Tittle |
WIWYG Part 1 - Time Shock
|
Author | HalfAngel |
Main Cast | Lalisa Manoban as Lalice |
Goo Junhoe (Junhoe) as Goo Junhoe (Junhoe) | |
Other Cast | iKon member and Pink Punk member |
Special Cameo | Yang Hyunsuk CEO |
Genre |
Friendship, Rommance, Hurt (maybe)
|
Length | Triology + Epilog |
Rating | T |
Summary | “When time stop at 12:30, we have our backs to each other, walking to different directions we won’t be able to return to.” |
Horrayyy author kembali
membawa sebuah kisah opera sabun. Kali ini temanya romance remaja, sebelumnya untuk
kesamaan tokoh, waktu dan tempat hanya kebetulan saja karena ini hanyalah
cerita fiktif belaka. Maaf kalo ceritanya agak absurd, haha…. Khayalan author
sangat amat minim di sela-sela waktu ini hiks T.T. O iya sekalian nih author
mau titip minta do’a restu biar impian author bisa terwujud, amin. Lah emang
impian author apa? Lulus, bisa kuliah, lulus kuliah, kerja, nikah, punya anak.
Dan hidup bahagia selamanya bak Cinderella yang udah ditemu pangerannya. Haha….
Nggak segitu detail sih, author cuma mau Tuhan mendengar do’a author dan mengijinkan
author menggapai cita-cita author, amin.
Umm… sebenernya inspirasi apa
sih yang bisa bikin author bikin ff ini?? Simple sih, sebenernya author
mendengar kisah opera sabun terus ditambah dengerin lagu When I Was Your Man
yang dicover sama MADILYN BAILEY dengan female versionnya. Lagunya dalem banget
T.T author jadi terbawa suasana. Plus lagu favorite author sepanjang masa
pertengahan tahun 2014-sekarang Eyes, Nose, Lips by Taeyang and all covered
version, termasuk Team B. Uwaa…. Rap Hanbin bikin author meleleh, haha…. Okay
daripada kelamaan ngoceh ntar author lama-lama bisa curhat juga disini. Oke oke
stop stop it. Happy reading ^^ Ditunggu komentarnya :))
"Too young too dumb to realize..."
terdengar suara seorang Yeoja dengan earphone menghiasi kedua telinganya
yang sedang duduk di sebuah bangku taman tengah memandangi layar ponselnya
tanpa henti.
"Aduh... apakah aku harus menyanyikan
lagu ini di evaluasi bulan selanjutnya? Atau aku menyanyikan lagu Lee Hi sunbaenim?"
Yeoja itu terlihat mengacak rambutnya, sepertinya ia sedang kebingungan.
Tak lama kemudian Yeoja itu
melangkahkan kakinya menjauh dari keramaian taman kota di sore hari dengan
tiupan angin yang menyejukkan. Yeoja itu menghentikan kakinya begitu
menemukan sebuah warung yang menjajakan makanan favoritenya, jajangmyeon.
Memesan seporsi makanan yang berbahan dasar mie dan saus kacang merah itu lalu
melahapnya.
"Ummm yummy" ucapnya sembari
memasukkan mie hitam itu ke dalam mulutnya dengan bantuan sumpit.
Yeoja
itu juga sempat mengabadikan moment makan jajangmyeon itu dengan kamera
ponselnya. Yeoja itu memang anak sosmed, ia lebih banyak menghabiskan
waktunya di dunia maya dibandingkan dengan kehidupan nyatanya. Tangannya akan
terasa gatal untuk mengupdate berbagai akun sosial media yang ada dalam
ponselnya.
"Wah sepertinya aku harus memakai krim
pelembab dan bedak seperti anak gadis lain, mukaku terlihat sangat
berminyak." seru yeoja itu meneliti hasil jepretannya.
Ia beralih dari satu album ke album lain yang
ada dalam ponselnya. Membukanya satu per satu dan mengenang setiap moment
berharga yang telah ia abadikan. Sampai akhirnya ia membuka album screenshot
dalam galerynya. Tangannya berhenti menggeser gambar yang ada pada album itu.
"Walaupun terasa pahit saat membacanya,
aku belum ingin menghapusnya. Aku masih ingin membaca dan mengenangnya."
gumam yeoja itu begitu layar ponselnya meredup.
***
Friday Night on
August with an ice cream
"Ya! Kau sedang apa sendirian,
bukankan hari ini latihan sudah selesai jam 6 tadi." sapa seorang staff.
"Anieyo, aku juga sedang
membereskan barangku. Aku akan segera pulang ke dorm, tenang saja tak
mungkin aku kabur dari sini."
Disaat tengah disibukkan dengan beberapa
sepatu dan topi, ponsel Yeoja itu bergetar. Ia membaca beberapa deret
huruf yang terpampang di layar ponselnya.
From: Chilly gurl
Lalice-Ya! Cepat pulang sebelum
leader-nim dimarahi papa YG lagi.
Ternyata pesan singkat dari teman satu
grupnya. Tapi yeoja yang dipanggil Lalice tadi hanya menjawab “Arraseo…”
pada dirinya sendiri tanpa berniat membalas pesan singkat yang telah ia terima
tadi.
Yeoja
bernama Lalice tadi berjalan kaki untuk pulang ke dormnya. Dengan
menggendong tas dan headphone yang melindungi kedua telinganya dari
dinginnya udara malam. Kakinya berhenti melangkah ketika ia telah masuk pada
sebuah mini market di ujung jalan menuju asramanya. Memilih beberapa bungkus
ice cream yang akan menjadi oleh-oleh untuk teman satu grup yang tinggal dalam
asrama yang sama. Berjalan menuju kasir untuk membayar beberapa bungkus ice
cream yang telah ia pilih tadi.
Tanpa membuang waktu lagi, Lalice segera
melangkahkan kakinya menuju dormnya yang tinggal 500 meter lagi. Begitu
sampai di depan pintu dorm, Lalice segera menekan bell agar segera
dibukakan pintu oleh temannya.
“Ya! Kenapa kau pulang selarut ini?
Bisa-bisa sajangnim menyuruhmu pulang ke Thailand jika kau tidak pulang tepat
waktu!” cerca yeoja yang membukakan pintu.
“Eiyy… Jisoo eonni tak perlu
mengkhawatirkanku. Kalau aku disuruh pulang ke Thailand besok pagi, aku pasti
akan segera mengirimkan gajah putih ke dorm ini untuk menggantikan
posisiku. Hahaha….” Lalice hanya menanggapi omelen eonninya dengan
gurauan.
“Kau pikir gajah bisa menirukan girl group
dance huh?” jawab Jisoo sebal.
“Eonni tak perlu sebal seperti itu.
Hahaha….”
“Ya sudah, ayo cepat masuk!”
Begitu masuk dorm, Lalice dan
teman-temannya segera memakan ice cream yang telah dibeli di mini market tadi.
Mengingatkannya akan sebuah cerita yang pernah ia dengar, dengan dirinya
sendiri sebagai pemeran utamanya.
#Flashback
Lalice POV
Aku selesai mengemasi barang bawaanku dan
sekarang berjalan menuju kafetaria dengan teman satu grupku. Tapi sebelum makan
di kafetaria aku lebih memilih ke mini market untuk membeli sebungkus es krim.
Aku menjatuhkan pilihan pada es krim berasa melon, mungkin karena warnanya
hijau. Aku mengambilnya dan segera membayar di kasir.
Kembali ke kafetaria dan mengambil makanan
yang telah dipesankan Hanna eonni. Aku segera membuka bungkusan es krim
yang kubeli sebelum meleleh, memakannya terlebih dahulu sebelum memakan makanan
utama. Aneh memang, tapi aku lebih menyukai hal yang berbeda dari yang orang
lain lakukan.
Masih sibuk dengan es krim di tangan kananku,
aku mengecek ponselku yang memang diharuskan dikunci di dalam tas yang
kumasukkan dalam loker sebelum memasuki ruang latihan. Ada dua pesan singkat
pada notification ponselku. Aku baru saja membukanya dan merasa sedikit
aneh.
From: Bambam
Hey, pretty girl. Could I be yours?
From: Babam
Why didn't you giving me your answer?
From: Junhoe
I don't know, but this is my first time I feel
comfortable with someone. It's you.
"Oh my God, how could this be?"
hanya itu kata-kata yang bisa kukatakan setelah membaca pesan singkat yang
memenuhi notifikasi ponselku.
Aku tak langsung membalas banyak pesan
dari kedua orang yang berbeda itu. Aku
bahkan langsung berkicau di akun twitter yang mati-matian kusembunyikan dari
para staff dan CEO. Aku hanya menulis "Am I dreaming right now?"
Setelah itu aku baru menjawab pesan mereka.
To: Bambam
Eiyy don't make a joke. Do you want to know
hows my answer or Jisoo eonni's answer? Kekeke
To: Junhoe
Huh? Really? Eiyy you've been always made a
joke when we were in the same building.
Selang beberapa menit Junhoe membalas pesan
singkatku.
From: Junhoe
I knew that I'm nothing compared to your ideal
type. But I didn't joke around.
To: Junhoe
Ummm... really?
Selang beberapa menit Bambam juga membalas
pesan singkatku. Tapi rasan rasannya aku tak berniat sama sekali membalas pesan
singkatnya itu.
From: Bambam
I'm in love with you, not with another girl.
From: Junhoe
This is my confession "I think I've been
falling in love with you, for sure". I'm sorry for not doing this
confession in front of you, but this is real. Would you be mine?
Entah mengapa aku merasa jantungku berdegup
kencang tak karuan membaca pesan singkat yang dikirim namja jelek satu itu.
Haha sebenarnya dia sendiri yang mengatai dirinya jelek, tapi menurutku dia
tidak jelek kok.
To: Junhoe
Ummm... That's too fast, isn't it. I need a
time to think.
From: Junhoe
Ok saeng, arraseo. I knew you'll need time to
think first.
-Beberapa hari sebelum ini terjadi-
Aku menerima pesan singkat dari Bambam yang
membuatku ingin muntah.
From: Bambam
Chagiya :*
Membaca kata itu pun aku sudah enggan, apalagi
masih ditambah dengan dua karakter dibelakangnya yang membuatku hanya
geleng-geleng kepala. "Dasar Cassanova, kau pikir aku tidak tau
pesan murahan itu kau forward ke semua nomor yeoja yang ada di
kontakmu huh?" Aku malas meladeninya.
Aku kesal melihat kata kata murahan itu
menempel pada layar ponselku, tanpa berniat membalasnya aku segera menghapusnya
dari I pesan singkat ponselku. Tanganku terus menggeser layar ponsel dan
berakhir dengan satu tap pada sebuah aplikasi, twitter. Aku membuka twitter dan
mengetikkan satu kalimat untuk kuposting.
@Lalisa2797: Apa kau masih perduli jika ada
yang memanggilku "honey"?
-end-
#End of flashback
How to Love
Author POV
♪ How
to love, urin eolmana teukbyeolhalkka How to love, nan ajikdo moreugesseo
saranghaneun beop ♪
“Lagu mana yang
akan kau nyanyikan di evaluasi bulan depan?” yeoja berambut panjang
dengan hot pans yang menjadi iconnya menanyai Lalice.
“Ummm… sebenarnya
aku ingin menyanyikan lagu Beast sunbaenim, tapi apakah boleh
menyanyikan lagu dari agensi lain di evaluasi nanti.” jawab Lalice gelisah.
“Santai saja,
evaluasi bulanan itu hanyalah evaluasi yang akan mengukur kemampuan menyanyi
dan menarimu. Bukan kemampuanmu untuk menghafal album yang diterbitkan agensi
ini, haha….” Jinny Park tertawa menjawab pertanyaan yang diajukan Lalice tadi.
“Bukankah tiga
bulan yang lalu kau menyanyikan lagu Beast sunbaenim di evaluasi
mingguan?” Jinny kini mengingatkan evaluasi mingguan bulan Agustus yang telah
berlalu.
“Iya, aku
menyanyikan lagu ‘How to Love’.” Jawab Lalice singkat.
“Lagu itu kau
nyanyikan untuk member ke-4 IKON kan? Haha aku tidak bermaksud.” Jinny malah
mencandai temannya yang masih sensitif itu.
“Hahaha iya. Ya!
Kenapa kau membawa kipas tangan dengan gambar Angry Bird, huh?” giliran Lalice
yang mencandai Jinny.
“Memangnya
kenapa? Apakah kipas ini juga mengantarkan memory itu lagi?” jawab Jinny yang
tak juga dijawab Lalice.
#Flashback
Dua minggu telah
berlalu sejak Junhoe mengirimkan pesan singkat tak terduga itu. Mereka memang
telah berteman sejak mereka menandatangani kontrak dengan YG Entertaintment. Ya
walaupun keduanya lebih sering bercanda di gedung YG Entertaintment di sela
waktu training mereka.
“Ya! Kau
ini, lihatlah bukankah ini sangat lucu. Yang merah Aku, yang kuning Kau dan
yang hijau Junhoe. Hahaha….”
“Ya!
Kenapa kalian terus-terusan membuatku menjadi bahan terawaan kalian sih.”
Lalice menunjukkan aegyonya dengan suara yang dibuat-buat.
Junhoe: Good
night saeng :)
Lalice: Good
night too oppa :)
Junhoe: 4.8.6
Lalice: 1-4-3
Junhoe: Really
saeng?
Lalice: Yea,
ofc I’m kidding you oppa... :p
Lalice: oppa?
“No answer?
Sleep? Huh?” gerutu Lalice diatas kasurnya.
“Sleep well
then!” ucap Lalice sebelum membenamkan wajahnya diatas bantal.
Lalice POV
Sebenarnya aku
sudah bosan menjalani rutinitas yang seperti ini. Aku merindukan keluargaku,
ayah dan adikku di Thailand, juga ibuku yang kini tinggal di New York.
Sebenarnya aku sedikit khawatir jika adikku tinggal bersama ayah dan istri
barunya. Aku tidak menyukainya dan entah kapan aku bisa menganggapnya sebagai
ibuku. Sedangkan ibuku sendiri tinggal di New York dengan bisnisnya.
Ya, kalian pasti
tau apa yang kumaksud. Ayah dan ibuku bercerai 4 tahun yang lalu. Ibu tidak
mendapatkan hak asuh kami, dan beberapa bulan setelah itu ayah menikah lagi.
Ibu pindah ke New York dan dua tahun ini kami tidak saling bertemu. Aku sangat
merindukan ibuku, tapi ibu tak pernah mau kukunjungi. Jika ibu merindukanku,
ibu yang datang ke Korea untuk bertemu denganku.
Aku pernah
menceritakan perpisahan ayah dan ibu pada Junhoe, walapun hanya sebagian kecil
cerita yang kuceritakan. Karena aku lebih memilih mengeluarkan air mataku
daripada menceritakannya pada orang-orang yang hanya akan beranggapan aku ini
anak yang tidak berbakti pada kedua orang tuanya.
Dan entah mengapa
hari ini tiba-tiba ibu mengunjungiku di gedung YG training centre. Setelah
seminggu yang lalu aku menceritakan Junhoe pada ibu. Ibuku memang penuh
kejutan, ibu bahkan tak menelponku dulu untuk menjemputnya di airport.
“Eomma,
kenapa tiba-tiba kesini?” tanyaku begitu aku menempatkan diri duduk di
kafetaria.
“Aniya,
ibu ingin melihat namja yang kau ceritakan kemarin.” jawab ibu penuh antusias.
“Dia tidak disini
eomma. Aku kan sudah pernah mengirim fotonya.” jawabku kesal.
“Eomma
lebih memilih namja Korea itu daripada namja Thailand yang kau ceritakan. Eomma
lebih melihat ketulusan namja Korea itu.” ucap ibu sekedarnya.
“Jadi, eomma
jauh-jauh datang kesini hanya untuk ini?” tanyaku yang menyangka ibuku ini
kurang kerjaan jauh-jauh datang hanya untuk mengatakan hal ini.
“Ani, eomma
ada pertemuan dengan Ms. Alea di Jepang besok. Jadi sekalian mengunjungimu hari
ini.”
“Oooh begitu.”
Kalian tau, aku
adalah anak perempuan mama yang selalu menanyakan pendapat tentang masalah
apapun itu pada ibuku. Pernah sekali aku tidak mengikuti pendapat ibuku waktu aku
masih duduk di bangku sekolah dasar, dan hasilnya aku ditampar ayah dan ibuku
karena memang aku melakukan kesalahan. Hanya sekali itu ibu menggunakan tangan
untuk mendidikku, setelah itu aku pasti akan mempertimbangkan semua masalah
yang kuhadapi dengan saran ibu.
#End of Flashback
Shock
♪Every day I shock (shock) Every night
I shock (shock) I’m sorry jebal naege dasi dolawa jullae♪
Author POV
“Ya!
Kenapa kau duduk di tangga? Apa kau sedang ada masalah?” seorang trainee
menanyai trainee lain yang sedang duduk memandangi layar ponselnya.
“Aniya, gwaenchana.”
jawab seorang trainee yang sedang duduk.
“Kau yakin? Aku
khawatir kau sedang mengingat memory itu lagi disini.” trainee
dengan nametag bertuliskan Park Chaeyoung itu masih terlihat khawatir.
“I’m fine
Chaeyoung-ah, I just waiting a phone call from my little sister now. Don’t be so
worry. Haha…”
Tempat itu memang
menjadi awal sekaligus akhir. Mereka memutuskan untuk mengawalinya dan
mengakhirinya dalam satu waktu. Ada suatu alasan yang menyababkan perpisahan
terasa begitu menyakitkan. Bukan karena waktu yang teramat singkat, tapi
keadaan yang memang memaksa keduanya untuk pergi menjauh.
#Flashback
Lalice POV
“Yeoboseyo”
aku menjawab panggilan dari seberang.
“Yeoboseyo…
Could you bring your heart to me?” Junhoe langsung mengatakannya tanpa
membuang waktu.
“Umm… take it!
I give you my heart, oppa”
16 hours
later
“Yeoboseyo”
“Yeoboseyo”
"...."
Aku meringkuk di
kolong meja ruang meeting YG staff menumpahkan seluruh kekesalanku sendiri. Aku
tak perduli akan ada orang yang mendengar tangisanku ini atau tidak. Aku bukan
menangisi Junhoe, yang dia katakan sepenuhnya adalah kebenaran. Akupun tak bisa
memaksakan egoku untuk berkata tidak, karena aku hanya mengiyakan apa yang ia
minta. Bahkan jika Junhoe menganggap dirinya sendiri sebagai seorang “Jerk”
aku tak menganggapnya seperti itu. Seharusnya aku tau tidak mungkin ada kata
“Kita” karena kita berada di perusahaan entertaintment yang sama.
“YG adalah family,
bukan town yang setiap penduduknya bisa pergi berkencan.”
Ketika pagi ini
Junhoe menanyaiku untuk memberikan hatiku padanya aku mengiyakannya. Bukan
hanya karena menuruti perkataan ibuku, tapi memang sebelum Junhoe menyatakan
pengakuannya sepertinya hatiku telah memilihnya. Tanpa sadar aku sering
mengomentari hal apapun yang ia lakukan dalam akun SNS. Dan ketika ia
mengembalikan hati ini pada pemiliknya, pemilik hati itu belum bisa menerimanya
kembali.
Mungkin inilah
keegoisanku yang belum bisa menerima kenyataan ini. Aku sangat mengerti maksud
Junhoe baik, agar aku tidak terlalu mengharapkannya saat akhirnya kita memang
harus dipisahkan dengan kenyataan ini. Tapi hal itu justru menambah pedih yang
menghingapi perasaan ini.
Tak bisa
dipungkiri, aku ingin menjadi nyata untuknya. Ingin menjadi wanita pertama dan
terakhir yang mengucapkan janji suci bersamanya. Aku ingin menjadi wanitanya
yang mengenakan gaun putih, berjalan di atas altar dan mengucapkan "I, Lalisa Manoban, take you Goo Junhoe, to be my husband, to have and to
hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in
sickness and in health, to love and to cherish; from this day forward until
death do us part." Begitupun
sebaliknya, aku ingin mendengarmu mengatakan janji suci itu di depan mataku.
Bahkan kukira hari itu tak akan mungkin
bisa kunantikan kembali. Kalaupun Junhoe menanyaiku alasan apa yang bisa
membuatku memilihnya, aku mungkin akan sangat malu mengakuinya. Tapi
sejujurnya, hatiku telah memilihmu jauh sebelum kau menyatakan perasaan itu.
Jauh sebelum saat kau dan Bambam menanyaiku bersamaan.
Eyes, Nose, Lips
♪ Neol bonael su eomneun naui yoksimi Jipchagi
doeeo neol gadwotgo Hoksi ireon na ttaeme himdeureonni Amu daedap
eomneun neo Babocheoreom wae Neoreul jiuji motae Neon tteonabeoryeonneunde ♪
Author POV
Dentingan piano mengiringi suara seorang yeoja
yang kini tengah berdiri memegang mic. Menyanyikan sebuah lagu milik sunbaenimnya
berjudul Eyes, Nose, Lips dalam sebuah ruangan berdinding separuh cermin dan
separuh tembok berwarna abu-abu kehitaman. Dengan beberapa trainee lain juga
beberapa penilai.
Yeoja itu telah menyelesaikan evaluasi
minggu terakhir di bulan September dengan tepuk tangan beberapa teman-teman
trainee dan para penilai seusai nyanyiannya berakhir. Ia merasa senang akan
beberapa tepuk tangan yang ia dapatkan. Terlebih lagi komentar bagus yang ia
dapatkan dari penilai sekaligus seseorang yang mengiringi nyanyiannya dengan
piano.
“Gamsahamnida”
ucapnya membungkuk menyatakan ungkapan terima kasih atas nilai baik yang ia
dapatkan.
Lagu ini mungkin
akan terus mengingatkan Lalice pada kejadian itu, namun Yeoja itu tidak
pernah menyesalinya. Seperti baris lirik terakhir lagu ini “Neomu apeujiman
ijen neol chueogira bureulge”
“Ya! Kau
baik-baik saja setelah menyanyikan lagu ini?” Jinny sengaja menyenggol lengan
Lalice ketika mereka telah berdiri bersebelahan.
“Aku baik-baik
saja, bagaimana mungkin aku tidak baik ketika berhasil mendapat nilai yang baik
huh!” Lalice balik menyenggol lengan Jinny.
“Geurae,
kau baik-baik saja. Sampai menitihkan air mata hanya untuk mendapat nilai bagus?”
kali ini Jennie yang ganti menyindir Lalice.
“Eiyy, aku
baik-baik saja.” Yeoja bernama Lalice itu tetap bersi keras menutupi
perasaannya.
“Arraseo arraseo…”
jawab Jennie dan Jinny bersamaan.
“Kau merasa kau
baik-baik saja kan Lisa-ya, kalau begitu aku tantang kau menemaniku ke tempat
latihan iKON. Berani tidak?” Hanna menantang Lalice meskipun ia sendiri tidak
yakin dengan apa yang sedang ia katakan.
“Memangnya kenapa
aku harus ikut?” jawab Lalice sedikit sewot dengan tantangan yang diberikan eonnienya
yang satu ini.
“Kenapa? Tidak
berani?” tantang Hanna melihat ekspresi terkejut dongsaengnya yang satu ini.
“Aku berani, tapi
untuk apa eonnie ke tempat mereka? Jangan membuatku semakin penasaran eonnie…”
Lalice semakin merengek meminta penjelasan dari Hanna.
“Oke, akan ku
jelaskan. Kau tau kan program survival mereka, Mix&Match?” Hanna mulai
menjelaskan. Diikuti anggukan dari
Lalice menandakan yeoja itu tau apa yang sedang unnienya
bicarakan.
“Gurae…
karena setelah aku bertemu Junhoe aku akan mengambil keputusan dengan perbuatan
dosa yang sedang kujalani ini.” batin Lalice.
Waktu yang
ditunggu-tunggu tiba juga, inilah saat dimana Lalice akan bertemu dengan Junhoe
setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat Lalice sadar betapa bodohnya dia
menjadi seseorang yang tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain. Dan betapa
bodohnya Lalice masih mengharapkan keajaiban akan terjadi dalam kehidupan kisah
opera sabun yang ia jalani dengan dirinya sebagai pemeran utamanya.
Yeoja itu ikut menaiki mobil van yang
menjemput eonnienya menuju lokasi YG training centre 23-6 Hajung-dong, Mapo-gu, Seoul setelah
mendapat ijin dari staff yang menjemput Hanna. Di dalam van Hanna
mengajak Lalice mengobrol hal-hal ringan untuk menghilangkan rasa groginya
karena belum tau akan menjadi satu tim dengan kelompok mana. Selain itu Hanna
juga akan dipertemukan dengan kedua sunbaenya
yang sama-sama berasal dari program pencarian bakat yang sama, Lee Hi dan Suhyun.
Hal itu membuat Hanna menjadi semakin gugup.
“Eonnie-ya… kau
gugup?” Lalice mencoba memastikan hipotesisnya.
“Ah ne… kau tau kan aku akan
bertemu dengan Hayi sunbaenim dan Suhyun sunbaenim.” Hanna
menjawab pertanyaan Lalice.
“Justru dengan itu eonnie
bisa belajar banyak dari mereka. Eonnie-ya, fighting!!” Lalice berusaha
menyemangati eonnienya.
Tak terasa kini van berwarna
hitam itu telah mendarat tepat di depan YG Training Centre. Kedua yeoja
itu segera turun dari van untuk menuju tempat yang telah diberitahukan staff
tadi. Mereka menunggu dalam sebuah ruangan, dalam selang waktu sebentar Lee Hi
dan managernya datang disusul dengan kehadiran Suhyun yang juga didampingi
managernya. Mereka saling membungkuk menandakan kecanggungan diantara keempat
orang dalam ruangan itu.
Sebelum kecanggungan
bertambah, YG CEO datang dengan membawa sembilan trainee. Disitulah
kedua mata itu akhirnya bertemu juga, dengan perasaan dan hati yang masih sama.
Hanya sedikit ditutup-tutupi agar keegoisan lama itu tidak kembali lagi.
Usai briefing
berakhir, pembagian narasi dilakukan dan pembagian kelompok juga telah
dilakukan, filming segera dimulai. Dan disini Lalice hanya bisa menunggu dan
berjalan-jalan disekitar YG Training Centre. Jika bosan, ia hanya bisa berjalan
ke minimarket untuk membeli beberapa makanan.
“Kau disini?” Tanya seseorang
dengan postur tubuh yang tinggi dengan masker dan hoodie yang menutupi
kepalanya.
“Emp… memangnya kenapa?”
jawab Lalice balik menanyai namja yang suaranya sudah tidak asing lagi
di telinganya.
“Ani… aku hanya ingin
membeli beberapa minuman dan makanan ringan.” jawab namja itu sedikit
berbohong.
Namja itu segera masuk ke minimarket
meninggalkan Lalice yang sedang duduk menikmati snack yang ia beli. Setelah
dirasa semua keperluannya telah ia dapatkan, ia menuju kasir untuk membayar semua
barang yang ia beli. Namja itu kembali ke tempat dimana Lalice duduk dan
mengeluarkan sekaleng minuman soda untuk diberikan pada Lalice.
“Ambilah! Ingat kau berhutang
padaku karena aku tak memberikannya secara cuma-cuma! Annyeong!!” namja
itu pergi melambai-lambaikan tangannya setelah sebelumnya memberikan minuman
pada Lalice.
“Junhoe-ya, kenapa kau
melakukannya huh!” Lalice mendengus kesal.
Lalice segera mengirim pesan
singkat untuk menghubungi Hanna jika ia akan pulang duluan. Tanpa menunggu
persetujuan unninya, Lalice melongos pergi dengan masker dan hoodie yang
ia kenakan.
“Kurasa aku tau keputusan apa
yang akan kuambil. Junhoe-ssi…”
1 komentar:
can you make another edited photo of junlice pict? keke ill apreciate that. bcs i ship them and its so hard to find their pict kekeke. thankyou unnie.
Posting Komentar