Tittle |
WIWYG Epilogue - Nightmare
|
Author | HalfAngel |
Main Cast | Lalisa Manoban as Lalice |
Goo Junhoe (Junhoe) as Goo Junhoe (Junhoe) | |
Kim Donghyuk (Donghyuk) as Kim Donghyuk (Donghyuk) | |
Other Cast | iKon member and Pink Punk member |
Special Cameo | Yang Hyunsuk CEO |
Chonnasorn Sajakul (Sorn) as Sorn | |
Genre |
Friendship, Rommance, Hurt (maybe)
|
Length | Triology + Epilog |
Rating | T |
Summary |
“Donghyuk-ssi, apa kau pikir aku baik-baik saja?”
|
Siang itu Jisoo mengajak Lisa
belajar bersama, mereka belajar di rumah Lisa. Tetapi entah darimana itu
tiba-tiba Donghyuk juga datang. Mereka bertiga belajar dalam diam.
“Lisa-ya aku ingin membeli minuman di depan.
Kutinggal dulu ya.” Jisoo meninggalkan Lisa dan Donghyuk dalam
ruangan itu.
Diam dalam beberapa menit
“Nampaknya kau akan terus menyembunyikannya
sampai akhir” Donghyuk mulai membuka mulutnya.
“Kurasa kau bisa menahan semuanya” Donghyuk masih melanjutkan kalimatnya tidak mendengar
penolakan apapun dari Lisa.
Lisa masih tetap terdiam,
terdiam dalam tangis lebih tepatnya.
“Aku penasaran sampai kapan kau akan terus
menutup mulut tentang apa yang pernah kulakukan
padamu.”
“Tutup mulutmu! Apa saat ini kau masih terus
bisa melihat aku bisa melakukannya sampai akhir huh?” Lalis mulai membuka mulutnya, menjawab seluruh
pertanyaan yang ada di kepala Donghyuk dengan kata-kata dan sorot mata
tajamnya.
Jisoo membuka pintu dan
menemukan Lisa tengah membanting buku yang tadi mereka berdua kerjakan, juga
ponselnya yang ada tepat diatas ponsel itu ikut terbanting. Sementara Jisoo
masih bingung dengan apa yang tengah terjadi, Lisa berlari keluar ruangan
dengan tangan yang menutupi air matanya. Lisa berlari tanpa arah dan tujuan
bahkan saat ia melihat ayahnya, ia terus berlari tak peduli apa yang ada
dihadapannya.
Lisa berhenti tepat di sebuah
gubug tak berpenghuni. Ia duduk di tepian gubug, meringkuk diasana dalam
tangisannya yang semakin dalam. Betapa berat beban yang ia tanggung, yang bahkan
untuk sekedar menceritakan kisahnya pada sahabat terdekatnya pun ia tak bisa.
“Angwaenchaneundae...” ucap Lisa disela tangisnya.
Jisoo yang meminta penjelasan
pada Donghyuk pun tak bisa mendapatkan seberkas informasi apapun. Donghyuk
pergi begitu saja, entah itu dengan membawa perasaan bersalah maupun perasaan
acuh yang menyelimutinya.
“Apa-apaan ini?” Jisoo pun pulang dengan membawa tanda tanya besar di
kepalanya.
Lisa POV
“Ya, aku ini memang wanita bodoh yang masih
mengharapkan baju dead stock yang telah dibeli orang.”
“Aku tau ini salah, tapi aku pun tak bisa
melakukan apapun untuk menyingkirkan perasaan ini.”
“Kau tau berapa kali aku mencoba melupakan
Junhoe dengan membuat Bambam menjadi korban pelarian. Tapi
semua cara itu tak berhasil untuk
membuatku melupakan Junhoe. Disaat aku tengah menjadi mayat hidup kau datang
dengan membawa secercah harapan untukku bisa menghapus nama Junhoe dalam
hatiku. Tapi kenapa harapan itu tak pernah bisa menjadi nyata?”
“Aku memang
menyesal telah melupakanmu Junhoe-ssi, tapi aku akan lebih menyesal jika aku
tak pernah bisa melupakanmu disepanjang sisa umurku. Tapi kenapa orang yang
membuatku bisa melupakanmu hanya menjadikanku sebagai sisir yang ia gunakan di
saat rambutnya berantakan dan membuangku ketika rambutnya telah rapi. Kenapa???”
“Tuhan... dosa apa yang telah kulakukan di
masa lalu?”
“Apakah aku ini terlalu buruk untuk dimiliki
dan masih begitu baik untuk dibuang begitu saja?”
“Tuhan, sampai
kapan aku akan terus begini? Bukankah kini saatnya aku harus menggunakan
penghapusku?”
Suara bising yang
memekakkan telinga tiba-tiba terdengar, sepertinya aku tak asing dengan suara
ini. Aku membuka mataku, merasakan suasana yang begitu berbeda dari keadaan
terakhir sebelum aku menutup mata tadi. Kini aku menengok ke samping, terlihat
ponselku berdering dengan keras.
“Ya! Sampai kapan
kau akan membiarkan alarm itu terus berbunyi huh?” teriak suara yang terdengar
dari arah bawah.
Aku tersadar dan
langsung terduduk, meraih ponsel yang masih berbunyi itu dan mematikannya.
“Hah... hah...” aku
masih berusaha mengkontrol nafasku yang masih belum beraturan.
“Aku hanya
bermimpi...”
“Tapi... kenapa
mimpi itu terasa begitu nyata?”
“Donghyuk-ssi, apa
kau pikir aku baik-baik saja?”