Tittle | So Special to Me |
Author | HalfAngel |
Main Cast | Lee Hi as Park Hi |
Kim Jinhwan as Kim Jinhwan | |
Other Cast | Kim Taehyung as Kim Taehyung |
Jennie Kim as Jennie Lee | |
Kim Jisoo as Kim Jisoo | |
Park Bom as Park Bom | |
Choi Seunghyun (T.O.P) as Park Seunghyun | |
Lee Seunghyun (Seungri) as Lee Seunghyun | |
Lee Chaerin (CL) as Lee Chaerin | |
Kim Hanbin as Kim Hanbin | |
Genre |
School life, Friendship,
Romance (maybe)
|
Length | Oneshot |
Rating | T |
Summary | “First you made my heart beat. Then you beat my heart.” |
Ini ff kedua author, dibuatnya ngebut
makannya namanya fichaton. Mungkin ceritanya biasa banget, tapi ni ff author
buat special buat temen author yang main RPnya Lee Hi (@HiHeel923). Author udah ubek-ubek bikin kolom komentarnya
jadi lebih gampang buat kasih comment. FF ini mungkin 20 menit selesai dibaca,
tapi bikinnya seharian dari subuh sampe tengah malem. Author akan sangat
berterimakasih buat reader yang mau meninggalkan satu jejak aja *Aegyo*. Kalo ada yang
kasih komentar author bakal post fakta winner part 2 deh atau mau update fakta AKMU *Janji.... O iya satu lagi author mau minta maaf karena bias temen author (V) disini dinistain *Mian.... Happy Reading
Hayi POV
Cerahnya udara di
musim semi membuatku bersemangat untuk menuju sekolahku yang baru. Saat aku
kelas 2 Junior High School aku terpaksa harus pindah sekolah ke Jepang karena
pekerjaan ayahku dipindahkan kesana. Ayahku, Park Seunghyun seorang aktor
ternama Korea yang tahun itu memulai debut di Jepang.
Tiga tahun yang
lalu aku, umma, appa dan oppaku pindah ke Jepang. Ummaku Park Bom, dulunya
berprofesi sebagai penyanyi dari Girl Group terkenal 2NE1 sebelum menikah
dengan appa. Sedangkan oppaku Park Seunghoon sekarang melanjutkan kuliah di Yonsei University.
Sedangkan aku, Park Hi melanjutkan sekolah ke Seoul Of Performing Arts.
"Umma...
Oppa... jangan ribut di dapur! Hayi udah laper." teriakku dari meja
makan mendengar umma dan appaku sudah meributkan resep masakan.
Tak lama kemudian Oppaku
keluar dari dapur dan segera duduk disampingku menggendong anjing kesayangannya
Lee Hee. Oppaku termasuk tinggi, mungkin itu menurun dari appa.
Tapi dia banyak bicara seperti umma. Sedangkan aku masih dalam masa pertumbuhan dan berharap
tinggi badanku terus naik.
"Oppa,
bisakah kau mengantarku pagi ini. Ini kan hari pertama, jebal!"
seruku meminta oppaku mengantarku ke sekolah.
"Kau mau
diantar dengan apa? Sepeda? Bahkan appa saja tak meninggalkan kunci mobilnya
padaku." jawab oppa masih berkonsentrasi pada anjing chihuahua
kesayangannya.
"Ya sudah
kalau tidak mau." jawabku kesal.
"Ya ya Ya!!!
Pagi ini kenapa kalian sudah bertengkar. Ayo cepat baikan!" kata umma meletakkan masakannya di meja makan.
Akhirnya aku
terpaksa harus naik bus sendiri ke sekolah, sedangkan Seunghoon Oppa ke
kampus dengan sepedanya. Sejak dulu kami memang dididik dengan keras oleh appa
supaya tidak hidup boros, bahkan uang saku kami hanya 10$ sebulan. Tapi aku dan
oppa memang sudah terbiasa melakukannya.
Aku masuk dan
memperkenalkan diri di depan kelas, setelah itu aku duduk di sebuah bangku yang
kosong berada di pojok. Sebenarnya aku ingin duduk di depan dengan teman lamaku
sebelum aku ke Jepang, tapi berhubung tempat kosong hanya disana aku tak bisa
menolak.
"Annyeong."
sapaku pada yeoja yang duduk di bangku sebelah yang akan kududuki.
"Annyeong...
Jisoo." sapanya ramah mengajak bersalaman.
"Hayi."
jawabku bersalaman dengannya.
Saat istirahat
Jennie, teman lamaku menghampiriku dan mengajak ke kantin sekolah. Aku, Jennie
dan Jisoo pergi ke kantin bertiga. Kami berbincang kecil selama di perjalanan.
Saking serunya mengingat masa lalu kami, tiba-tiba ada bola basket yang tepat
mengenai kepalaku.
"Aduh,
sakit." ucapku kesakitan karena bola basket itu berhasil membuatku
terjembab ke tanah.
"Ya!
Celana One of a kind! Kau tak punya mata, temanku terjatuh karena
perbuatanmu." omel Jennie pada seorang
namja di lapangan basket.
Ternyata namja
tadi sama sekali tak menghiraukan omelan Jennie dan berhasil membuat yeoja
itu bertindak. Jennie yang tak terima langsung berjalan ke lapangan basket dan
memarahi namja tadi. Jisoo dan aku yang telah berdiri segera menyusul
Jennie dan menghentikan omelan yeoja keras kepala itu sebelum masalah
bertambah rumit.
"Ya!
Celana one of a kind, kau harusnya tak melempar bola itu keluar dari pagar
lapangan." omel Jennie.
"Apa maksudmu?
Hey, itu tidak disengaja." jawab namja tadi.
"Hey, sudah
jangan membuat keributan disini. Maafkan temanku ya." seru seorang namja
yang berjalan mendekati kami.
"Ayo pergi,
jam istirahat udah mau abis tau!" ucap Jisoo menyeret tanganku dan Jennie
pergi.
Kami bertiga segera
menduduki salah satu bangku kantin yang kosong setelah memesan beberapa makanan
dan minuman. Setelah menunggu, akhirnya makanan kami datang juga. Jisoo yang
sudah kelaparan langsung menyantap makanannya tanpa basa-basi.
"Hayi~ya
apa kau masih dengan Taehyung oppa?" tanya Jennie sambil menyeruput milkshakenya.
“Umm… tentu saja,
aku masih dengan V oppa. Tapi setelah pulang dari Jepang sampai hari ini aku belum bertemu lagi
dengannya.” jawabku bersemangat.
“Oo… kenapa kau
belum bertemu dengannya?” tanya Jisoo ikut masuk ke percakapanku dan Jennie.
“Itu… aku terlalu
sibuk mengurus kepindahanku ke sekolah ini jadi aku hanya menghubunginya lewat
telepon.” jawabku lagi.
“Ayo cepat, bel
masuk udah bunyi!” seru Jennie berdiri mengajak masuk ke kelas.
Author POV
Setelah seharian
berada di sekolah dengan semua aktivitasnya, Hayi beristirahat dalam kamarnya.
Ia mulai mengecek ponselnya, ternyata ada pesan masuk disana. Ia membukanya dan
melihat pengirim pesan itu adalah namjachinggunya. Dengan senyum
terkembang di sudut bibirnya, Hayi mulai mengetikkan beberapa huruf sebagai
balasan.
“Yeayy!! Akhirnya
hari ini datang juga.” seru Hayi bersemangat membenamkan wajahnya ke
dalam bantal yang ada di tempat tidurnya.
Hayi telah siap
pergi menemui Kim Taehyung, namjachinggunya semenjak dia masih
bersekolah di Junior High School. Setelah semua persiapannya sebagai seorang yeoja
yang penuh pertimbangan dalam menentukan pakaian apa yang akan ia kenakan. Ia
akhirnya keluar dari kamarnya dengan kaos putih disertai dress denimnya.
“Hayi~ya kau
mau kemana sore-sore begini?” tanya ayah Hayi yang kebetulan sudah pulang dari
lokasi syuting.
“Aku ingin ke
Coffee Shop sebentar, appa!” seru Hayi bersemangat.
“Sendirian?” tanya
ayahnya lagi.
“Aniya, aku kesana
bertemu temanku. Aku pergi dulu, ntar keburu malem. Pai pai….” seru Hayi
melambaikan tangannya pada appanya.
Hayi menyusuri
jalan menuju Coffe Shop tempat tujuannya sambil bersenandung ria. Ia sangat
bahagia karena akhirnya bisa bertemu dengan namjachingunya setelah tiga
tahun menjalani long distance relationship. Setelah menempuh perjalanan yang
relative singkat, Hayi sampai di depan pintu Coffe Shop dan jantungnya mulai
berdetak tak karuan seperti tiga tahun yang lalu.
Hayi membuka pintu
dan segera mencari sosok yang sangat ia rindukan, tapi ternyata Taehyung belum
datang.Yeoja itu memutuskan untuk menunggu di sebuah bangku yang
terletak di pojok karena disana lumayan sepi dan bisa melihat keluar lewat
jendela. Satu jam menunggu dan tak ada tanda-tanda kedatangan namjachinggunya.
Hayi membuka ponselnya dan ternyata Taehyung membatalkan janjinya dengan alasan
ada latihan basket. Yeoja itu pulang dengan muka tertekuk.
“Yah, padahal aku
sudah senang akan bertemu dengannya, kenapa dibatalkan tiba-tiba begini sih.
Sebel!” rutuk Hayi menyusuri jalanan menuju rumahnya.
Baru saja
menjatukhan dirinya ke kasur tiba-tiba ponsel Hayi bergetar karena ada sebuah
panggilan masuk, Hayi segera menjawabnya.
“Yeoboseyo.”
ucap Hayi menjawab panggilan masuknya.
“Hayi~ya…
apa kau marah kita tak jadi bertemu hari in?” tanya suara diseberang panggilan.
“Oppa… kau
tau, aku sudah menunggumu satu jam.” jawab Hayi.
“Mian,
latihan basketnya kan mendadak. Mianhae babby boo…” ucap suara
diseberang panggilan.
“Gurae, Hayi
maafin, tapi harus ada gantinya.” seru Hayi.
“Oke, besok pagi oppa akan mengantarkanmu ke sekolah. Otte?” tawar
Taehyung.
“Ne…” jawab
Hayi menyetujuinya sekaligus mengakhiri panggilan itu.
Seperti janjinya,
Taehyung menjemput Hayi dan mengantarkannya ke sekolah. Akhirnya mereka bertemu
juga, walaupun hanya beberapa menit di dalam mobil. Hayi senang sekali, bahkan
ia sampai senyum-senyum tak jelas saat memasuki gerbang sekolahnya.
“Ya! Kau ini
jangan senyum-senyum tak jelas seperti itu! Itu bisa menimbulkan banyak
spekulasi.” ucap Jisoo yang kini berjalan beriringan dengan Hayi.
“Hhaha… Mian,
aku terlalu senang untuk menahan senyum ini.” seru Hayi menanggapi ucapan
Jisoo.
“Ya! Nanti sore
kalian harus ke Caffeeku!” seru Jennie bersemangat menuju bangkuku dan Jisoo.
“Memangnya ada
acara apa?” tanyaku sambil mengeluarkan buku dari tas.
“Pokoknya kalian
harus datang, besok kan libur. Aku bosan harus menunggu pelanggan disana
sendirian.” jawab Jennie memaksa kedua temannya itu untuk datang kesana.
“Oke, kami kesana.”
jawab Jisoo tanpa menunggu Hayi menjawab.
Ketiga yeoja
itu berkumpul bersama-sama menuju rumah Jennie yang tak jauh dari sekolah
mereka. Seperti kebanyakan yeoja yang selalu membicarakan apapun
disela-sela perjalanan mereka. Mulai dari sekolah Hayi di Jepang, kebiasaan
mereka saat berpisah selama tiga tahun dan hal-hal lainnya termasuk tipe ideal
mereka.
“Jennie~ya,
seperti apa tipe idealmu?” tanya Hayi kepo.
“Kau tau kan, dari
dulu aku suka namja SWAG yang menggunakan banyak bandana dikepalanya.”
jawab Jennie yang mengundang tawa kedua temannya.
“Ya! Kenapa
kalian tertawa?” tanya Jennie memasang wajah bingungnya.
“Apa maksudmu namja
SWAG dengan banyak bandana? Apa kau membicarakan ayahmu sendiri?” jawab Jisoo
masih mentertawakan pria ideal yang Jennie bicarakan tadi.
“Aniyo…”
ucap Jennie sebal.
Mereka bertiga
memasuki Caffee Jennie yang langsung mendapat sambutan hangat dari ummanya Jennie.
“Annyeonghaseyo
omeonim.” seru Hayi dan Jisoo bersamaan.
“Annyeong!
Jennie kenapa kau tak bilang membawa temanmu? Umma bisa memasak makanan
dulu.” ucap umma Jennie membalas salam Hayi dan Jisoo tadi.
“Aku bosan harus
menjaga caffee sendirian umma.” seru Jennie yang segera masuk membuat beberapa minuman untuk kedua
temannya.
Jennie Lee,
merupakan satu-satunya buah hati dari ummanya Lee Chaerin dan appanya Lee Seunghyun. Jennie
memang anak tunggal, jadi mungkin ia sedikit merasa kesepian karena selalu
sendirian dari kecil. Jennie juga sangat senang ketika tau Hayi akan kembali
melanjutkan studynya di Korea. Mereka segera menuju ke kamar Jennie untuk
meletakkan tas mereka dan melanjutkan perbincangan tadi.
“Kau tau,
sebenarnya ayahku sama sekali nggak SWAG. Dia lebih cocok jadi pelawak
ketimbang jadi penyanyi.” ucap Jennie mulai membicarakan ayahnya sendiri.
“O iya kau pernah
bercerita kalau weekend Caffeemu pasti ada band atau penyanyi yang mengisi.”
tanya Jisoo ingin mengkonfirmasi.
“Oh, itu hanya ide appaku.
Dia akan mengundang penyanyi jalanan atau jika tidak ada dia sendiri yang
menyanyi.” jawab Jennie menjelaskan.
“Wah, kalau begitu
aku akan melihat appamu menyanyi saja. Hhaaha…” seru Hayi bersemangat.
“Sepertinya mereka
sudah datang, mungkin sedang rehersal hhaha…” ucap Jennie mendengar suara
seseorang sedang mengecek mic.
“Nanti saja kalau
sudah mulai, baru kita kesana.” seru Jisoo yang sedang asik memainkan boneka
anak anjing di kamar Jennie.
Setelah mereka
bertiga mendengar music yang mulai dimainkan, Jennie mengajak ketiga temannya
menuju ke Caffeenya yang berada di lantai dasar. Betapa terkejutnya Jennie
melihat seseorang yang pernah membuatnya marah-marah tepat di dalam Caffeenya.
Ia yakin sekali dengan apa yang ia lihat.
“Ya! Kau
ingat orang yang ditenggah itu, dia kan yang pernah membuatku marah-marah di
lapangan basket.” ucap Jennie seketika ketika telah sampai di lantai bawah.
“Jennie~ya…
bukankan yang seperti itu yang jadi namja idealmu?” goda Hayi melihat namja
yang Jennie panggil celana One of a kind menggunakan banyak bandana.
“Aniyo…”
bantah Jennie.
“Aku mau beli snack
di minimarket yang kita lewati tadi. Ada yang mau titip?” tawar Hayi.
“Belikan aku permen
karet!” pinta Jisoo.
“Oke, selamat
menikmati pertunjukan namja idealmu Jennie.” ucap Hayi sebelum keluar meninggalkan Jisoo dan Jennie.
Hayi melangkahkan
kakinya menuju sebuah minimarket yang terletak tak jauh dari Caffee Jennie. Ia
segera masuk ke minimarket dan mengambil beberapa snack dan permen karet
titipan Jisoo tadi. Setelah dirasa cukup Hayi segera menuju ke kasir dan
membayar barang belanjaannya. Hayi segera berpamitan dengan penjaga toko dan kembali ke Caffee Jennie dengan langkah panjang karena rintik hujan mulai
membasahi.
Tinggal beberapa
langkah lagi dan sekarang Hayi telah sampai di depan pintu Caffee, ia segera
membuka pintu Caffee dengan tangan kanannya karena tangan
kirinya sedang membawa belanjaan. Bunyi lonceng di depan pintu berbunyi pertanda ada orang yang masuk ke Caffee. Mata Hayi
mencari-cari bangku tempat duduk kedua temannya. Matanya terus melebar dan
menemukan seseorang yang dikenalnya, tapi lebih tepatnya dua orang yang sangat
ia kenal.
Bukan Jennie maupun
Jisoo, tapi orang lain. Seorang namja dan seorang yeoja yang
duduk berhadapan di meja. Namja itu memegang tangan yeoja
didepannya memperlihatkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Terlihat jelas
di mata Hayi jika seorang yeoja itu adalah Seo Eunkyo, sahabat kecilnya.
Dan yang tak ia percayai namja yang duduk di depan yeoja itu
adalah Kim Taehyung, namjachingunya sendiri.
Ia ingin tak
mempercayainya, tapi kenyataan yang ia peroleh memang seperti tiu. Namjachingunya
yang selama tiga tahun telah menjalani long distance relationship dengannya
tega menduakannya. Namja itu tega berselingkuh saat ia masih tersenyum
manis di depan Hayi. Tanpa sengaja barang belanjaan yang Hayi bawa terjatuh, berlingan air mata turun perlahan pada kedua pipinya.
Hayi segera berlari, tanpa melihat apapun dan ia menabrak seseorang yang
berjalan berlawan dengannya. Mereka berdua terjatuh, Hayi segera berdiri dan
pergi meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun. Air matanya semakin deras
seiring dengan hujan yang semakin lebat membasahi bumi.
“Hayi~ya,
kenapa kau hujan-hujan.” tanya umma Hayi melihat anak bungsunya pulang di hari yang mulai
gelap dengan tubuh yang basah kuyup.
Tanpa menjawab
pertanyaan ummanya Hayi segera berlari menuju kamarnya yang berada di
lantai dua. Ia tak kuasa menahan kesedihannya dikhianati dua orang yang sangat
ia percayai. Ia terus menangis sampai ummanya mengetuk dan mendatani kamarnya. Karena kamar itu
memang tak dikunci, ummanya segera masuk tanpa persetujuan Hayi.
“Hayi~ya,
kau kenapa menangis?” tanya umma Hayi khawatir menemukan anaknya menangis.
“Umma…” ucap
Hayi tanpa menjawab pertanyaan ummanya dan langsung memeluk ummanya.
“Kalau kau belum
ingin menceritakannya umma tak akan memaksamu.” ucap Park Bom menenangkan anaknya.
Hayi POV
Hari ini aku
melakukan aktivitas rutinku sebagai seorang pelajar. Bangun tidur, mandi,
sarapan dan berangkat sekolah. Tapi kali ini Seunghoon oppa mau mengantarkanku ke sekolah setelah memohon kunci
mobil pada appa. Aku tentu saja senang tak perlu berdesak-desakan dengan
pelajar, ahjumma maupun ahjussi di bus seperti biasanya. Walaupun aku masih sedih
memikirkan kejadian weekend kemarin. Aku pun juga telah menghubungi namja
brengsek itu untuk memutuskan hubungan kami.
Aku menyusuri
koridor menuju kelasku dengan langkah berat tak seperti biasanya. Walaupun aku
telah menganggap masalah itu selesai tapi bekas luka itu belum kering sampai
saat ini. Aku tak pernah membayangkan jika kedua orang itu benar-benar tega
melakukannya dibelakangku. Aku seperti yeoja pabo yang mau setia
pada nappeun namja sepertinya.
“Hayi~ya…”
panggil Jennie dan segera memelukku.
“Neo gwaencanha?”
tanyanya lagi.
Aku hanya
mengangguk sebagai jawaban, enggan mengungkapkannya dengan kata-kata.
“Tak kusangka… Dulu
aku selalu mengikutinya seperti anak anjing. Tapi apa yang ia perbuat
dibelakangku.” ucapku kesal begitu duduk tepat disamping Jennie.
“Mian,
selama ini aku tak tau kabar orang itu. Aku tak tau dia bisa setega itu…” ucap
Jennie memotong kalimatnya.
“Tak perlu
dipikirkan. Aku telah menghapus nama namja brengsek itu.” jawabku lagi
enggan memperpanjang pembicaraan ini.
Jam sekolah telah
berakhir dan aku segera pulang. Aku berjalan sendirian menuju rumahku karena
Hoon oppa belum pulang kuliah dan tak bisa menjemputku. Aku
berhenti di sebuah halte bus dan menunggu bus datang.
Jinhwan POV
Aku baru saja
membolos dari kelas Bahasa Inggris. Aku terlalu bosan untuk mengikuti kelas
Bahasa Inggris dengan Sosaengnim yang kecentilan sama mahasiswanya
sendiri. Aku berjalan menuju sebuah halte bus dan duduk menunggu bus datang.
Disana telah ada seseorang yang terlebih dulu menunggu bus, seorang yeoja
yang sepertinya pernah bertemu denganku sebelumnya.
Aku mengingatnya, yeoja
yang menabrakku saat aku terlambat untuk manggung di sebuah Caffee kecil
bersama teman-temanku. Dia menabraku dan langsung pergi begitu saja tanpa
meminta maaf terlebih dahulu padaku. Mungkin dia terlalu terburu-buru saat itu.
“Jeogiyeo…
Kau bukankan yeoja yang pernah menabrakku di depan Victory Caffee
weekend kemarin?” tanyaku mencoba menyapanya.
“Oh, Mianhae.
Saat itu aku sedang terburu-buru. Jeoseonghabnida.” ucapnya membungkuk.
“Gwaencanha,
Jinhwan.” ucapku memperkenalkan diri.
“Park Hi imnida.
Panggil aku Hayi.” Ucapnya memperkenalkan diri.
Akhirnya bus yang
kami tunggu telah tiba, aku mempersilahkan yeoja itu masuk duluan. Yeoja
bernama Hayi itu duduk di kursi penumpang depan dan aku segera menuju kursi
paling belakang. Aku memperhatikan jalanan dari kaca jendela ketika hujan mulai
turun. Aku suka hujan karena hujan yang mempertemukan antara langit dengan
bumi.
Author POV
Hayi memasuki
rumahnya dengan seragam yang agak basah karena lagi-lagi ia kehujanan. Ia
segera mengganti seragamnya yang basah dengan t-shirt dan celana trainingnya.
Setelah itu yeoja itu turun ke bawah menuju ruang TV, walaupun
sebenarnya ia tak ingin menonton televisi. Ia kesana karena memang umma dan appanya sedang nonton TV disana.
“Hayi~ya kau
kehujanan lagi?” tanya umma Hayi.
“Ne umma, akhir-akhir ini kenapa turun hujan mendadak. Padahal
kan sedang musim semi.” omel Hayi sebal
beberapa hari ini sering kehujanan.
“Appa, apa
kau pernah berpikir untuk meninggalkan umma dan pergi dengan wanita lain?” tanya Hayi polos.
“Ya! Tentu
saja tidak. Appamu ini harus menunggu ummamu menyelesaikan
kontraknya sebagai penyanyi baru bisa berkencan dengannya. Bagaimana bisa appamu
meninggalkan ummamu ini huh.” jawab Seunghyun terhadap pertanyaan polos anaknya itu.
“Hayi~ya,
kau tidak boleh sembarangan berkencan dengan pria diluar sana. Banyak namja
yang perlakuannya tidak baik.” pesan Bom pada putrinya.
“Arraseo Umma.”
jawab Hayi sangat mengerti maksud dari pesan Ummanya.
-000-
Hayi berjalan
menuju sebuah toko DVD untuk keperluannya membeli beberapa album yang memang
sudah lama ingin dibelinya. Ia memasuki toko itu dan mendapat salam dari
penjaga toko yang sedang berjaga di sana. Hayi membalas sapaan penjaga toko
yang ramah itu dengan senyuman. Yeoja itu memulai kegiatannya mencari
beberapa album yang ingin dibelinya. Tanpa disengaja ia menemukan album lama ummanya, ia juga menemukan album lama appa Jennie.
Hayi tersenyum melihat album-album itu.
Setelah cukup lama
berputar-putar mencari dan akhirnya semuanya sudah ia dapatkan. Hayi segera
berjalan menuju kasir untuk membayar album itu. Selesai membayar semua album
itu Hayi segera keluar dari toko. Tapi baru beberapa langkah keluar dari toko,
hujan yang cukup lebat terjadi. Yeoja itu memutuskan untuk menunggu
hujan reda baru pulang.
“Hey! Hayi~ssi!”
sapa seseorang pada Hayi.
“Jinhwan~ssi!”
seru Hayi mengenali seseorang yang telah menyapanya.
“Sedang apa
disini?” tanya Jinhwan.
“Aku baru mau
pulang, tapi tiba-tiba hujan.” jawab Hayi melihat hujan yang sampai saat itu
belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.
“Oh, begitu.” jawab
Jinhwan pendek.
Kedua orang itu
berbincang-bincang di depan toko menunggu hujan reda. Perbincangan mereka
semakin akrab karena mereka sama-sama menyukai jenis musik yang sama, R&B
dan Hip Hop. Mereka terus berbincang sampai akhirnya hujan telah reda.
“Wah kita berbicara
terlalu lama sampai hujannya reda. Mau kuantarkan pulang, kebetulan aku
memarkirkan motorku tak jauh dari sini.” ucap Jinhwan menawarkan.
“Apa tidak
merepotkan?” tanya Hayi.
“Tentu saja tidak.”
jawab Jinhwan.
Jinhwan
mengantarkan Hayi pulang dengan motor skuternya. Kebetulan skuter Jinhwan
dilengkapi bagasi yang digunakan untuk menampung helm cadangan. Hayi
menggunakan helm berwarna kuning itu dan segera membonceng motor skuter
Jinhwan.Hayi melingkarkan tangannya pada pinggang Jinhwan untuk pegangan agar
tak jatuh.
Tanpa disadari
jantung Hayi berdebar-debar selama perjalanan. Mungkin karena ini pertama
kalinya Hayi membonceng motor dan harus berpegangan seperti itu. Semakin lama
iramanya semakin tak karuan, seperti ada perasaan lain yang timbul. Selama
perjalanan keduanya hanya terdiam diselimuti perasaan canggung masing-masing.
“Sudah sampai, mau
mampir dulu.” tawar Hayi begitu turun dari motor Jinhwan.
“Sepertinya lain
kali. Lain kali kau harus melihat aku menyanyi di Victory Caffee, ok?” tanya
Jinhwan menawarkan.
“Oke, lain kali
Hayi pasti nonton.” jawab Hayi menyetujui.
Yeoja itu melangkah melawati pintu gerbang rumahnya dan segera masuk ke dalam
rumah melelui pintu utama. Ia tak segera masuk karena di teras sedang ada oppanya yang sibuk dengan kertas-kertas berisikan notasi
musik.
“Hayi~ya,
kau baru pulang berkencan ya?” tanya Seunghoon asal.
“Oppa~ anieyo.
Aku habis membeli ini dan membelikan ini untukmu.” jawab Hayi memperlihatkan
beberapa album yang baru ia beli.
“Akhirnya. Kau tau
aku sudah mencari album lama ini. Haha akhirnya ketemu.” ucap Seunghoon
bersemangat.
“Gomawo saeng!”
ucapnya berterimakasih pada adik perempuannya.
“Ne, oppa! O iya, kemarin kau dapat salam dari Jisoo. Katanya ia
mau belajar rap darimu.” Seru Hayi sebelum masuk ke dalam rumah.
“Hahaha ok, lain
kali aku akan mengajak Mino untuk latihan rap bersama.” jawab Seunghoon
setengah berteriak karena yang diajak berbicara sudah masuk ke dalam rumah.
Hayi POV
Tadi itu baru
pertama kalinya aku dibonceng dengan motor, rasanya berbeda dari biasanya aku
selalu naik mobil ataupun bus kemanapun pergi. Tapi aku juga merasakan hal yang
berbeda, mungkinkah aku mulai tertarik padanya. Tapi aku masih ragu dengan apa
yang kurasakan ini. Aku membuka ponselku dan berjejer pesan masuk disana.
“Apa? Dia lagi. Apa
dia tak merasa bersalah? Sudah membohongiku dan sekarang bilang ingin kembali
padaku? Dasar nappeun namja!” ucapku begitu melihat
berpuluh-puluh kotak masukku dipenuhi pesan yang sama dari pengirim yang sama
pula.
“Ya! Giving
you my heart was a big mistake.I never wanna ever see you again boy. Can you hear
my voice? It’s over, so baby GOODBYE!!” kataku membalas kotak masuk tak penting
itu.
“Kau pikir aku bisa
memaafkanmu setelah semua yang telah kau perbuat huh!” batinku.
Tak pernah
terbayang olehku namja brengsek itu terus mengangguku bahkan terkesan
seperti menerorku. Beberapa hari ini aku terpaksa pulang sekolah dari pintu
belakang karena namja itu pasti memarkirkan mobilnya di depan sekolah.
Aku benci melihatnya dengan senyumnya yang selalu dibuat-buat. Apalagi jika
sudah mengingat apa yang ia lakukan padaku, sungguh aku tak ingin melihatnya
ada di depan mataku lagi.
“Hayi~ya,
beberapa hari ini kau selalu pulang lewat pintu belakang. Apa gara-gara dia
selalu ada di depan sekolah?” tanya Jennie saat kami sedang makan siang di
kantin sekolah.
“Apa lagi?” jawabku
acuh menyeruput lemon tea pesananku.
“Besok kan weekend,
lebih baik kau ke Caffeeku. Kemarin kau belum melihat mereka menyanyi kan?”
ucap Jennie berusaha menghiburku.
“Gurae, tapi
yang besok appamu juga harus
menyanyi ya.” jawabku menggoda Jennie.
“Ya! Kau tau
kan, appaku...” jawab Jennie gerogi.
“Tapi aku akan
menjanjikan ummaku menyanyi besok, otte? Ummaku kan dulu rapper.” kata Jennie
melanjutkan kalimatnya yang terpenggal.
“Tenang saja, aku
pasti datang. Kau tau kan, aku sangat ingin melihat ummamu menyanyi. Hhaha... ” jawab Hayi tertawa.
“Oke, wait and
see...” ucap Jennie tersenyum lebar.
Seperti janjiku kemarin, kali ini begitu
bel pulang berdering aku, Jennie dan Jisoo lewat pintu depan menuju Victory Caffee.
Tapi sebelum bisa keluar dari gerbang sekolah aku harus berhadapan dengan namja
menyebalkan itu.
“Hayi~ya! Kumohon maafkan aku,
aku akan memperbaiki semuanya. Jadi ayolah kita mulai semua dari awal lagi.”
pinta Taehyung oppa ketika aku telah muncul dari pintu gerbang sekolah.
“Bukankah aku pernah mengatakan kalau
memberikan hatiku padamu adalah kesalahan terbesarku? Aku tak akan membuang
waktuku hanya untuk bersama dengan nappeun namja sepertimu!”
ucapku berjalan menjauh diikuti kedua temanku.
Akhirnya aku lega juga bisa mengatakan
kata-kata itu langsung dihadapannya. Aku sangat membencinya dan tak akan pernah
mau memaafkan nappeun namja itu. Aku, Jennie dan Jisoo berjalan
dengan riang menuju Victory Caffee. Kami berjalan beriringan sembari bercanda
menuju Caffee itu untuk melihat kolaborasi antara Jennie dan appanya
yang sudah dijanjikan padaku.
“Kalian sudah datang?” sapa umma
Jennie ramah.
“Ne omeonim.” jawabku dan
Jisoo bebarengan.
“Wah fans appa sudah datang ya?”
suara appa Jennie yang menuruni tangga.
“Appa…” sela Jennie tidak ingin
dipermalukan appanya.
“Kalian bisa menunggu di bangku paling
depan. Hhaha…” ucap appa Jennie tertawa.
Aku dan Jisoo hanya bisa tertawa melihat
kekocakan ayah Jennie. Sementara Jennie dan ayahnya melakukan rehersal aku dan
Jisoo hanya berbincang sebelum Jinhwan ternyata juga datang ke Caffee. Kami
bertiga duduk di bangku yang sama.
“Oppa, kau datang?” tanyaku
begitu melihat kedatangan Jinhwan oppa.
“Tentu saja, kau kan yang mengajakku
datang. Aku hanya menepati janjiku saja.” jawab Jinhwan oppa.
“Kenapa tidak dengan teman-temanmu?”
tanyaku lagi.
“Kami tidak ada jadwal tampil, jadi cuma
aku yang kesini.” jawabnya lagi.
“Bagaimana dengan group kalian?” tanyaku
lagi mencoba menghilangkan kata canggung antara kami.
“Umm… latihan cukup lancar. Tapi aku
belum tau apakah group kami sudah banyak kemajuan. Hhaha…” jawabnya tersenyum
ramah.
“Hhahha… jangan bercanda, bukankah aku
selalu memuji penampilan kalian.” ucapku menanggapi pernyataan retoriknya itu.
Tepat jam 4.00 p.m Jennie beserta umma
dan appanya naik ke panggung kecil yang ada di Victory Caffee.
Pertunjukan diawali dengan umma Jennie yang membawakan lagu “MTBD”. Aku
sangat menyukainya, umma Jennie bisa menguasai vocal dan rap dengan
sempurna. Setelah itu disusul Jennie dan appanya yang menyanyikan lagu
“GG Be”. Suara mereka bisa berpadu, terutama yang kusukai saat Jennie melakukan
rapnya. Bahkan menurutku rap Jennie jauh lebih keren dari rap oppaku
karena oppaku masih menggunakan logat Saturinya.
“Ya! Yang tadi itu kau keren
sekali!” ucapku memuji Jennie.
“Lain kali kau yang harus berduet dengan
ummamu.” ucap Jennie menantangku.
“Hhaha… no problem guys!” ucapku
menanggapi tantangan Jennie tadi.
“Anak-anak, lain kali kalian yang yarus
meramaikan Caffee ini. Hhaha…” ucap appa Jennie mendatangi meja kami.
“Ne… Ahjussi.” jawabku dan
Jisoo serempak.
“Ayo!” ajak Jennie mengajakku berdiri.
“Ya! Kemana?” tanyaku binggung.
“Ayo kita nyanyikan lagu yang telah kita
buat!” ajak Jennie bersemangat.
Aku dan Jennie menyanyikan lagu yang
telah kami buat sejak lama. Lagu itu berjudul “Special”. Aku yang menyanyikan
bagian vocal sedangkan Jennie yang menyanyikan bagian rapnya. Kami telah menciptakan
lagu itu sejak aku masih di Jepang. Bahkan kami menciptakannya dengan video
call saat liburan sekolah. Lagu itu menceritakan seberapa specialnya seseorang
yang disebut cinta walaupun orang itu lebih sering memberi rasa sakit.
“Heartbeat, beat, beat Ooh ooh ooh
oooh…” ucapku mulai menyanyi.
Sejak saat itu aku menjadi semakin dekat
dengan Jinhwan, bahkan aku mulai memanggilnya Jinhwan oppa karena kami
semakin dekat. Setiap weekend aku, Jennie, Jisoo pasti berkumpul disana.
Terkadang Jinhwan oppa datang untuk menyanyi dengan teman satu groupnya
bersama Hanbin, Jiwon, Yunhyeong, Donghyuk dan Jonhwe. Kurasa Jennie dan Hanbin
yang selalu ia panggil celana One of a kind masih sering bertengkar
mempermasalahkan masalah kecil.
Kini giliran B Team, group Jinhwan oppa
yang naik ke atas panggung. Ia mulai menyanyikan lagu berjudul “Only look at
me” yang dipopulerkan oleh Taeyang. Jinhwan oppa mulai menyanyi dan
disusul dengan line yang lainnya.
“I can’t let you go, you got to let him
go. I can’t let you go, you got to… listen!” ucapnya mulai menyanyi.
Jantungku lagi-lagi berdebar ketika
akhir lagu. Jinhwan oppa tiba-tiba memotong lagu dan berbicara biasa
tanpa nada, tidak seperti membaca sebuah puisi. Aku kaget ketiga tiba-tiba
namaku disebutnya.
“Because of you, I find it hard to
breathe. Hayi~ya.. forget every hurt you got, cause I can’t let you go. Hayi~ya,
be mine please!” ucapnya yang sukses membuat jantungku berhenti berdetak.
Dia turun dari panggung dengan masih
memegang mic, mendekatiku dan itu membuatku semakin gugup. Tinggal beberapa
langkah lagi Jinhwan oppa tepat berada didepanku. Tiba-tiba ia berlutut
tepat dihadapanku dan mengeluarkan mawar merah, bunga favoriteku. Jinhwan oppa
mengulurkan mawar merah itu padaku.
“Jika kau menerimaku, terimalah bunga
mawar ini!” ucapnya yang sedetik kemudian membuat jantungku berdetak makin
kencang.
“Oppa!” ucapku menerima bunga
mawar itu menandakan aku menerma pengakuannya.
Semua yang ada disana otomatis bertepuk
tangan dan sukses membuatku tersipu malu. Mungkin wajahku kini telah memerah
seperti udang rebus. Setelah berbulan-bulan aku dan Jinhwan oppa sering
bercerita tentang masalah yang masing-masing kami alami dan menjadi semakin
dekat, tak kusangka ia membuat pengakuan di depan umum seperti itu. Cinta tak
harus dimulai dengan waktu yang lama meskipun untuk meyakinkannya kau harus
meyakinkan dirimu terlebih dahulu.
Cintaku memang seperti mawar merah,
mungkin indah di luar tapi akan menusukmu jika aku kecewa. Aku memang pernah
kecewa, tapi jika orang itu meyakinkanku untuk mencabut duri yang menyelimutiku
maka akan kulakukan. Mungkin tak butuh waktu lama untuk mengatakan cinta, tapi
butuh waktu untuk meyakinkannya.
“First you made my heart beat. Then you melt
my heart.” kurasa kata-kata itu yang bisa menggambarkan apa yang aku alami saat
ini.
-000-
Author POV
“Oppa! Kau harus memenangkan
boneka beruang berambut kuning itu!” ucap Hayi menyemangati Jinhwan yang sedang
berusaha memenangkan permainan itu.
“Yeayy!!” seru Hayi begitu mendapatkan
boneka beruang dengan rambut kuning seperti yang ia inginkan.
“Kau menyukainya?” tanya Jinhwan pada yeojachingunya.
“Tentu saja, boneka beruang ini sangat
lucu.” ucap Hayi menunjukkan kegembiraannya mendapat boneka itu.
“Mau naik komedi putar?” tanya Jinhwan
yang lebih tepat disebut sebagai ajakan.
“Tentu saja, aku tak akan menolaknya
jika semuanya dilakukan denganmu.” jawab Hayi menyetujui permintaan namjachinggunya.
Mereka berdua menjelajahi semua
permainan yang ada di taman bermain. Mulai dari komedi puter, rollercoaster,
dan permainan menegangkan lainnya. Setelah dirasa cukup lelah keduanya menuju
sebuah bangku yang disediakan untuk beristirahat. Mereka duduk disana untuk
melepas lelah setelah mencoba beragam permainan disana.
“Kau ingat, sepertinya awal pertemuan
kita selalu terjadi saat hujan datang.” ucap Jinhwan menatap lurus ke depan
tanpa melihat yeoja yang duduk disebelahnya.
“Aku baru menyadarinya, kurasa sejak
awal kita bertemu selalu terjadi disaat hujan.” jawab Hayi menyetujui
pernyataan Jinhwan tadi.
“Kurasa aku dan kau memang seperti
langit dan bumi yang dipertemukan melalui hujan. Hayi~ya saranghae…”
ucap Jinhwan.
“Nado saranghaeyo oppa.” ucap
Hayi menyandarkan kepalanya di lengan namjachinggunya.