Tittle | Love at 7th Sight |
Author | HalfAngel |
Main Cast | Jennie Kim as Nam Jennie |
Kim Hanbin as Kwon Hanbin | |
Other Cast | Kwon Jiyeong (G-Dragon) as Kwon Jiyeong |
Lee Hi as Hayi | |
Song Yunhyeong as Yunhyeong | |
CL as Chaerin | |
Genre |
School life, Love/Hate, Fluff
|
Length | Oneshot |
Rating | T |
Summary Desclimer |
"Hey! Sudah kucontohkan cara mencatat.
Jangan malas mencatat!" Ini adalah karya sastra author yang baru pertama kali dipublikasiin karena sebelumnya cuma jadi bahan konsumsi sisternya author. Jadi, maaf banget kalo hasilnya cuma abal-abal banget. Mungkin gak suka castnya atau apapun bisa komen aja. Happy reading.... |
Jennie POV
Satu
Pertama kali aku melihatnya, kesan yang
kudapat adalah kita sama sama jutek. Saat itu aku baru masuk pertama kali di
gedung Sungkyunkwan University. Aku masuk kelas teknologi karena aku ingin
meneruskan pendidikanku di jurusan yang sama dengan Vocational High Schoolku
yang dulu.
Aku masuk dan langsung duduk di bangku
tengah. Jam masuk membuat pintu masuk kelas semakin penuh sesak. Terlihat namja
menggunakan bannie bermuka malas mengambil tempat duduk disampingku.
Tanpa mengucapkan salam, namja itu langsung sibuk dengan i-podnya.
Akupun tak sedikitpun berminat untuk berkenalan dengannya. Dosen datang dan
mengucapkan perkenalannya, begitu sosaengnim selesai berkenalan namja
itu langsung tidur.
"Huh dasar namja
malas!" batinku.
Aku mencatat apa yang dijelaskan sosaengnim.
Kuambil buku catatan namja disebelahku, karena sedang berbaik hati aku
berniat mencatatkan untuk namja itu. Begitu kelas selesai aku langsung
pulang tanpa membangunkan namja itu.
Seperti niat awalku, malam harinya aku
langsung menyalin catatanku ke buku catatan namja tadi. Di halaman awal
ternyata sudah dinamai di kolom yang tersedia. Kubaca namanya, Kwon Hanbin.
"Ooo.... namanya Hanbin."
kataku sejenak lalu membalik halaman berikutnya.
Aku mulai menyalin, seperti catatanku
yang selalu kutulis dengan pena berwarna-warni. Aku menyalin dan kutambahkan
sebuah gambar, anak laki-laki yang sedang tidur dibangkunya dan anak perempuan
yang sedang mencatat. Kutambahkan catatan kecil dalam gambar itu.
"Hey! Sudah kucontohkan cara
mencatat. Jangan malas mencatat!"
Aku menutup buku catatan bersampul
coklat, seragam dengan mahasiswa lainnya. Kuputuskan untuk tidur.
Hanbin POV
Dua
Pagi ini aku dengan malasnya berangkat
ke universitas, dibanding dengan berangkat belajar seperti ini aku lebih suka
bekerja di studio musik. Aku berlari karena bel masuk telah berdering, tanpa
kusadari aku menabrak seorang namja yang juga terburu-buru sepertiku. Namja
tinggi yang kutabrak tadi terjatuh, aku segera menolongnya.
"Mian, aku
terburu-buru." kataku sambil menolong namja tadi.
"Gwaenchana! Kau kelas
apa?" tanya namja tadi.
"Teknologi, kau?" jawabku.
"Wow. sama. Zelo." jawab namja
bernama Zelo itu mengajak bersalaman.
"Hanbin." jawabku bersalaman
dengannya.\
Kami ke kelas bersama dan aku menuju
bangku kemarin yang kuanggap enak untuk tidur. Masih dengan yeoja yang
sama dan ekspresi juteknya yang sama. Tapi kali ini dia menyapaku
"Hey! Ini bukumu, kau harus
berterimakasih padaku." kata yeoja itu.
"Ok. Gomawo! Hanbin."
jawabku berterimakasih dan memperkenalkan diri.
"Jennie." jawabnya singkat dan
bersalaman denganku.
Author POV
Namja
bernama Hanbin itu menjatuhkan barang-barang di tasnya. Tak sengaja terbuka
buku catatannya, terbuka di bagian tulisan tangan Jennie. Hanbin meraih buku
itu dan membuka halaman buku catatannya yang belum pernah ia sentuh sama
sekali.
"Cara mencatat, yang benar saja. Yeoja
itu ternyata lucu sekali orangnya." kata Hanbin begitu melihat gambar yang
memperlihatkan dirinya yang tidur di kelas.
"Hanbin, bagaimana kuliahmu?
Menarik?" tanya seseorang yang datang ke kamar Hanbin.
"Aku bosan belajar dad,
bisakah aku berhenti kuliah dan bekerja menjadi komposer lagu saja?" jawab
Hanbin malas.
"Hey, sebelum selesai kuliah kau
hanya boleh bermain dengan temanmu di studio. Ya! apa yang kau
pegang?" jawab ayah Hanbin dan merebut buku catatan tadi.
"Ya ya Ya!!! apa itu tulisan
yeojachingumu?" selidik ayah Hanbin.
"Aniya..." jawab Hanbin
singkat.
"Terserahlah, daddy nggak
akan ikut campur. Hhaha... " jawab ayah Hanbin tertawa.
Hanbin POV
Aku memang bukan anak kandung daddy,
tapi dia menganggapku seperti anak kandungnya. Ayahku, Kwon Jiyeong adalah
seorang produser ternama di YG Entertaintment. Usia kami sebenarnya tak berbeda
belasan tahun, mungkin seharusnya aku memanggilnya hyung. Tapi dia yang
mendapatkan hak asuhku, otomatis dia menjadi ayahku.
Jennie POV
Tiga
Hari ini ada perjalanan menuju tempat
camping yang diadakan universitas. Perjalanan diadakan dengan bus, aku hampir
terlambat dan satu-satunya tempat yang tersisa adalah di sebelah Hanbin.
"Ya! kemarin aku udah pesan
tempat duduk deket Hayi, kenapa cuma tinggal ini tempat duduknya?"
teriakku kesal meletakkan tas.
"Mian, aku yang merebut
tempat dudumu."
ucap salah seorang namja bernama Yunhyeong.
"Arraseo." jawabku
ketus.
"Ya! kau tidak mau duduk
disini?" ucap Hanbin malas begitu aku duduk.
Aku hanya diam, malas bertengkar
dengannya. Di perjalanan seperti ini aku terbiasa tertidur. Maklumi saja jika selama
perjalanan suaraku tak terdengar sama sekali.
Aku menemukan sebuah surat dalam tas, ku
buka dan terdapat tulisan 'Secreet Admirer'. Begitu melihat tulisan itu
aku malas membacanya dan memilih untuk menyimpan kembali dalam tas.
"Pabo, aku sudah dijodohkan.
Bagaimana bisa aku melirik orang sepertimu!" ucapku begitu memasukkan
surat itu.
"Ya! Secreet Admirermu?
Memangnya orang yang dijodohkan denganmu itu cocok denganmu?" jawab Hayi
yang duduk di depannku.
"Dia seorang pria dewasa. Hanya itu
clue dari oppaku, aku saja belum pernah bertemu dengannya."
jawabku menjelaskan.
"Ya! Jangan bilang kau sudah
taken dengan Yunhyeong?" tanyaku menyelidiki.
"Hhehe... mian, dia yang
memaksaku duduk dengannya. Padahal aku sudah janji padamu." jawab Hayi
menjelaskan.
"No problem, chukhae!"
jawabku bersuka cita.
Empat
Hari ini aku harus bertemu dengan orang
yang akan ditunangkan denganku. Aku tak begitu penasaran dan tak begitu peduli
dengan orang itu. Aku ingin melawan, tapi aku tak punya alasan untuk menolak
perjodohan ini.
Mobil lamborghini adventador putih
memasuki halaman rumah, ada dua orang namja yang keluar dari mobil itu.
Aku hanya mengintip sedikit dari jendela kamar sebelum Taehyun oppa
memanggilku.
"Jennie~ya!! cepat
turun!"
"Ne, hyung. Ups maksudku oppa!"
Aku segera turun. Sudah ada dua orang
lagi-laki duduk di ruang tamu. Aku sedikit terkejut melihat salah satu dua
orang itu, sepertinya sangat familiar.
"Annyeonghaseyo, Nam Jennie imnida."
ucapku membungkuk 90°.
"Kwon Jiyeong imnida, dan
ini anakku Kwon Hanbin."
"K.. k kau?" ucapku dan namja
itu berbarengan.
"Kalian sudah saling kenal?"
tanya semua yang ada disini termasuk appa, umma dan oppaku.
"Kami satu kelas." jawabku
singkat.
"Apa? Aku akan menjadi ibunya?
Bagaimana bisa, dia saja seumuran denganku. Ottokhae?" batinku.
Pertemuan malam itu berlangsung dengan
sangat membosankan, aku harus terus-terusan pura-pura tersenyum di depan semua
orang. Itu sangat menyedihkan, bagaimana bisa aku harus menjadi ibu dari anak
yang seumuran denganku. Aku ingin menghindarinya, tapi bagaimana caranya.
Aku berjalan menuju kamar Taehyun oppa.
"Hyung!!" panggilku
pelan lalu membuka pintu.
"Ya! Wae?"
tanyanya.
"Hyung, bisakah aku menolak
perjodohan ini." tanyaku pelan duduk di kursi meja kerjanya.
"Wae? Kau tidak suka orangnya?"
“Bukan begitu, aku tidak mau
saja.” jawabku
enggan menjelaskan.
“Memangnya kau sudah punya namjachingu?”
tanya Taehyun oppa menyeldik.
“Enggak juga.” jawabku lemas.
“Mana bisa dibatalkan kalau kau
tidak punya alasan. Kau ini.” kata Taehyun oppa
jengkel.
“Carilah namjachinggu! O
iya tadi kau dapat salam dari Mino hyung di studio.” lanjutnya lagi.
“Kalau begitu aku akan
berkencan dengan Mino hyung saja.” jawabku asal mehrong.
“Andwae! Kau tidak boleh
dekat-dekat apalagi berkencan dengannya. Aku takrela kau dengan playboy tengik
itu.” kata Taehyun oppa sewot.
“Ya! Apa kau cemburu? Hyung?”
godaku mencandai.
“Aniyo... Ya! Kau
itu yeoja, harusnya kau memanggilku oppa. Jangan pernah
memanggilku hyung di depan teman-temanku, Arraseo!” seru Taehyun oppa
yang selalu sebal jika kupanggil hyung.
“Arraseo... Tapi aku tak
bisa menjanjikannya :p” jawabku menarik selimut tidur di kamar kakak
laki-lakiku yang cantik itu.
“Ya! Kau punya kamar
sendiri, ini kamarku!” omel Taehyun oppa.
Akhirnya aku tetap tidur di
kamar Taehyun oppa, sementara pemilik kamarnya sendiri harus pergi ke
kamarku. Itulah kakakku yang sangat kusayangi, dia selalu menjagaku dan
menyayangiku.
Lima
Hari ini aku sengaja menghindar
dari Hanbin, aku memilih tempat duduk di paling depan. Aku yakin namja
itu tak akan mungkin mau duduk di bangku paling depan. Aku tak mau melihat
wajahnya, apalagi kalau harus berbicara dengannya.
“Anak-anak kali ini kita akan belajar
bilangan biner.” ucap sosaengnim memulai pelajaran.
Selesai kelas, namja
yang duduk dibelakangku memintaku untuk menjalaskan kembali apa yang telah
dijelaskan sosaengnim karena dia belum paham. Akupun menunggunya di
kantin. Setelah beberapa saat menunggu namja bernama Choi Zelo itu
muncul juga.
“Maaf kalau kelamaan.” sapa
Zelo ramah.
“No problem, yang belum
kau pahami mana?” tanyaku.
“Aku belum paham bagaimana cara
mencari alamat broadcast.” jawabnya sambil mengeluarkan buku catatannya.
“ Misalnya Ip:
192.168.50.74/29. Kau harus merubah Ip Addressnya menjadi bilangan biner, tepat
dibawahnya tulislah subnetmasknya dalam bilangan biner. Setelah itu gunakan
logika AND, nilainya hanya akan menjadi satu jika bilangan atas dan bawah
sama-sama satu selain itu nol. Sampai disini kau sudah paham?” tanya Jennie.
“Ne...” jawabnya masih
berkonsentrasi pada buku catatan.
“Ok, setelah itu jadikan
decimal bilangan tadi. Hasilnya adalah
networknya ketemu, 192.168.50.72/29. Untuk jumlah host tiap subnet rumusnya
adalah (2^n)-2, nah n-nya adalah jumlah host yang dipinjam. ” lanjut Jennie
menerangkan.
“Maksudnya dipinjam?” tanya
Zelo bingung.
“Umm... misalnya /29. Untuk
kelas C kan menggunakan /24, jika /29 maka subnet yang dipinjam adalah 3 agar
bisa menjadi /32. Jika kau masih tidak paham, untuk IP classfull kan /8, /16,
/24, dan /32 tinggal dikurangkan saja 32-29=3, paham?” tanya Jennie.
“Ok, aku paham. Lanjutkan!”
jawab Zelo.
“Masukkan ke rumus tadi,
(2^3)-2=6. Jadi jumlah host persubnetnya adalah 6, jika jumlah hostnya 6 maka
Ip Address hostnya akan berakhir pada 192.168.50.76/29, dua tempat terakhir
karena tadi dikurangkan 2 adalah untuk broadcast dan network selanjutnya. Jadi broadcastnya
adalah 192.168.50.79/29. Selesai.” Ucap Jennie mengakhiri penjelasan panjang
lebarnya.
“Whoaa... Gomawo, kau
sangat membantuku.” Ucap Zelo berterimakasih.
“Ne... cheonma.”
ucapku dan segera berpamitan.
Aku berjalan meninggalkan
kantin dan melihat namja bernama Kwon Hanbin itu sedang bersama dengan teman sekelasku yang lain,
Chanmi. Aku tak mau menampakkan mukaku didepannya. Aku merasa malu.
Hanbin POV
Enam
Sepertinya yeoja bernama Jennie
itu menghindariku, entah mengapa ada sesuatu yang berbeda saat dia menjauh. Aku
merasa tak nyaman, hari ini aku akan berusaha menyapanya duluan. Entah mengapa
aku ingin banyak bicara padanya.
"Hanbin, daddy pamit!"
ucap abeojiku menuju garasi.
"Dandanannya SWAG sekali, tak
seperti biasanya." batinku.
"Jangan-jangan...." ucap Hanbin
terpotong.
Entah mengapa setelah tau dari
pembantuku jika Daddy bertemu dengan tunangannya, aku merasa tak enak.
Tapi aku bingung harus berbuat apa. Kuputuskan untuk tidur.
"Ya! Kau
menghindariku?" tanyaku begitu melihat dia berdiri meninggalkan bangku.
Tanpa menjawab yeoja itu terus
melangkahkan kaki meninggalkan bangku yang kutempati. Terlihat raut malas dan
juteknya, sengaja kuperhatikan saat pelajaran dan aku tak tidur di kelas.
Sampai kelas selesai, ekspresinya tak berubah sama sekali.
"Ikut aku!" ucapku menari
tangan Jennie.
"Lepaskan!" jawabnya menahan
sakit ditangannya karena aku menariknya terlalu kencang.
"Ya! Kau mau membawaku
kemana? Lepaskan!" pintanya lagi.
Begitu sampai di tempat yang sepi, aku
melepaskan tangannya.
"Ya! Kau
menghindariku?" tanyaku sekali lagi.
"Wae?" tanyaku lagi.
"Aku takut kau membenciku!"
ucapnya lalu pergi begitu saja tanpa sempat kukejar.
Jennie POV
Dia menarik tanganku dan mengintrogasiku
seperti seorang penjahat. Aku binggung harus berbuat apa , semakin dekat jantungku
semakin berdetak tak karuan. Aku juga tak tau apa yang terjadi denganku.
Akhirnya aku berlari sekuat tenagaku, aku ingin menghindarinya.
Semalam aku bertemu dan diajak makan
malam dengan ayahnya. Memang ayahnya sangat baik, tapi yang kulakukan hanya
menebar senyum palsu. Kurasa aku tidak akan bisa mencintai ayah Hanbin. Tapi
bagaimana aku bisa menolak semua ini.
"Hyung kumohon bantu aku
menghadapi semua ini. Aku tak sanggup menyelesaikannya sendiri." ucapku
memegang gagang ponsel mencoba menghubungi oppaku.
"Ya! Kau menangis? Kau
dimana?" tanya Taehyun oppa.
"Aku di taman bermain dekat
universitas." jawabku.
"Ok, tunggu aku!" kata Taehyun
oppa mengakhiri panggilan.
Sudah lama menunggu, bahkan sampai sore
Taehyun oppa tak datang. Mungkin oppa tak tau tempat ini. Aku
merasa haus dan segera berdiri mencari toko terdekat. Di seberang jalan ada
sebuah minimarket dan aku kesana. Mengambil sebuah minuman dari kulkas dan
segera kembali ke taman setelah membayarnya. Kuteguk air minum yang telah kubeli
tadi. Karena kelamaan menunggu aku tertidur juga merasakan kepalaku sudah
begitu berat.
Hanbin POV
Aku ke minimarket didekat universitas
dengan hoodieku. Membeli ramyun untuk mengisi perutku karena kebetulan
teman-temanku mengajak berkumpul. Aku melihat seorang yeoja masuk,
Jennie dengan mata sembabnya. Aku segera bersembunyi, kulihat dia mengambil
sebuah bir dan keluar.
Setelah membayar ramyun aku mengikutinya
perlahan, aku sampai di sebuah taman bermain anak-anak. Kuliat dia meminum bir
itu dan segera tertidur. Sudah setengah jam aku memperhatikannya dan tak ada
yang menjemputnya. Aku memberanikan diri membangunkannya.
"Hyung! Kau lama sekali, aku
menunggumu sampai tertidur." ucapnya setelah terbangun, seperti nya dia
mabuk.
"Ya! Kau berani meminum bir?"
ta yaku.
"Aniya, aku hanya membeli
soda." ucapnya tak karuan seperti anak kecil.
"Hyung, kau bahkan belum
menikah dan aku disuruh bertunangan duluan. Aku aku... Shireo!!!"
katanya lagi semakin tak jelas.
"Hyung, saranghaeyo..."
ucapnya lalu mencium pipiku dan tertidur kembali.
Aku kaget, aku tau dia mabuk tapi
bagaimana bisa dia mencium pipiku seperti ini. Memangnya siapa yang dia panggil
hyung, oppanya? Namjachingunya? Aku segera menggendong yeoja
itu dan mengantarkannya pulang.
Tujuh
Jantungku berdebar tak karuan dan pipiku
memerah mengingat kejadian di taman. Seperti biasa aku berangkat dengan
berjalan kaki, semakin ingin melupakannya semakin terngiang kejadian kemarin.
Sampai di depan pintu dan aku melihatnya tertidur di meja tak seperti biasanya,
mungkin dia masih pusing akibat bir kemarin.
Aku duduk disampingnya sebelum dia lari
seperti kemarin. Sosaengnim masuk, ia terbangun dan tak bisa pindah
tempat. Kulihat ia setengah-setengah memperhatikan pelajaran dan tertidur lagi.
Kuambil buku dan kotak pensilnya, aku segera mencatatkan apa yang sosaengnim
jelaskan dengan stylenya. Tulisanku memang jelek, tapi setidaknya dia masih
bisa membacanya.
Pelajaran berakhir, aku menambahkan
gambar kecil seperti yang ada di buku catatanku. Tapi kali ini yeoja yang
tertidur dan namja yang mencatat. Aku membangunkannya dan mengembalikan
buku dan kotak pensilnya. Dia memasukkan barangnya dan berjalan menuju kantin.
Perlahan aku mengikutinya.
Aku mengambil makananku, aku makan
sambil memperhatikannya. Selesai makan dia berjalan keluar, perlahan aku
mengikutinya lagi. Kami melewati lapangan basket. Kulihat ada bola basket yang
akan mengenainya, aku berlari dan segera mendekap tubuhnya. Bola basket
mengenai kepalaku, sedikit pusing tapi tak membuatku pingsan.
Aku merasakan jantungku berdetak tak
karuan, dan aku juga merasakan detak jantungnya yang tak karuan setelah melihat
wajahku. Dia hanya terdiam, aku segera melepaskan pelukanku dan masih berdiri
disana. Sepertinya aku mulai mencintainya.
Jennie POV
Dia, Hanbin memelukku. Kukira dia
mungkin tau bagaimana detak jantungku tadi. Bagaimana bisa aku mengontrol
jantungku sendiri. Aku tak tau, mungkin aku mulai mencintainya. Tak ada
diantara kami yang berbicara, aku terus melangkahkan kakiku menjauh.
Suara langkah kaki dibelakangku terus
mendekat, tapi aku terlalu takut untuk berbalik. Aku berjalan sampai di halaman
belakang universitas. Aku berhenti disana.
"Ya! Kenapa kau terus
mengikutiku?" kataku pelan tanpa berbalik.
Kurasa dia berjalan mendekat, tak lama
kemudian aku merasakan ada seseorang yang memelukku dari belakang.
"Karena aku mencintaimu." ucap
Hanbin berbisik di telingaku tanpa melepas pelukannya.
Kurasa detak jantungku berdetak dengan
cepat, tak teratur seperti tadi. Aku hanya terdiam, aku terlalu gugup untuk
melihat wajahnya.
"Would you be my girlfriend?"
ucapnya lagi tepat ditelingaku.
Aku merasa jantungku berdetak semakin
tak karuan. Bagaimana tidak, selama 18 tahun dalam hidupku baru kali ini aku
menerima pengakuan seorang namja secara langsung. Tanpa kusadari aku
mengaggukkan kepalaku. Hanbin kini berpindah memelukku dari depan.
"Aku berjanji, aku akan menjagamu
dan membuatmu tetap berada disisiku." ucapnya.
Kini aku pulang berjalan kaki dengan
Hanbin, namja yang baru saja menjadi namjachinguku. Kami
berbincang kecil selama perjalanan. Dan aku merasa lebih tenang setelah
berbincang kecil dengannya. Sampai di gerbang rumahku aku menyuruhnya segera
pulang.
"Ya! cepat pulang!"
ucapku.
"Ani..." ucapnya sambil
menunjuk pipinya sendiri dengan jari telunjuk.
"Mwo? Hanya oppaku
yang pernah kucium pipi." kataku.
Dia mendekat dan mencium pipiku.
"Ya!" teriakku sebal.
"Nanti kutelepon! Bye...."
katanya berjalan menjauh.
Aku memasuki rumah dengan hati-hati,
tapi Taehyun oppa memergokiku.
"Ya! Yeoja tengil,
yang tadi itu siapa?" tanya Taehyun oppa kepo, sepertinya tadi dia
melihat dari jendela kamarnya.
"Nugu?" ucapku
meninggalkan Taehyun oppa menuju kamar.
"Jennie~ya... Kau sudah punya namjachingu?"
tanya Taehyun oppa dibalik daun pintu.
"Hyung! Sssstttt! Jangan
keras-keras!" ucapku dari dalam ruangan.
-000-
Author POV
Hari ini Jennie mendapatkan sebuah boneka beruang berwarna biru
dengan ukuran sedang hasil kerja keras Hanbin memenangkan sebuah permainian di
Lotte World.
Jennie senang sekali mendapatkan boneka itu walaupun sebenarnya yang ia
inginkan adalah boneka beruang berukuran sangat besar.
“Kau suka?” tanya Hanbin yang
berjalan tepat di sisi Jennie.
“Ne, aku suka.” jawab
Jennie memeluk boneka beruangnya.
“Apa besok kau akan bertemu
dengan ayahku?” tanya Hanbin.
“Emp. Mungkin aku tak akan
pergi.” jawab Jennie muram.
“Aku akan segera
memberritahunya untuk membatalkan rencana pertungannya.” Ucap Hanbin mantap.
Malam itu Jennie dipaksa untuk
makan malam dengan Kwon Jiyeong. Walaupun ratusan kali Jennie menolak, orang
tuanya tetap tak mengijinkan Jennie untuk tinggal di rumah. Jennie terpaksa untuk datang
dang memasang senyum palsunya lagi.
“Jeogiyo...
mungkin aku akan membatalkan pertunangannya.” ucap Jennie
perlahan.
“Wae? Kau tak suka denganku?”
tanya Jiyeong.
“Bukan begitu, tapi.. Jeosonghapnida,
aku sudah terlebih dulu mencintai orang lain.” ucap Jennie gugup menjelasakan.
“Gurae, apa kau menyukai
Hanbin?” tanya Jiyeong menebak.
“Sudahlah tak perlu kau jawab,
sebenarrnya aku sudah tau semuanya.” ucap Jiyeong yang dengan sangat jelas bisa
membuat Jennie samakin gugup.
Hanbin memasuki kamarnya,
meletakkan tas dan segera mencari sosok ayahnya. Mencari di kamar ayahnya, tapi
ia tak menemukannya. Akhirnya ia menemukannya di meja kerja. Memasuki ruang
kerja ayahnya dan segera duduk.
“Hanbin, apa kau baru pulang
dari studio sampai selarut ini?” tanya Jiyeong melihat Hanbin memasuki ruang
kerjanya.
“Tadi Bobby mengajakku kesana
untuk latihan.” jawab Hanbin.
“Bagaimana latihanmu? Apakah
Donghyuk sudah banyak peningkatan?” tanya Jiyeong yang masih sibuk dengan
kertas dokumen yang berserakan di meja kerjanya.
“Dad, apa kau habis
bertemu dengan calon tunanganmu?” tanya Hanbin gugup mengalihkan pembicaraan.
“Kenapa kau menanyakannya?”
tanya Jiyeong berhenti membolak-balik dokumen.
“Umm... itu...” jawab Hanbin
gugup.
“Aku sudah tau semuanya, kau
tau usah khawatir.” ucap Jiyeong menatap dalam manik mata Hanbin.
“Bagaimana kau bisa tau?” tanya
Hanbin penasaran.
“Aku pergi ke Universitasmu dan
tanpa sengaja melihatmu memeluknya, tak usah dipikirkan kau lebih pantas
bersamanya.” jawab
Jiyeong santai.
“Kau tak perlu khawatir,
pertunangan itu dibuat oleh kakekku dan kakek Jennie. Lagipula aku juga tak
akan melakukannya jika Jennie memilihmu.” tambah Jiyeong.
“Lalu bagaimana denganmu dad?”
tanya Hanbin lagi.
“Sudah kubilang kau tak perlu
khawatir, bukankah namja SWAG sepertiku mudah menakhlukkan hati seorang yeoja?”
jawab Jiyeong tertawa.
“Haish... yang benar saja.” ucap
Hanbin geleng-geleng kepala.
“Eiy... bukankah umurku ini
masih cocok menjadi hyungmu?” tanya Jiyeong melihat Hanbin geleng-geleng
kepala.
“Iya, seharusnya aku
memanggilmu hyung, tapi kau menolaknya.” jawab Hanbin meninggalkan ruang
kerja Jiyeong.
-000-
“Ya! Kwon Hanbin!” ucap
Jennie mengejar namjachingunya.
“Mwo?” ucap Hanbin tanpa
dosa.
“Ya! Kau menggambari
buku catatanku.” protes Jennie.
“Memangnya kenapa? Kau juga
menggabari buku catatanku.” jawab Hanbin merasa buku cataatnnya pernah
digambari Jennie.
“Ya!” Protes Jennie
mempoutkan pipinya.
Mareka berdua memang couple yang berbeda
karena begitulah cara mereka menunjukka perhatian dan kasih sayang
masing-masing. Mereka lebih sering bercanda dan mengejek satu sama lain
daripada melakukan berbagai hal rommance. Bagi Jennie dan Hanbin yang sama-sama
baru pertama kali mengenal kata cinta, bertengkar merupakan hal yang romantis.
“Ya! Sebagai seorang yeojachingu
kau harusnya memanggilku oppa, chagi, honey, atau apalah.
Selama ini kau selalu memanggilku, ‘ya kau’ seperti itu.” protes Hanbin.
“Aku saja jarang menanggil oppaku
oppa, biasanya aku memanggilnya hyung.” jawab Jennie enggan memanggil Hanbin oppa.
“Kau mau memanggilku oppa,
atau...” kata Hanbin lagi.
“Ne... Aku tau apa yang
akan kau katakan. Ne Hanbinie oppa!” jawab Jennie menyetujui.
“Ya! Bukankan kau duluan
yang pernah mencium pipiku?” ledek Hanbin.
“Ya! Kapan aku pernah
melakukannya?” jawab Jennie yang sebenarnya enggan membahas masalah itu lagi.
“Eiy... itu memang
benar-benar pernah terjadi. Waktu kau mabuk, kau duluan yang mencium pipiku :p”
jawab Hanbin mehrong.
“Jangan bercanda. Seingatku aku
hanya pernah melakukannya dengan oppaku sendiri.” Jawab Jennie mengelak.
“Tapi yang kau kira hyungmu
itu aku Pabo!” jawab Hanbin diiringi tawa.
“Ja.. jadi yang waktu itu kau?”
tanya Jennie memastikan.
“Tentu saja.”
jawab Hanbin mantab.
“Shireo!!!” teriak
Jennie memukul kecil lengan namjachingunya.
Malam ini Jiyeong, ayah Hanbin mengajak
anaknya dan Jennie untuk makan bersama di sebuah restoran. Setelah perjodohan
itu dibatalkan secara baik-baik mereka malah menjadi semakin akrab. Hanbin
menjemput Jennie dengan salah satu mobil ayahnya. Tapi tak seperti yang Hanbin
harapkan, ia hanya melihat Jennie keluar dengan baju, celana jeans. dan sepatu
sneaker.
"Ya! Kukira aku akan
menjemput tuan putri, kenapa yang keluar cuma..." ucap Hanbin mendapati yeojachingunya
keluar tanpa dress yang ia inginkan.
"Memangnya kenapa? Aku terbiasa
pergi dengan style seperti ini." jawab Jennie sewot menghadapi omelan namjachinggunya
itu.
"Aish, jinjja! Palli
masuk!" ucap Hanbin membukakan pintu mobil.
Hanbin melajukan mobil lamborghini
adventador putih itu dengan cepat. Mereka masih terus memperdebatkan hal yang
tidak penting. Memang itu kebiasaan mereka, selalu meributkan hal-hal kecil seperti
anjing dan kucing. Akhirnya mobil mewah itu mendarat di tempat parkir sebuah
restoran tradisional Korea.
"Annyeonghaseyo." sapa
Jennie ramah.
"Annyeong. Apa kalian
bertengkar dulu sampai aku lama menunggu huh?" tanya appa Hanbin.
"Seperti biasa dad. Yeoja
cerewet ini selalu menantangku." jawab Hanbin melirik Jennie yang berdiri
tepat disampingnya.
"Aniya..." jawab Jennie
mengelak.
"Sudah, lebih baik kalian pesan
makanan dulu!" ucap Jiyeong enggan mendengar pertengkaran dua sejoli tadi.
"Wah, apa kalian sudah lama
menunggu?" ucap seorang yeoja yang tiba-tiba datang.
"Chaerin unnie, kenapa kau
ada disini?" tanya Jennie kaget.
"Kalian sudah kenal satu sama
lain?" tanya appa Hanbin.
"Tentu saja, Chaerin unnie
kan guru lesku." jawab Jennie menjelaskan.
"Wah kebetulan sekali, perkenalkan
dia ini yang jadi yeojachinguku. Dia yang akan jadi eommamu
Hanbinie." seru Jiyeong memperkenalkan.
"Annyeong." seru
Chaerin pada calon anaknya dan calon menantunya (?).
"Annyeong." jawab
Jennie dan Hanbin bersamaan.
"Dad, jangan bilang kau
sudah dengannya sebelum masalah kemarin." tebak Hanbin.
"Kau ini, selalu sok tau tapi
selalu benar. Hhaha..." jawab Jiyeong tertawa.
"Unnie, kenapa kau tak
pernah menceritakan padaku. Berarti aku akan memanggilmu eomma?"
seru Jennie bersemangat.
Hanbin menepikan mobil di seberang
sebuah taman bermain anak, tepatnya di depan sebuah mini market. Turun dan
segera berjalan memasuki sebuah taman bermain anak playgroup. Jennie hanya bisa
mengikutinya di belakang Hanbin.
"Ya! Kenapa kita kesini, ini
sudah malam aku ingin pulang." seru Jennie yang sudah lelah.
"Kau ingat? Kau pernah salah
membeli minuman dan tertidur disini." ucap Hanbin menunjuk sebuah kursi
panjang yang ada disana.
"Aku?" tanya Jennie menunjuk
dirinya sendiri.
"Bahkan untuk pertama kalinya aku
mendapatkan ciuman pipi dari seorang yeoja. Kau tak ingat?" tanya
Hanbin lagi.
"Jadi yang kau katakan selama ini
benar?" jawab Jennie balik bertanya.
"Duduklah!" ucap Hanbin
setelah mengiyakan pernyataannya tadi.
"Saranghae..." ucap Hanbin
setelah mengecup kecil pipi yeoja yang telah duduk tepat disampingnya.
"Nado saranghaeyo, Hanbinie oppa..."
seru Jennie tersipu malu.
Begitulah cinta, kadang indah di
permukaan tapi berduri setelahnya. Tapi untuk Hanbin dan Jennie, cinta yang
semula hoax dan mitos bisa mereka rubah menjadi kenyataan yang punya semua
rasa. Mereka merubah sesuatu yang tak mungkin bisa menjadi asin, asam dan manis
dalam satu waktu. Walaupun mereka belum pernah sama sekali menjalani komitmen
dengan seseorang, mereka bisa melakukannya dengan menghadapi resiko yang ada.
3 komentar:
Waaa first time nih baca fanfic jenkim-hanbin,semoga author bikin lebih banyak fanfic jenkim-hanbin yaaa^^ fanfic nya lucu mereka nya,sweet tapi kecepetan alurnya:((
Makasih komentnya... Hehe alurnya emang dibikin cepet soalnya oneshoot. Masih banyak kekurangannya ya? Hehe maklum ff pertama author. Tunggu ff author yang lain yaa :))
hanbinn aku suka sangat sangat suka ditaak
Posting Komentar