manis.” |
|
|
Annyeong
^3^
Author
kembali membawa sebuah FF untuk merayakan debut BlackPink yang penuh dengan
kata delay. Kenapa FF ini disebut “Challengefic”? Karena dalam membuatnya
diperlukan tantangan. Harus bikin FF dari dua anak muda yang beda Company (SM x
YG). Padahal sebenernya author kalau bikin FF anak YG nggak bisa
dipasang-pasangin sama selain anak YG. Tapi kali ini “Nyerah aku nyerah …
kkk~”.
Tantangan
nyata selanjutnya di behind the scene bikin FF ini, author sama sekali nggak
tau lagu NCT dan tiba-tiba berniat bikin FF ini. Nonton MV mereka pun baru
beberapa hari yang lalu. Terus kenapa bisa pilih Yuta? Jawabannya lihat aja di
NCT Live in Seoul (kalau bisa lihat semuanya dari Bangkok sampai season 3 di
Paju yang masih aired kkk~). Nggak nyangkal sih author harus nyocokin jadwal
NCT 127 mulai dari debut, fansign sampai SMT Concert sama jadwal BlackPink dari
teaser sampai first stage. Tapi seru juga bisa ngembangin khayalan author
dipadu sedikit fakta-fakta tentang mereka. Semoga kalian suka~ Happy Reading
^3^ xoxo
Alunan
suara musik diiringi riuhnya sorakan manusia yang membentuk lautan lightstick
berwarna kuning memenuhi arena Kyocera Dome. Hari itu banyak sekali anak muda
yang membawa banner dan peralatan konser lainnya. Bahkan ada anak kecil yang
mencosplay astis yang ditonton menyesuaikan dengan pose artis aslinya. Dengan
lucunya anak-anak itu menirukan pose foto artis aslinya. Dari kerumunan manusia
itu ada empat yeoja diantaranya yang duduk di kursi VIP. Mereka
menikmati tiap musik yang tersaji dihadapan mereka.
Konser
berakhir begitu cepat bagi para pemirsanya dengan alunan lagu Fantastic Baby
sebagai encore. Tak ingin mereka mengakhiri kebersamaan mereka dengan
artis yang begitu mereka idolakan. Bigbang begitu menghipnotis para fans yang
kerap disapa VIPs dengan performance mereka malam itu. Begitu lampu stage
dimatikan lautan manusia itupun beranjak keluar dari Kyocera Dome. Sebuah mobil
Van tengah menjemput lima orang yeoja menuju hotel yang akan
mereka tempati untuk beristirahat selama berada di Osaka.
“Selamat
beristirahat. Besok kita akan jalan-jalan, jadi persiapkan tenaga kalian.” Ucap
salah seorang staff pada kelima yeoja tadi.
“Ne
gamsahamida… terimakasih telah membuat kami bersenang-senang hari ini.”
Kelima yeoja itu menjawab bersamaan dengan penuh antusias.
Kelima
yeoja itu memasuki kamar hotel dan langsung membersihkan diri. Salah
seorang yeoja dengan rambut paling mencolok diantara mereka selesai
lebih cepat dari keempat temannya. Ia mengambil jaket, dompet beserta ponselnya
kemudian berdiri hendak memberitau keempat temannya untuk pergi membeli
minuman.
“Eo
eonni… mau kemana membawa dompet dan ponsel?” belum sempat ia
berpamitan, salah satu temannya sudah menanyai terlebih dahulu.
“Aku
ingin beli minuman dingin di luar. Hanya sebentar, kalian bisa istirahat
duluan.” Yeoja itu menjawab singkat pertanyaan temannya kemudian berlalu
begitu saja.
Yeoja dengan rambut paling mencolok tadi berpamitan
dengan staff kemudian menuju sebuah convenience store yang
ditunjukkan salah seorang staff. Ia merasa cukup aman tak perlu terlalu
menutupi wajahnya karena yakin kali ini tidak akan ada orang yang akan
mengambil gambarnya saat ia sedang berlari. Setibanya disana, ia segera memilih
minuman yang ia inginkan dan sempat memilih sebuah ice cream. Begitu
selesai membayar seluruh belanjaannya, yeoja itu beranjak untuk duduk di
kursi depan convenience store tersebut. Ia tak mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi saat membayar karena fasih berbicara dalam bahasa Jepang dan
Inggris.
“Drrtt
Drrtt” merasa ponselnya bergetar yeoja itu segera mengangkat telepon
yang masuk.
“Yeoboseyo…”
ia membuka percakapan dalam telepon.
“Jennie
eonni, tolong belikan kami snack. Kami kelaparan disini.” Jawab
suara dari seberang panggilan.
“Ah
kebetulan aku masih disini, akan kubelikan beberapa makanan ringan. Tunggu aku
pulang arraseo Lisa-ya?” yeoja bernama Jennie itu pun segera
menutup telepon masuk tadi.
Jennie
masuk kembali untuk membelikan teman-temannya beberapa makanan ringan. Kembali
membayar beberapa makanan itu dengan kartu kredit yang dipegangnya. Baru saja
akan menempati kursi yang ia gunakan tadi, seorang namja asing
menyapanya. Jennie tak mengenalnya sama sekali, namun ia heran kenapa namja
itu menyapanya dalam campuran bahasa Korea dan Jepang.
“Konbanwa..Hanguk
saramiyeyo?” namja itu menyapa Jennie.
“Ah
ne.. nuguseyo?” Jennie sedikit khawatir jika namja ini adalah
salah satu orang yang sering mengambil fotonya secara diam-diam.
“Watashi
wa Yuta desu. Can we speak in Japanese or English? I’m still learning
Korean language.” namja bernama Yuta itu memperkenalkan diri.
“Ah,
should we? Let’s talk in Japanese, I can speak in Japanese too.” Jennie
mengajak si namja duduk dan berbincang.
“Apa
kau mengenalku, kenapa tiba-tiba menyapaku tadi?”
“Ah,
aku tidak mengenalmu. Kebetulan tadi aku mendengarmu berbicara dalam bahasa
Korea saat menjawab telepon. Siapa namamu?” kini Yuta yang menanyakan identitas
Jennie.
“Begitu
rupanya. Namaku Kim Jennie, senang bertemu denganmu.”
Perkenalan
singkat itu berakhir ketika ponsel Jennie mulai berdering kembali tanda waktu
keluarnya telah habis. Mereka berpamitan begitu saja. Jennie pulang dengan
barang bawaannya yang begitu banyak. Sesampainya di ruang hotel teman-teman
Jennie menyambutnya begitu antusias untuk segera merebut kantong plastik yang
Jennie bawa.
“Lama
sekali dan kau hanya membeli ini?” seorang yeoja terlihat sedikit
kecewa.
“Mianhae
Chichu eonni, aku takut staff akan marah jika melihatku membeli
banyak snack.” Jennie meminta maaf pada Jisoo mengingat mereka pernah
dimarahi karena tidak bisa menjaga berat badan.
“Ah
iya aku ingat, mari kita makan secukupnya saja.” Jisoo mulai membuka bungkus snack
kripik kentang dan memutarnya bergantian.
Liburan
mereka dimulai dengan mengunjungi amusement park yang wajib dikunjungi
ketika berasa di Osaka. Mereka bisa melihat berbagai atraksi pembuatan film
Hollywood dan naik roller coaster. Dilanjutkan dengan mengunjungi
beberapa tempat wisata lain disekeliling Osaka.
Suara
tawa terdengar dari kamar hotel, lima sekawan itu kini tengah memperbincangkan
hal yang telah mereka lalui hari ini. Canda tawa dari kelimanya terdengar di
seluruh sudut rungan.
“Ya..
ya.. siapa yang tadi berteriak begitu kencang saat naik roller coaster?”
Jisoo kembali tertawa teringat kejadian di roller coaster tadi.
“Siapa
lagi kalau bukan Chaeyoung, aku bahkan tertawa mendengar suara teriakannya yang
aneh.” Lisa tertawa begitu puas mengingat teriakan Rose.
“Enak
saja, bukan hanya aku yang berteriak tadi, kau juga melakukannya Lisa-ya.” Rose
masih tersipu malu mengingat teriakannya sendiri.
“Hey
aku berteriak karena kaget. Baru mengajak Jisoo eonni berbicara,
tiba-tiba berjalan begitu kencangnya. Sedangkan kau berteriak disepanjang
perjalanan Chaeyoung-ah.” Lisa menyangkalnya.
“Eiyy
sudah jangan bully Chaeyoung terus.” giliran Miyeon meminta yang lain
untuk berhenti tertawa.
“Miyeon
meminta yang lain berhenti tertawa sedangkan dirinya sendiri masih tertawa.”
Jisoo menyela Miyeon.
“Aku
tertawa sampai perut dan rahangku sakit.” Jennie menambahkan.
“Hey
bisakah kalian berhenti mentertawaiku?” kini Roje mulai mengerucutkan bibirnya.
“Ah
sudah.. aku lelah tertawa, aku ingin keluar sebentar. Jika butuh sesuatu
hubungi aku arraseo?” Jennie segera keluar hotel ingin mencari udara
segar.
Seorang
yeoja dengan hoodie dan celana panjang hitam berjalan keluar hotel,
menyebrangi jalanan yang mulai sepi. Kakinya yang dibalut sepatu motif leopard
tak ragu melangkah menyusuri jalanan kota Osaka yang tak pernah sepi. Kini ia
berhenti tepat di depan sebuah convenience store yang masih cukup ramai.
Ia melangkahkan kakinya kembali, memasuki convenience store tersebut dan
memutuskan untuk membeli ice cream disana. Jennie membuka almari es
tempat penyimpanan ice cream untuk mengambil sebuah ice cream.
“Aigoo
kamjakiya!!” Jennie terlihat begitu kaget ada tangan lain yang mengambil
ice cream sejenis.
“Hey
kau…” orang itu terkekeh melihat Jennie.
“Hey
kita bertemu kembali.” Jennie mengenali seorang namja yang baru kemarin
ditemuinya.
Dua
orang asing itu kembali menghabiskan waktu di bangku yang sama seperti malam
sebelumnya.
“Kupikir
kau sudah pulang. Memang sebenarnya kau disini untuk apa?” Yuta masih tak percaya akan bertemu dengan yeoja
itu kembali.
“Yaah..
hanya untuk berlibur selama beberapa hari. Kau sendiri untuk apa belajar bahasa
Korea?” kini Jennie hampir menghabiskan ice cream unik dengan rasa
gurita yang dibelinya.
“Aku
mempelajarinya karena mungkin akan kugunakan ketika belajar disana nanti.”
“Apakah
selama liburan disini kau mengunjungi Mino Park?” Yuta menambahkan kalimatnya
yang terpenggal.
“Pffftt..
Apa kau bilang? Mino Park?” Jennie berusaha menahan tawa.
“Memangnya
ada yang aneh dengan nama Mino Park?” tanya namja itu binggung.
“Aniya…
salah satu temanku bernama Mino hahaha… Aku baru mendengar nama tempatnya saja
langsung tertawa.” Jennie masih tertawa, mendengar kata Mino yang ada di
otaknya adalah teman seagensinya Song Minho.
“Apa
kau suka olahraga? Ada lapangan basket disekitar sini.” Kini Yuta menawarkan
Jennie untuk berolahraga disana.
“Umm..
baiklah, kurasa ini belum terlalu malam. Let’s go!” Jennie menyanggupi
ajakan Yuta.
Mereka
menuju sebuah lapangan basket yang sudah sepi saat itu. Mendribble bola basket
secara bergantian dan berebut untuk memasukkan bola ke dalam ring.
Saling mentertawai satu sama lain ketika satu diantara mereka gagal melakukan shoot.
Tak terasa malam itu telah menjadi begitu larut, mereka juga telah lelah
bermain. Jennie berbaring di lantai lapangan mengambil napas setelah kelelahan
bermain diikuti Yuta yang juga berbaring berlawanan arah dengan yang Jennie
lakukan.
“Kapan
kau akan kembali ke Korea?” masih dengan napas yang berat Yuta menanyakan
kepulangan Jennie.
“Jadwal
penerbangan yang ada di tiketku adalah besok malam.” Jennie menjawab pertanyaan
Yuta dengan napas yang belum teratur.
“Jika
besok pagi kau ada waktu luang maukah pergi ke Shinsaibashi?” namja itu
menawarkan sebuah tempat wisata lain dengan awkwardnya.
“Baiklah,
tapi tempat seperti apa itu?” Jennie sedikit ragu mengikuti ajakan namja
asing yang sudah seperti teman dari Negara yang berbeda dengannya.
“Ah..kita
bisa berbelanja disana, kau bisa membeli oleh-oleh untuk keluarga dan
teman-temanmu disana.”
“Begitukah?
Kurasa kita bisa pergi kesana.” Jennie mengangguk menandakan ia menyetujuinya.
Tepat
pukul 10 pagi waktu setempat sebuah taxi berhenti di depan hotel tempat
Jennie menginap, saat itu juga ponselnya berdering. Sebuah pesan singkat muncul
di layar ponsel Jennie, yeoja itu segera berlari menuju lift agar
segera sampai ke lobby. Ia segera menghampiri taxi berwarna
kuning yang berhenti tak jauh dari bangunan hotel. Begitu berdiri di depan
pintu mobil, seorang menurunkan kaca mobil untuk memastikan orang yang
ditunggunya yang datang.
Jennie
segera memasuki taxi begitu melihat namja yang dikenalnya
beberapa hari lalu telah menunggunya di dalam taxi tersebut. Tanpa
merasa awkward sedikitpun namja yang bernama Yuta itu terlihat
sangat bersemangat menjelaskan keadaan kota Osaka pada Jennie. Termasuk apapun
yang terlihat disepanjang kanan dan kiri jalanan dari dalam taxi. Jennie
pun menerima semua penjelasan Yuta seperti seorang tour guide
yang sedang mengantar tamunya berlibur.
“Kita
sampai di Shinsaibashi!!” seru Yuta begitu keluar dari taxi.
“Aah..
jadi seperti ini Shinsaibashi! Di Korea tempat seperti ini namanya Myeongdong.”
Kini Jennie tengah memperhatikan sekeliling Shinsaibashi yang sangat padat.
“Kalau
begitu lain kali jika aku yang di Korea kau harus mengajakku berbelanja ke
Myeongdong. Ayo jalan!!” Yuta memimpin perjalanan dengan memperlihatkan
barang-barang yang bisa temannya beli sebagai cinderamata.
Karena
tak afdol rasanya berbelanja di Shinsaibashi tanpa menikmati makanan yang
banyak dijual pedagang kaki lima disana, Yuta mengajak Jennie mengantri untuk
membeli Kushikatsu. Cukup lama mereka mengantri karena begitu populernya makanan ini di kalangan para turis. Sampai
akhirnya Yuta mendapat giliran untuk mengambil kushikatsu kemudian membayarnya
dan mengajak Jennie berjalan lagi ke toko pernak pernik. Mereka memakannya
bersama di sepanjang jalan. Tak merasa mendapati barang yang sesuai seleranya
Jennie kembali mengajak Yuta berjalan.
Kini
mereka berhenti di sebuah kedai yang menjual Takoyaki. Jennie dengan bahasa
Jepangnya yang baik berhasil membeli seporsi takoyaki disana. Mereka kembali
makan takoyaki sambil berjalan.
“Hey
dari tadi kita hanya makan dan makan. Ayo berhenti di toko oleh-oleh itu dan
pilihkan yang bisa kubawa pulang ke Korea.” Jennie menunjuk salah satu toko
oleh-oleh dari kejauhan.
Mereka
tiba di toko oleh-oleh itu dan Yuta langsung menawarkan beberapa alternatif
panganan khas Osaka.
“Kau
bisa membeli beberapa Onigiri Senbei dan
Jagariko. Ah.. ambil juga kue Cigare ini, lalu ambil juga Puchipura ini. Kurasa
kerabat perempuanmu akan sangat menyukai Puchipura.” Yuta memberikan penjelasan
untuk masing-masing item yang ia masukkan dalam keranjang belanja.
“Aigoo..
kau ini ternyata laki-laki yang detail ya. Pasti hal ini sering kau lakukan.”
Jennie mengambil dalam jumlah yang sama untuk tiap item yang telah dipilihkan
Yuta tadi.
“Hey
itu tidak benar. Aku hanya baru beberapa kali membeli oleh-oleh untuk kerabatku
ketika mengunjungi Korea.” Yuta membenarkan apa yang telah Jennie asumsikan.
Kini
selesai sudah sesi berbelanja seluruh oleh-oleh yang Jennie inginkan. Mereka
berjalan menuju luar area Shinsaibashi. Namun Jennie berhenti di sebuah toko
aksesoris yang menjual beberapa pernak-pernik penghias ponsel dan aksesoris
berupa gelang, kalung, anting dan sebagainya. Dengan teliti Jennie membeli
beberapa anting yang menarik perhatiannya. Yeoja dengan baju bermotif
kotak-kotak kuning itu telah berdiri di kasir untuk membayar beberapa anting
dan kalung choker yang ia inginkan. Baru saja membayar barang belanjaannya ia
mengurungkan diri untuk keluar dari toko. Perhatiannya beralih pada gelang yang
banyak digantungkan disana.
“Hey
sebentar, bagaimana kalau kita membeli gelang ini?” Jennie menunjuk dua buah gelang dengan warna
hitam dan putih.
“Hmm..
oke.. aku suka yang warna putih.” Yuta mengambil gelang tali warna putih dengan
main point berbentuk lambang infinity di tenggahnya.
Jennie
mengambil gelang warna hitam dan membawanya ke kasir. Ia memberikan uang untuk
membayar kedua gelang itu sedangkan Yuta juga terlihat mengulungkan uang ke
kasir yang sama.
“Kalian
membeli gelang pasangan dan mengulungkan uang secara bersamaan. Kalian sungguh
pasangan yang manis.” Kasir itu menerima uang Jennie dan memberikan gelang yang
dibeli.
Sementara
Jennie masih mencerna apa yang dikatakan pekerja kasir itu, Yuta lebih dulu
tertawa dengan kencang.
“Kami
bukan pasangan… hahaha…” Yuta menyangkal apa yang dikatakan pegawai kasir tadi.
Mendengar
perkataan Yuta, Jennie baru tertawa dengan keras dan menyangkalnya dalam bahasa
Korea. “Aniyaa kkkkkk~”
Kedua
orang yang baru saja disangka sebagai sepasang kekasih itu keluar dari
Shinsaibashi dengan mengendarai taxi kembali agar tidak terlambat sampai
di Hotel. Tentu saja mereka masih mentertawai perkataan pekerja kasir di toko
tadi. Perjalanan kembali ke hotel terasa begitu cepat.
“Hey
jangan lupakan aku jika kita bertemu di Seoul nanti. Aku pergi!!” Jennie
membuka pintu taxi dan segera menurunkan seluruh batrang belanjaannya.
“Dan
jangan hilangkan gelang itu. Aku yang membelinya, sampai hilang kau harus ganti
dengan barang yang sama persis!!” Jennie menambahkan peringatan setelah selesai
menata barang belanjaannya.
“Arraseo..
aku mengerti. Apa kau perlu bantuan membawa belanjaanmu itu?” Yuta menawarkan
bantuan membawa belanjaan Jennie yang banyak itu.
“Aniya~
tidak perlu ini cukup ringan. Gerigeo… jangan lupa untuk selalu
menggunakan bahasa Korea ketika mengirim pesan singkat padaku.”
“Arraseo~
Arraseo~… cepat masuk. Hubungi aku sesampainya di Korea. Okey?”
“Okey..
ppai ppai.” Jennie melambaikan tangan seraya membawa masuk seluruh
belanjaannya ke ruangan hotel.
Jennie
membuka pintu hotel menemukan keempat temannya meributkan packing
seluruh barang bawaan mereka. Jisoo terlihat sedang memasukkan pakaian
bawaannya ke dalam koper, Lisa dan Rose sedang meributkan penutup mata yang
akan mereka gunakan selama tidur di pesawat. Sementara Miyeon sedang mengemasi
alat mandinya ke dalam tas plastik.
Tak
ingin ketinggalan, Jennie pun segera mengemasi barang-barangnya ke dalam koper.
Ia memasukkan seluruh pakaiannya dalam satu koper, sementara koper lainnya ia
gunakan untuk menyimpan oleh-oleh yang ia persiapkan oleh kerabatnya di Korea.
Setelah mempersiapkan diri dan berganti pakaian, Jennie mengecek tiket pesawat
seluruh teman-temannya dan menyerahkan pada salah seorang staff.
“Eonni
aku sedih kenapa liburan ini singkat sekali. Besok kita harus memulai latihan
keras kembali.” Rose terlihat belum ingin meninggalkan kota Osaka.
“Kalau
kita berlatih dengan keras saat debut nanti kita akan lebih sering keliling
Jepang seperti Bigbang sonbaenim.” Jennie menghibur Rose yang hampir
menangis.
“Eiyy
tentu saja, mari berusaha keras saat telah sampai di Seoul nanti.” Jisoo pun
turut menyemangati Rose yang sudah berkaca-kaca.
Tepat
pukul 09.00 pm KST pesawat yang memuat Jennie dan teman-temannya telah tiba di
Bandara Incheon. Mereka terlalu lelah untuk bermain dan langsung merebahkan
badan begitu tiba di asrama mereka. Jennie teringat akan sesuatu dan segera
membuka ponselnya. Ia terlalu malas untuk mengucapkan sesuatu dan hanya
mengetik beberapa kata lalu mengirimnya.
Jennie
menulis “Aku telah sampai di Korea!” lalu melanjutkan tidurnya kembali.
제니 : 한국이 왔어요!
Tak
lama kemudian ponsel Jennie bergetar, namun ia sendiri terlalu lelah untuk
membuka ponselnya kembali. Ia tertidur sampai esok hari giliran Lisa yang
membangunkannya. Mereka segera bergegas menuju ke YG Building mengingat hari
ini mereka akan mengadakan pertemuan dengan CEO YG Entertaintment, Yang
Hyunsuk. Jennie memeriksa ponselnya sebelum berangkat dan menemukan sebuah
pesan disana.
유타 : 수고했어요! (Good Job!)
Jennie
seraya tersenyum melihat pesan itu dan membalasnya dengan mengirim sebuah
sticker.
***
Tepat
di hari itu mereka mereka mendapat kabar buruk, terlihat jelas dari raut wajah mereka
ketika keluar dari gedung YG Entertaintment. Dorm yang mulanya berisi banyak
trainee kini hanya tersisa empat trainee. Mereka dibagi menjadi dua team,
pinkpunk dan future 2ne1. Kini team Jennie hanya berisi empat orang saja, ia
sendiri, Jisoo, Lisa, dan Rose yang biasa mereka panggil Chaeyoung.
Lisa
terlihat sedih, selain harus berpisah dengan Jinny dan Miyeon ia merasa akan
kehilangan harapan jika tidak didebutkan juga. Sedangkan teman dekatnya, Bambam
dan Sorn sudah memulai kehidupan mereka sebagai idol sejak kemarin. Jennie pun
merasakan hal yang sama, ia hanya bisa menceritakan semuanya pada Chahee dan
bermain-main dengan memberikan komentar pada foto yang diunggah Chahee di
instagram.
Baru
saja asik dengan akun instagramnya sebuah pesan masuk tertera pada layar ponsel
Jennie.
유타 : 먹었어요? (Apa kamu sudah makan?)
제니 : 네.. 잘 먹었어요! (Ya.. Aku sudah makan dengan baik!)
“Apa
aku harus terus berbicara formal dengannya seperti ini kkkkk~” Jennie
tertawa membaca percakapannya dengan Yuta yang selalu menggunakan bahasa
formal.
Dua
orang itu terus-terusan berbicara dalam bahasa formal, namun sepertinya mereka
mulai akrab. Tibalah pada monthly evaluation bulan Desember dengan
anggota empat orang. Mereka telah mempersiapkan dance move yang sangat
cepat dan nyanyian akustik yang akan diiringi instrument gitar.
제니 : 아.. 떨려 ㅍ~ㅍ (Ah aku deg-degan)
유타 : 할수있어!! ㅇ.ㅇ (Kau pasti bisa!!)
Akhirnya
mereka berhasil memberikan penampilan terbaik mereka, dalam ruangan terlihat
ada beberapa senior mereka seperti B.I dan Junhoe. Mereka telah menunjukkan
keberhasilan latihan mereka pada CEO mereka dan para team penilai. Seusai monthly
evaluation Jennie terduduk di tepi kolam renang yang ada dalam gedung itu.
Ia masih memainkan ponselnya sampai suara khas CEOnya datang menghampiri,
mengagetkannya dan membuat ponselnya terjatuh ke dalam kolam.
“Ah
nde~” Jennie segera berdiri tanpa menghiraukan ponselnya yang telah
tenggelam dalam kolam.
“Jennie-ya~
melihat hasil evaluasi team kalian tadi, sepertinya hari debut kalian akan
semakin cepat. Beritau teman-temanmu untuk bersiap-siap melakukan kerjasama
dengan Teddy.” Yang Hyunsuk memberikan pujiannya pada team Jennie.
“Ah
nde~ gamsahamida sajangnim. Kami akan bekerja lebih keras
lagi.” Jennie tersenyum mendengar apa yang baru saja CEOnya katakan padanya.
“Good!!
Well done!” Yang Hyunsuk selesai memberikan kabar gembira pada Jennie
kemudian pergi menuju ruangannya kembali.
Senyum
di bibirnya hanya terkembang beberapa saat saja. Ia teringat akan ponselnya
yang telah terjatuh dalam kolam. Yeoja itu turun ke dalam kolam untuk
mengambil ponselnya. Mencoba menghidupkan ponselnya kembali, namun sayang
ponsel itu sudah terlalu lama berinteraksi dengan air hingga tak bisa menyala
kembali.
“Aish
jinjaaaaaa~” Jennie merutuki kecerobohannya sendiri.
***
Sudah
sebulan sejak teasernya diunggah dan sehari semenjak video dance practicenya
diunggah pula oleh YG Entertaintment. Kini seluruh persiapan debutnya dengan
grup bernama BlackPink telah usai. Tinggal menunggu hari debutnya yang masih belum
diumumkan oleh CEOnya ke publik. Jennie seluruh membernya memutuskan untuk
menonton acara musik di televisi.
“Ayo
kita nonton MCD!” Lisa mulai menyalakan televisi dan berebut remote dengan
Rose.
“Minggir!
Aku ingin nonton acara lain!” Rose pun begitu bersemangat mengalahkan Lisa.
“Camkkaman!!”
Jennie menghentikan keributan kedua magnae itu.
Ia
menghentikannya karena merasa ada yang tak asing dengan salah seorang namja
dari grup yang sedang diwawancarai oleh MC. Ia merasa familiar melihat wajah
seorang namja dengan rambut keriting menyerupai mie goreng. Namun ia
ragu dengan tebalnya riasan di wajah namja itu. Kini keraguannya telah
terjawab ketika namja itu memperkenalkan diri.
“Annyeonghaseyo
NCT 127 Yuta imnida!”
“Apa??
Apa tadi dia bilang, namanya Yuta? Jadi selama ini yang dia bilang belajar itu
belajar dengan menjadi trainee di agensi SM Entertaintment??”
-TBC-