Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 23 April 2014

[Ficathon] So special to me

Diposting oleh Unknown di 08.20




Tittle So Special to Me
Author  HalfAngel
Main Cast Lee Hi as Park Hi

Kim Jinhwan as Kim Jinhwan
Other Cast Kim Taehyung as Kim Taehyung

Jennie Kim as Jennie Lee

Kim Jisoo as Kim Jisoo

Park Bom as Park Bom

Choi Seunghyun (T.O.P) as Park Seunghyun

Lee Seunghyun (Seungri) as Lee Seunghyun

Lee Chaerin (CL) as Lee Chaerin

Kim Hanbin as Kim Hanbin
Genre
­School life, Friendship, Romance (maybe)
Length Oneshot
Rating T
Summary “First you made my heart beat. Then you beat my heart.”



Ini ff kedua author, dibuatnya ngebut makannya namanya fichaton. Mungkin ceritanya biasa banget, tapi ni ff author buat special buat temen author yang main RPnya Lee Hi (). Author udah ubek-ubek bikin kolom komentarnya jadi lebih gampang buat kasih comment. FF ini mungkin 20 menit selesai dibaca, tapi bikinnya seharian dari subuh sampe tengah malem. Author akan sangat berterimakasih buat reader yang mau meninggalkan satu jejak aja *Aegyo*. Kalo ada yang kasih komentar author bakal post fakta winner part 2 deh atau mau update fakta AKMU *Janji.... O iya satu lagi author mau minta maaf karena bias temen author (V) disini dinistain *Mian.... Happy Reading


Hayi POV

Cerahnya udara di musim semi membuatku bersemangat untuk menuju sekolahku yang baru. Saat aku kelas 2 Junior High School aku terpaksa harus pindah sekolah ke Jepang karena pekerjaan ayahku dipindahkan kesana. Ayahku, Park Seunghyun seorang aktor ternama Korea yang tahun itu memulai debut di Jepang.

Tiga tahun yang lalu aku, umma, appa dan oppaku pindah ke Jepang. Ummaku Park Bom, dulunya berprofesi sebagai penyanyi dari Girl Group terkenal 2NE1 sebelum menikah dengan appa. Sedangkan oppaku Park Seunghoon sekarang melanjutkan kuliah di Yonsei University. Sedangkan aku, Park Hi melanjutkan sekolah ke Seoul Of Performing Arts.

"Umma... Oppa... jangan ribut di dapur! Hayi udah laper." teriakku dari meja makan mendengar umma dan appaku sudah meributkan resep masakan.

Tak lama kemudian Oppaku keluar dari dapur dan segera duduk disampingku menggendong anjing kesayangannya Lee Hee. Oppaku termasuk tinggi, mungkin itu menurun dari appa. Tapi dia banyak bicara seperti umma. Sedangkan aku masih dalam masa pertumbuhan dan berharap tinggi badanku terus naik.

"Oppa, bisakah kau mengantarku pagi ini. Ini kan hari pertama, jebal!" seruku meminta oppaku mengantarku ke sekolah.

"Kau mau diantar dengan apa? Sepeda? Bahkan appa saja tak meninggalkan kunci mobilnya padaku." jawab oppa masih berkonsentrasi pada anjing chihuahua kesayangannya.

"Ya sudah kalau tidak mau." jawabku kesal.

"Ya ya Ya!!! Pagi ini kenapa kalian sudah bertengkar. Ayo cepat baikan!" kata umma meletakkan masakannya di meja makan.

Akhirnya aku terpaksa harus naik bus sendiri ke sekolah, sedangkan Seunghoon Oppa ke kampus dengan sepedanya. Sejak dulu kami memang dididik dengan keras oleh appa supaya tidak hidup boros, bahkan uang saku kami hanya 10$ sebulan. Tapi aku dan oppa memang sudah terbiasa melakukannya.

Aku masuk dan memperkenalkan diri di depan kelas, setelah itu aku duduk di sebuah bangku yang kosong berada di pojok. Sebenarnya aku ingin duduk di depan dengan teman lamaku sebelum aku ke Jepang, tapi berhubung tempat kosong hanya disana aku tak bisa menolak.

"Annyeong." sapaku pada yeoja yang duduk di bangku sebelah yang akan kududuki.

"Annyeong... Jisoo." sapanya ramah mengajak bersalaman.

"Hayi." jawabku bersalaman dengannya.

Saat istirahat Jennie, teman lamaku menghampiriku dan mengajak ke kantin sekolah. Aku, Jennie dan Jisoo pergi ke kantin bertiga. Kami berbincang kecil selama di perjalanan. Saking serunya mengingat masa lalu kami, tiba-tiba ada bola basket yang tepat mengenai kepalaku.

"Aduh, sakit." ucapku kesakitan karena bola basket itu berhasil membuatku terjembab ke tanah.

"Ya! Celana One of a kind! Kau tak punya mata, temanku terjatuh karena perbuatanmu." omel Jennie pada seorang
namja di lapangan basket.

Ternyata namja tadi sama sekali tak menghiraukan omelan Jennie dan berhasil membuat yeoja itu bertindak. Jennie yang tak terima langsung berjalan ke lapangan basket dan memarahi namja tadi. Jisoo dan aku yang telah berdiri segera menyusul Jennie dan menghentikan omelan yeoja keras kepala itu sebelum masalah bertambah rumit.

"Ya! Celana one of a kind, kau harusnya tak melempar bola itu keluar dari pagar lapangan." omel Jennie.

"Apa maksudmu? Hey, itu tidak disengaja." jawab namja tadi.

"Hey, sudah jangan membuat keributan disini. Maafkan temanku ya." seru seorang namja yang berjalan mendekati kami.

"Ayo pergi, jam istirahat udah mau abis tau!" ucap Jisoo menyeret tanganku dan Jennie pergi.

Kami bertiga segera menduduki salah satu bangku kantin yang kosong setelah memesan beberapa makanan dan minuman. Setelah menunggu, akhirnya makanan kami datang juga. Jisoo yang sudah kelaparan langsung menyantap makanannya tanpa basa-basi.

"Hayi~ya apa kau masih dengan Taehyung oppa?" tanya Jennie sambil menyeruput milkshakenya.

“Umm… tentu saja, aku masih dengan V oppa. Tapi setelah pulang dari Jepang sampai hari ini aku belum bertemu lagi dengannya.” jawabku bersemangat.

“Oo… kenapa kau belum bertemu dengannya?” tanya Jisoo ikut masuk ke percakapanku dan Jennie.

“Itu… aku terlalu sibuk mengurus kepindahanku ke sekolah ini jadi aku hanya menghubunginya lewat telepon.” jawabku lagi.

“Ayo cepat, bel masuk udah bunyi!” seru Jennie berdiri mengajak masuk ke kelas.

Author POV

Setelah seharian berada di sekolah dengan semua aktivitasnya, Hayi beristirahat dalam kamarnya. Ia mulai mengecek ponselnya, ternyata ada pesan masuk disana. Ia membukanya dan melihat pengirim pesan itu adalah namjachinggunya. Dengan senyum terkembang di sudut bibirnya, Hayi mulai mengetikkan beberapa huruf sebagai balasan.

“Yeayy!! Akhirnya hari ini datang juga.” seru Hayi bersemangat membenamkan wajahnya ke dalam bantal yang ada di tempat tidurnya.

Hayi telah siap pergi menemui Kim Taehyung, namjachinggunya semenjak dia masih bersekolah di Junior High School. Setelah semua persiapannya sebagai seorang yeoja yang penuh pertimbangan dalam menentukan pakaian apa yang akan ia kenakan. Ia akhirnya keluar dari kamarnya dengan kaos putih disertai dress denimnya.

Hayi~ya kau mau kemana sore-sore begini?” tanya ayah Hayi yang kebetulan sudah pulang dari lokasi syuting.

“Aku ingin ke Coffee Shop sebentar, appa!” seru Hayi bersemangat.

“Sendirian?” tanya ayahnya lagi.

“Aniya, aku kesana bertemu temanku. Aku pergi dulu, ntar keburu malem. Pai pai….” seru Hayi melambaikan tangannya pada appanya.

Hayi menyusuri jalan menuju Coffe Shop tempat tujuannya sambil bersenandung ria. Ia sangat bahagia karena akhirnya bisa bertemu dengan namjachingunya setelah tiga tahun menjalani long distance relationship. Setelah menempuh perjalanan yang relative singkat, Hayi sampai di depan pintu Coffe Shop dan jantungnya mulai berdetak tak karuan seperti tiga tahun yang lalu.

Hayi membuka pintu dan segera mencari sosok yang sangat ia rindukan, tapi ternyata Taehyung belum datang.Yeoja itu memutuskan untuk menunggu di sebuah bangku yang terletak di pojok karena disana lumayan sepi dan bisa melihat keluar lewat jendela. Satu jam menunggu dan tak ada tanda-tanda kedatangan namjachinggunya. Hayi membuka ponselnya dan ternyata Taehyung membatalkan janjinya dengan alasan ada latihan basket. Yeoja itu pulang dengan muka tertekuk.

“Yah, padahal aku sudah senang akan bertemu dengannya, kenapa dibatalkan tiba-tiba begini sih. Sebel!” rutuk Hayi menyusuri jalanan menuju rumahnya.

Baru saja menjatukhan dirinya ke kasur tiba-tiba ponsel Hayi bergetar karena ada sebuah panggilan masuk, Hayi segera menjawabnya.

Yeoboseyo.” ucap Hayi menjawab panggilan masuknya.

Hayi~ya… apa kau marah kita tak jadi bertemu hari in?” tanya suara diseberang panggilan.

Oppa… kau tau, aku sudah menunggumu satu jam.” jawab Hayi.

Mian, latihan basketnya kan mendadak. Mianhae babby boo…” ucap suara diseberang panggilan.

Gurae, Hayi maafin, tapi harus ada gantinya.” seru Hayi.

“Oke, besok pagi oppa akan mengantarkanmu ke sekolah. Otte?” tawar Taehyung.

Ne…” jawab Hayi menyetujuinya sekaligus mengakhiri panggilan itu.

Seperti janjinya, Taehyung menjemput Hayi dan mengantarkannya ke sekolah. Akhirnya mereka bertemu juga, walaupun hanya beberapa menit di dalam mobil. Hayi senang sekali, bahkan ia sampai senyum-senyum tak jelas saat memasuki gerbang sekolahnya.

Ya! Kau ini jangan senyum-senyum tak jelas seperti itu! Itu bisa menimbulkan banyak spekulasi.” ucap Jisoo yang kini berjalan beriringan dengan Hayi.

“Hhaha… Mian, aku terlalu senang untuk menahan senyum ini.” seru Hayi menanggapi ucapan Jisoo.

Ya! Nanti sore kalian harus ke Caffeeku!” seru Jennie bersemangat menuju bangkuku dan Jisoo.

“Memangnya ada acara apa?” tanyaku sambil mengeluarkan buku dari tas.

“Pokoknya kalian harus datang, besok kan libur. Aku bosan harus menunggu pelanggan disana sendirian.” jawab Jennie memaksa kedua temannya itu untuk datang kesana.

“Oke, kami kesana.” jawab Jisoo tanpa menunggu Hayi menjawab.

Ketiga yeoja itu berkumpul bersama-sama menuju rumah Jennie yang tak jauh dari sekolah mereka. Seperti kebanyakan yeoja yang selalu membicarakan apapun disela-sela perjalanan mereka. Mulai dari sekolah Hayi di Jepang, kebiasaan mereka saat berpisah selama tiga tahun dan hal-hal lainnya termasuk tipe ideal mereka.

Jennie~ya, seperti apa tipe idealmu?” tanya Hayi kepo.

“Kau tau kan, dari dulu aku suka namja SWAG yang menggunakan banyak bandana dikepalanya.” jawab Jennie yang mengundang tawa kedua temannya.

Ya! Kenapa kalian tertawa?” tanya Jennie memasang wajah bingungnya.

“Apa maksudmu namja SWAG dengan banyak bandana? Apa kau membicarakan ayahmu sendiri?” jawab Jisoo masih mentertawakan pria ideal yang Jennie bicarakan tadi.

Aniyo…” ucap Jennie sebal.
Mereka bertiga memasuki Caffee Jennie yang langsung mendapat sambutan hangat dari ummanya Jennie.

Annyeonghaseyo omeonim.” seru Hayi dan Jisoo bersamaan.

Annyeong! Jennie kenapa kau tak bilang membawa temanmu? Umma bisa memasak makanan dulu.” ucap umma Jennie membalas salam Hayi dan Jisoo tadi.

“Aku bosan harus menjaga caffee sendirian umma.” seru Jennie yang segera masuk membuat beberapa minuman untuk kedua temannya.

Jennie Lee, merupakan satu-satunya buah hati dari ummanya Lee Chaerin dan appanya Lee Seunghyun. Jennie memang anak tunggal, jadi mungkin ia sedikit merasa kesepian karena selalu sendirian dari kecil. Jennie juga sangat senang ketika tau Hayi akan kembali melanjutkan studynya di Korea. Mereka segera menuju ke kamar Jennie untuk meletakkan tas mereka dan melanjutkan perbincangan tadi.

“Kau tau, sebenarnya ayahku sama sekali nggak SWAG. Dia lebih cocok jadi pelawak ketimbang jadi penyanyi.” ucap Jennie mulai membicarakan ayahnya sendiri.

“O iya kau pernah bercerita kalau weekend Caffeemu pasti ada band atau penyanyi yang mengisi.” tanya Jisoo ingin mengkonfirmasi.

“Oh, itu hanya ide appaku. Dia akan mengundang penyanyi jalanan atau jika tidak ada dia sendiri yang menyanyi.” jawab Jennie menjelaskan.

“Wah, kalau begitu aku akan melihat appamu menyanyi saja. Hhaaha…” seru Hayi bersemangat.

“Sepertinya mereka sudah datang, mungkin sedang rehersal hhaha…” ucap Jennie mendengar suara seseorang sedang mengecek mic.

“Nanti saja kalau sudah mulai, baru kita kesana.” seru Jisoo yang sedang asik memainkan boneka anak anjing di kamar Jennie.

Setelah mereka bertiga mendengar music yang mulai dimainkan, Jennie mengajak ketiga temannya menuju ke Caffeenya yang berada di lantai dasar. Betapa terkejutnya Jennie melihat seseorang yang pernah membuatnya marah-marah tepat di dalam Caffeenya. Ia yakin sekali dengan apa yang ia lihat.

Ya! Kau ingat orang yang ditenggah itu, dia kan yang pernah membuatku marah-marah di lapangan basket.” ucap Jennie seketika ketika telah sampai di lantai bawah.

Jennie~ya… bukankan yang seperti itu yang jadi namja idealmu?” goda Hayi melihat namja yang Jennie panggil celana One of a kind menggunakan banyak bandana.

Aniyo…” bantah Jennie.

“Aku mau beli snack di minimarket yang kita lewati tadi. Ada yang mau titip?” tawar Hayi.

“Belikan aku permen karet!” pinta Jisoo.

“Oke, selamat menikmati pertunjukan namja idealmu Jennie.” ucap Hayi sebelum keluar meninggalkan Jisoo dan Jennie.

Hayi melangkahkan kakinya menuju sebuah minimarket yang terletak tak jauh dari Caffee Jennie. Ia segera masuk ke minimarket dan mengambil beberapa snack dan permen karet titipan Jisoo tadi. Setelah dirasa cukup Hayi segera menuju ke kasir dan membayar barang belanjaannya. Hayi segera berpamitan dengan penjaga toko dan kembali ke Caffee Jennie dengan langkah panjang karena rintik hujan mulai membasahi.

Tinggal beberapa langkah lagi dan sekarang Hayi telah sampai di depan pintu Caffee, ia segera membuka pintu Caffee dengan tangan kanannya karena tangan kirinya sedang membawa belanjaan. Bunyi lonceng di depan pintu berbunyi pertanda ada orang yang masuk ke Caffee. Mata Hayi mencari-cari bangku tempat duduk kedua temannya. Matanya terus melebar dan menemukan seseorang yang dikenalnya, tapi lebih tepatnya dua orang yang sangat ia kenal.

Bukan Jennie maupun Jisoo, tapi orang lain. Seorang namja dan seorang yeoja yang duduk berhadapan di meja. Namja itu memegang tangan yeoja didepannya memperlihatkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Terlihat jelas di mata Hayi jika seorang yeoja itu adalah Seo Eunkyo, sahabat kecilnya. Dan yang tak ia percayai namja yang duduk di depan yeoja itu adalah Kim Taehyung, namjachingunya sendiri.

Ia ingin tak mempercayainya, tapi kenyataan yang ia peroleh memang seperti tiu. Namjachingunya yang selama tiga tahun telah menjalani long distance relationship dengannya tega menduakannya. Namja itu tega berselingkuh saat ia masih tersenyum manis di depan Hayi. Tanpa sengaja barang belanjaan yang Hayi bawa terjatuh, berlingan air mata turun perlahan pada kedua pipinya. Hayi segera berlari, tanpa melihat apapun dan ia menabrak seseorang yang berjalan berlawan dengannya. Mereka berdua terjatuh, Hayi segera berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun. Air matanya semakin deras seiring dengan hujan yang semakin lebat membasahi bumi.

Hayi~ya, kenapa kau hujan-hujan.” tanya umma Hayi melihat anak bungsunya pulang di hari yang mulai gelap dengan tubuh yang basah kuyup.

Tanpa menjawab pertanyaan ummanya Hayi segera berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia tak kuasa menahan kesedihannya dikhianati dua orang yang sangat ia percayai. Ia terus menangis sampai ummanya mengetuk dan mendatani kamarnya. Karena kamar itu memang tak dikunci, ummanya segera masuk tanpa persetujuan Hayi.

Hayi~ya, kau kenapa menangis?” tanya umma Hayi khawatir menemukan anaknya menangis.

Umma…” ucap Hayi tanpa menjawab pertanyaan ummanya dan langsung memeluk ummanya.

“Kalau kau belum ingin menceritakannya umma tak akan memaksamu.” ucap Park Bom menenangkan anaknya.

Hayi POV

Hari ini aku melakukan aktivitas rutinku sebagai seorang pelajar. Bangun tidur, mandi, sarapan dan berangkat sekolah. Tapi kali ini Seunghoon oppa mau mengantarkanku ke sekolah setelah memohon kunci mobil pada appa. Aku tentu saja senang tak perlu berdesak-desakan dengan pelajar, ahjumma maupun ahjussi di bus seperti biasanya. Walaupun aku masih sedih memikirkan kejadian weekend kemarin. Aku pun juga telah menghubungi namja brengsek itu untuk memutuskan hubungan kami.

Aku menyusuri koridor menuju kelasku dengan langkah berat tak seperti biasanya. Walaupun aku telah menganggap masalah itu selesai tapi bekas luka itu belum kering sampai saat ini. Aku tak pernah membayangkan jika kedua orang itu benar-benar tega melakukannya dibelakangku. Aku seperti yeoja pabo yang mau setia pada nappeun namja sepertinya.

Hayi~ya…” panggil Jennie dan segera memelukku.

Neo gwaencanha?” tanyanya lagi.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban, enggan mengungkapkannya dengan kata-kata.

“Tak kusangka… Dulu aku selalu mengikutinya seperti anak anjing. Tapi apa yang ia perbuat dibelakangku.” ucapku kesal begitu duduk tepat disamping Jennie.

Mian, selama ini aku tak tau kabar orang itu. Aku tak tau dia bisa setega itu…” ucap Jennie memotong kalimatnya.

“Tak perlu dipikirkan. Aku telah menghapus nama namja brengsek itu.” jawabku lagi enggan memperpanjang pembicaraan ini.

Jam sekolah telah berakhir dan aku segera pulang. Aku berjalan sendirian menuju rumahku karena Hoon oppa belum pulang kuliah dan tak bisa menjemputku. Aku berhenti di sebuah halte bus dan menunggu bus datang.

Jinhwan POV

Aku baru saja membolos dari kelas Bahasa Inggris. Aku terlalu bosan untuk mengikuti kelas Bahasa Inggris dengan Sosaengnim yang kecentilan sama mahasiswanya sendiri. Aku berjalan menuju sebuah halte bus dan duduk menunggu bus datang. Disana telah ada seseorang yang terlebih dulu menunggu bus, seorang yeoja yang sepertinya pernah bertemu denganku sebelumnya.

Aku mengingatnya, yeoja yang menabrakku saat aku terlambat untuk manggung di sebuah Caffee kecil bersama teman-temanku. Dia menabraku dan langsung pergi begitu saja tanpa meminta maaf terlebih dahulu padaku. Mungkin dia terlalu terburu-buru saat itu.

Jeogiyeo… Kau bukankan yeoja yang pernah menabrakku di depan Victory Caffee weekend kemarin?” tanyaku mencoba menyapanya.

“Oh, Mianhae. Saat itu aku sedang terburu-buru. Jeoseonghabnida.” ucapnya membungkuk.

Gwaencanha, Jinhwan.” ucapku memperkenalkan diri.

“Park Hi imnida. Panggil aku Hayi.” Ucapnya memperkenalkan diri.

Akhirnya bus yang kami tunggu telah tiba, aku mempersilahkan yeoja itu masuk duluan. Yeoja bernama Hayi itu duduk di kursi penumpang depan dan aku segera menuju kursi paling belakang. Aku memperhatikan jalanan dari kaca jendela ketika hujan mulai turun. Aku suka hujan karena hujan yang mempertemukan antara langit dengan bumi.

Author POV

Hayi memasuki rumahnya dengan seragam yang agak basah karena lagi-lagi ia kehujanan. Ia segera mengganti seragamnya yang basah dengan t-shirt dan celana trainingnya. Setelah itu yeoja itu turun ke bawah menuju ruang TV, walaupun sebenarnya ia tak ingin menonton televisi. Ia kesana karena memang umma dan appanya sedang nonton TV disana.

Hayi~ya kau kehujanan lagi?” tanya umma Hayi.

Ne umma, akhir-akhir ini kenapa turun hujan mendadak. Padahal kan sedang musim semi.” omel Hayi sebal beberapa hari ini sering kehujanan.

Appa, apa kau pernah berpikir untuk meninggalkan umma dan pergi dengan wanita lain?” tanya Hayi polos.

Ya! Tentu saja tidak. Appamu ini harus menunggu ummamu menyelesaikan kontraknya sebagai penyanyi baru bisa berkencan dengannya. Bagaimana bisa appamu meninggalkan ummamu ini huh.” jawab Seunghyun terhadap pertanyaan polos anaknya itu.

Hayi~ya, kau tidak boleh sembarangan berkencan dengan pria diluar sana. Banyak namja yang perlakuannya tidak baik.” pesan Bom pada putrinya.

Arraseo Umma.” jawab Hayi sangat mengerti maksud dari pesan Ummanya.
-000-

Hayi berjalan menuju sebuah toko DVD untuk keperluannya membeli beberapa album yang memang sudah lama ingin dibelinya. Ia memasuki toko itu dan mendapat salam dari penjaga toko yang sedang berjaga di sana. Hayi membalas sapaan penjaga toko yang ramah itu dengan senyuman. Yeoja itu memulai kegiatannya mencari beberapa album yang ingin dibelinya. Tanpa disengaja ia menemukan album lama ummanya, ia juga menemukan album lama appa Jennie. Hayi tersenyum melihat album-album itu.

Setelah cukup lama berputar-putar mencari dan akhirnya semuanya sudah ia dapatkan. Hayi segera berjalan menuju kasir untuk membayar album itu. Selesai membayar semua album itu Hayi segera keluar dari toko. Tapi baru beberapa langkah keluar dari toko, hujan yang cukup lebat terjadi. Yeoja itu memutuskan untuk menunggu hujan reda baru pulang.

“Hey! Hayi~ssi!” sapa seseorang pada Hayi.

Jinhwan~ssi!” seru Hayi mengenali seseorang yang telah menyapanya.

“Sedang apa disini?” tanya Jinhwan.

“Aku baru mau pulang, tapi tiba-tiba hujan.” jawab Hayi melihat hujan yang sampai saat itu belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.

“Oh, begitu.” jawab Jinhwan pendek.

Kedua orang itu berbincang-bincang di depan toko menunggu hujan reda. Perbincangan mereka semakin akrab karena mereka sama-sama menyukai jenis musik yang sama, R&B dan Hip Hop. Mereka terus berbincang sampai akhirnya hujan telah reda.

“Wah kita berbicara terlalu lama sampai hujannya reda. Mau kuantarkan pulang, kebetulan aku memarkirkan motorku tak jauh dari sini.” ucap Jinhwan menawarkan.

“Apa tidak merepotkan?” tanya Hayi.

“Tentu saja tidak.” jawab Jinhwan.

Jinhwan mengantarkan Hayi pulang dengan motor skuternya. Kebetulan skuter Jinhwan dilengkapi bagasi yang digunakan untuk menampung helm cadangan. Hayi menggunakan helm berwarna kuning itu dan segera membonceng motor skuter Jinhwan.Hayi melingkarkan tangannya pada pinggang Jinhwan untuk pegangan agar tak jatuh.

Tanpa disadari jantung Hayi berdebar-debar selama perjalanan. Mungkin karena ini pertama kalinya Hayi membonceng motor dan harus berpegangan seperti itu. Semakin lama iramanya semakin tak karuan, seperti ada perasaan lain yang timbul. Selama perjalanan keduanya hanya terdiam diselimuti perasaan canggung masing-masing.

“Sudah sampai, mau mampir dulu.” tawar Hayi begitu turun dari motor Jinhwan.

“Sepertinya lain kali. Lain kali kau harus melihat aku menyanyi di Victory Caffee, ok?” tanya Jinhwan menawarkan.

“Oke, lain kali Hayi pasti nonton.” jawab Hayi menyetujui.

Yeoja itu melangkah melawati pintu gerbang rumahnya dan segera masuk ke dalam rumah melelui pintu utama. Ia tak segera masuk karena di teras sedang ada oppanya yang sibuk dengan kertas-kertas berisikan notasi musik.

Hayi~ya, kau baru pulang berkencan ya?” tanya Seunghoon asal.

Oppa~ anieyo. Aku habis membeli ini dan membelikan ini untukmu.” jawab Hayi memperlihatkan beberapa album yang baru ia beli.

“Akhirnya. Kau tau aku sudah mencari album lama ini. Haha akhirnya ketemu.” ucap Seunghoon bersemangat.

Gomawo saeng!” ucapnya berterimakasih pada adik perempuannya.

Ne, oppa! O iya, kemarin kau dapat salam dari Jisoo. Katanya ia mau belajar rap darimu.” Seru Hayi sebelum masuk ke dalam rumah.

“Hahaha ok, lain kali aku akan mengajak Mino untuk latihan rap bersama.” jawab Seunghoon setengah berteriak karena yang diajak berbicara sudah masuk ke dalam rumah.

Hayi POV

Tadi itu baru pertama kalinya aku dibonceng dengan motor, rasanya berbeda dari biasanya aku selalu naik mobil ataupun bus kemanapun pergi. Tapi aku juga merasakan hal yang berbeda, mungkinkah aku mulai tertarik padanya. Tapi aku masih ragu dengan apa yang kurasakan ini. Aku membuka ponselku dan berjejer pesan masuk disana.

“Apa? Dia lagi. Apa dia tak merasa bersalah? Sudah membohongiku dan sekarang bilang ingin kembali padaku? Dasar nappeun namja!” ucapku begitu melihat berpuluh-puluh kotak masukku dipenuhi pesan yang sama dari pengirim yang sama pula.

Ya! Giving you my heart was a big mistake.I never wanna ever see you again boy. Can you hear my voice? It’s over, so baby GOODBYE!!” kataku membalas kotak masuk tak penting itu.

“Kau pikir aku bisa memaafkanmu setelah semua yang telah kau perbuat huh!” batinku.

Tak pernah terbayang olehku namja brengsek itu terus mengangguku bahkan terkesan seperti menerorku. Beberapa hari ini aku terpaksa pulang sekolah dari pintu belakang karena namja itu pasti memarkirkan mobilnya di depan sekolah. Aku benci melihatnya dengan senyumnya yang selalu dibuat-buat. Apalagi jika sudah mengingat apa yang ia lakukan padaku, sungguh aku tak ingin melihatnya ada di depan mataku lagi.

Hayi~ya, beberapa hari ini kau selalu pulang lewat pintu belakang. Apa gara-gara dia selalu ada di depan sekolah?” tanya Jennie saat kami sedang makan siang di kantin sekolah.

“Apa lagi?” jawabku acuh menyeruput lemon tea pesananku.

“Besok kan weekend, lebih baik kau ke Caffeeku. Kemarin kau belum melihat mereka menyanyi kan?” ucap Jennie berusaha menghiburku.

Gurae, tapi yang besok appamu juga harus menyanyi ya.” jawabku menggoda Jennie.

Ya! Kau tau kan, appaku...” jawab Jennie gerogi.

“Tapi aku akan menjanjikan ummaku menyanyi besok, otte? Ummaku kan dulu rapper.” kata Jennie melanjutkan kalimatnya yang terpenggal.

“Tenang saja, aku pasti datang. Kau tau kan, aku sangat ingin melihat ummamu menyanyi. Hhaha... ” jawab Hayi tertawa.

“Oke, wait and see...” ucap Jennie tersenyum lebar.

Seperti janjiku kemarin, kali ini begitu bel pulang berdering aku, Jennie dan Jisoo lewat pintu depan menuju Victory Caffee. Tapi sebelum bisa keluar dari gerbang sekolah aku harus berhadapan dengan namja menyebalkan itu.

Hayi~ya! Kumohon maafkan aku, aku akan memperbaiki semuanya. Jadi ayolah kita mulai semua dari awal lagi.” pinta Taehyung oppa ketika aku telah muncul dari pintu gerbang sekolah.

“Bukankah aku pernah mengatakan kalau memberikan hatiku padamu adalah kesalahan terbesarku? Aku tak akan membuang waktuku hanya untuk bersama dengan nappeun namja sepertimu!” ucapku berjalan menjauh diikuti kedua temanku.

Akhirnya aku lega juga bisa mengatakan kata-kata itu langsung dihadapannya. Aku sangat membencinya dan tak akan pernah mau memaafkan nappeun namja itu. Aku, Jennie dan Jisoo berjalan dengan riang menuju Victory Caffee. Kami berjalan beriringan sembari bercanda menuju Caffee itu untuk melihat kolaborasi antara Jennie dan appanya yang sudah dijanjikan padaku.

“Kalian sudah datang?” sapa umma Jennie ramah.

Ne omeonim.” jawabku dan Jisoo bebarengan.

“Wah fans appa sudah datang ya?” suara appa Jennie yang menuruni tangga.

Appa…” sela Jennie tidak ingin dipermalukan appanya.

“Kalian bisa menunggu di bangku paling depan. Hhaha…” ucap appa Jennie tertawa.

Aku dan Jisoo hanya bisa tertawa melihat kekocakan ayah Jennie. Sementara Jennie dan ayahnya melakukan rehersal aku dan Jisoo hanya berbincang sebelum Jinhwan ternyata juga datang ke Caffee. Kami bertiga duduk di bangku yang sama.

Oppa, kau datang?” tanyaku begitu melihat kedatangan Jinhwan oppa.

“Tentu saja, kau kan yang mengajakku datang. Aku hanya menepati janjiku saja.” jawab Jinhwan oppa.

“Kenapa tidak dengan teman-temanmu?” tanyaku lagi.

“Kami tidak ada jadwal tampil, jadi cuma aku yang kesini.” jawabnya lagi.

“Bagaimana dengan group kalian?” tanyaku lagi mencoba menghilangkan kata canggung antara kami.

“Umm… latihan cukup lancar. Tapi aku belum tau apakah group kami sudah banyak kemajuan. Hhaha…” jawabnya tersenyum ramah.

“Hhahha… jangan bercanda, bukankah aku selalu memuji penampilan kalian.” ucapku menanggapi pernyataan retoriknya itu.

Tepat jam 4.00 p.m Jennie beserta umma dan appanya naik ke panggung kecil yang ada di Victory Caffee. Pertunjukan diawali dengan umma Jennie yang membawakan lagu “MTBD”. Aku sangat menyukainya, umma Jennie bisa menguasai vocal dan rap dengan sempurna. Setelah itu disusul Jennie dan appanya yang menyanyikan lagu “GG Be”. Suara mereka bisa berpadu, terutama yang kusukai saat Jennie melakukan rapnya. Bahkan menurutku rap Jennie jauh lebih keren dari rap oppaku karena oppaku masih menggunakan logat Saturinya.

Ya! Yang tadi itu kau keren sekali!” ucapku memuji Jennie.

“Lain kali kau yang harus berduet dengan ummamu.” ucap Jennie menantangku.

“Hhaha… no problem guys!” ucapku menanggapi tantangan Jennie tadi.

“Anak-anak, lain kali kalian yang yarus meramaikan Caffee ini. Hhaha…” ucap appa Jennie mendatangi meja kami.

NeAhjussi.” jawabku dan Jisoo serempak.

“Ayo!” ajak Jennie mengajakku berdiri.

Ya! Kemana?” tanyaku binggung.

“Ayo kita nyanyikan lagu yang telah kita buat!” ajak Jennie bersemangat.

Aku dan Jennie menyanyikan lagu yang telah kami buat sejak lama. Lagu itu berjudul “Special”. Aku yang menyanyikan bagian vocal sedangkan Jennie yang menyanyikan bagian rapnya. Kami telah menciptakan lagu itu sejak aku masih di Jepang. Bahkan kami menciptakannya dengan video call saat liburan sekolah. Lagu itu menceritakan seberapa specialnya seseorang yang disebut cinta walaupun orang itu lebih sering memberi rasa sakit.

“Heartbeat, beat, beat Ooh ooh ooh oooh…” ucapku mulai menyanyi.

Sejak saat itu aku menjadi semakin dekat dengan Jinhwan, bahkan aku mulai memanggilnya Jinhwan oppa karena kami semakin dekat. Setiap weekend aku, Jennie, Jisoo pasti berkumpul disana. Terkadang Jinhwan oppa datang untuk menyanyi dengan teman satu groupnya bersama Hanbin, Jiwon, Yunhyeong, Donghyuk dan Jonhwe. Kurasa Jennie dan Hanbin yang selalu ia panggil celana One of a kind masih sering bertengkar mempermasalahkan masalah kecil.

Kini giliran B Team, group Jinhwan oppa yang naik ke atas panggung. Ia mulai menyanyikan lagu berjudul “Only look at me” yang dipopulerkan oleh Taeyang. Jinhwan oppa mulai menyanyi dan disusul dengan line yang lainnya.

“I can’t let you go, you got to let him go. I can’t let you go, you got to… listen!” ucapnya mulai menyanyi.

Jantungku lagi-lagi berdebar ketika akhir lagu. Jinhwan oppa tiba-tiba memotong lagu dan berbicara biasa tanpa nada, tidak seperti membaca sebuah puisi. Aku kaget ketiga tiba-tiba namaku disebutnya.

“Because of you, I find it hard to breathe. Hayi~ya.. forget every hurt you got, cause I can’t let you go. Hayi~ya, be mine please!” ucapnya yang sukses membuat jantungku berhenti berdetak.

Dia turun dari panggung dengan masih memegang mic, mendekatiku dan itu membuatku semakin gugup. Tinggal beberapa langkah lagi Jinhwan oppa tepat berada didepanku. Tiba-tiba ia berlutut tepat dihadapanku dan mengeluarkan mawar merah, bunga favoriteku. Jinhwan oppa mengulurkan mawar merah itu padaku.

“Jika kau menerimaku, terimalah bunga mawar ini!” ucapnya yang sedetik kemudian membuat jantungku berdetak makin kencang.

Oppa!” ucapku menerima bunga mawar itu menandakan aku menerma pengakuannya.

Semua yang ada disana otomatis bertepuk tangan dan sukses membuatku tersipu malu. Mungkin wajahku kini telah memerah seperti udang rebus. Setelah berbulan-bulan aku dan Jinhwan oppa sering bercerita tentang masalah yang masing-masing kami alami dan menjadi semakin dekat, tak kusangka ia membuat pengakuan di depan umum seperti itu. Cinta tak harus dimulai dengan waktu yang lama meskipun untuk meyakinkannya kau harus meyakinkan dirimu terlebih dahulu.

Cintaku memang seperti mawar merah, mungkin indah di luar tapi akan menusukmu jika aku kecewa. Aku memang pernah kecewa, tapi jika orang itu meyakinkanku untuk mencabut duri yang menyelimutiku maka akan kulakukan. Mungkin tak butuh waktu lama untuk mengatakan cinta, tapi butuh waktu untuk meyakinkannya.

“First you made my heart beat. Then you melt my heart.” kurasa kata-kata itu yang bisa menggambarkan apa yang aku alami saat ini.
-000-

Author POV

Oppa! Kau harus memenangkan boneka beruang berambut kuning itu!” ucap Hayi menyemangati Jinhwan yang sedang berusaha memenangkan permainan itu.

“Yeayy!!” seru Hayi begitu mendapatkan boneka beruang dengan rambut kuning seperti yang ia inginkan.

“Kau menyukainya?” tanya Jinhwan pada yeojachingunya.

“Tentu saja, boneka beruang ini sangat lucu.” ucap Hayi menunjukkan kegembiraannya mendapat boneka itu.

“Mau naik komedi putar?” tanya Jinhwan yang lebih tepat disebut sebagai ajakan.

“Tentu saja, aku tak akan menolaknya jika semuanya dilakukan denganmu.” jawab Hayi menyetujui permintaan namjachinggunya.

Mereka berdua menjelajahi semua permainan yang ada di taman bermain. Mulai dari komedi puter, rollercoaster, dan permainan menegangkan lainnya. Setelah dirasa cukup lelah keduanya menuju sebuah bangku yang disediakan untuk beristirahat. Mereka duduk disana untuk melepas lelah setelah mencoba beragam permainan disana.

“Kau ingat, sepertinya awal pertemuan kita selalu terjadi saat hujan datang.” ucap Jinhwan menatap lurus ke depan tanpa melihat yeoja yang duduk disebelahnya.

“Aku baru menyadarinya, kurasa sejak awal kita bertemu selalu terjadi disaat hujan.” jawab Hayi menyetujui pernyataan Jinhwan tadi.

“Kurasa aku dan kau memang seperti langit dan bumi yang dipertemukan melalui hujan. Hayi~ya saranghae…” ucap Jinhwan.

Nado saranghaeyo oppa.” ucap Hayi menyandarkan kepalanya di lengan namjachinggunya.
 

ACE's B-Golds JackVIP Copyright © 2011 Designed by Dita Blogger Template Sponsored by web hosting