Main cast : Member EXO
Choi Siwon Ayah as Choi Siwon
Xi Luhan Kakak as Choi Luhan
Oh Sehun Adik as Choi
Sehun
Byun Baekhyun Adik as Choi Baekhyun
Sunny Ibu as Choi
Soon Kyu
Kwon Boa Bibi as Bibi Kwon
Jesica dokter as Jung
Soo Yeon
Jeon Jeong Guk anak
Jesica as Jung Kook
Genre : Family, School Life
Genre : Family, School Life
Length : Short Story
Rating : T
Fanfic ini yang bikin temennya author, kalau banyak yang baca dan ada yang mau kasih komentar mau dilanjut ke chapter selanjutnya. Happy reading!!
Heungjin High School
Nyonya Choi bergegas menuju mobilnya. Karena terburu-buru
ia memacu mobilnya dengan
kecepatan cukup tinggi. Setelah kurang lebih 15 menit
ia sampai di tempat kerjanya.
-------
“Adeul makanlah yang banyak” seru nyonya Choi sambil
meletakkan potongan daging di mangkuk
anak sulungnya.
“Ya! Kau harus makan sayur!” seru si sulung.
“Shireo! Aku tidak mau makan sayur.” Jawab si bungsu.
“Tapi hyungmu benar. Kau harus makan sayur juga adeul.”
Kata nyonya Choi lembut.
“Shireo Shireo Shireo.” kata si bungsu
“Tapi...” kata si sulung
Belum sempat melanjutkan kata katanya si sulung sudah
memotongnya.
“Shireo! Aku
tidak mau makan rumput.” Kata si bungsu
sambil mengerucutkan bibirnya.
HHAHAHAHAHAHAHA
Ruang makan kini penuh dengan suara tawa keluarga Choi
menertawakan anak bungsu keluarga itu yang masih berumur empat tahun. Sementara
itu si bungsu mengerucutkan bibirnya kesal.
“Luhannie dimana Baekhyun?” kata nyonya Choi
“Dia sedang mengerjakan tugas di rumah temannya eomma.”
Jawab si sulung.
Ting Tong.....
Terdengar suara bel berbunyi. Nyonya Choi bergegas
membuka pintu.
“Eomma aku pulang.”
“Adeul. Kau pasti lapar. Cepat ganti bajumu dan makan.”
“Ne eomma.”
Baekhyun segera berlari ke kamarnya di lantai dua dan
mengganti bajunya. Selesai mengganti bajunya ia bergabung bersama kakak dan
adiknya di meja makan.
“Makanlah yang banyak. Eomma harus pergi sekarang.”
“Tapi Sehun mau susu strawberry eomma”
“Eomma harus pergi. Luhan dan Baekhyun hyung akan
mengantarmu arra?”
Sehun berlari sambil menangis menuju tuan Choi yang baru
saja pulang dari kantor.
“Aigo anak appa.”
“Appa. Eomma jahat. Hhuu hhuu.. Eomma tidak mau
membelikan Thehun susu strawberry. Hhhuhu”
“Aigo. Uljimma. Appa akan membelikanmu susu strawberry.”
“Yobo aku harus pergi aku serahkan Sehun padamu dan jaga
anak-anak. Annyeong.”
Bayang-bayang hari itu terus saja memghantui namja yang kini
duduk di tingkat tiga sma. Ia tidak menyangka kata-kata eommanya ketika berkata
pada appanya menyerahkan Sehun dan menjaga dia dan adiknya adalah untuk
selamanya. Kejadian itu begitu mendadak, juga tidak memberikan waktu untuk
bersiap-siap. Kejadian itu baru berlangsung satu setengah bulan yang lalu dan
itu terlalu berat baginya. Belum lagi dia harus mengurus dua adiknya, terutama
adiknya yang sakit-sakitan.
Semua itu membuatnya tidak bisa terpaku pada
kesedihannya. Ia harus fokus untuk mempersiapkan ujiannya. Merawat adiknya yang
sejak masuk sekolah menengah pertama itu mulai sakit-sakitan. Juga merawat
adiknya yang masih berumur empat tahun karena kesibukkan ayahnya. Memang berat
rasanya dan berkali-kali ia ingin melarikan diri sejauh mungkin. Tapi tetap
saja tidak akan pernah bisa.
Sejak hari itu Luhan dan adik-adiknya ditemani Kwon
ahjumma. Meskipun ia terkadang pulang ke rumahnya jika tuan Choi ada di rumah.
Tapi itu membuatnya cukup terhibur dan tidak kesepian di rumah, juga cukup
membantu mengurus Sehun adiknya yang paling manja itu.
“Kapten apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya
seorang namja berkulit putih yang merupakan teman satu timnya.
“Ah kau mengagetkanku saja.”
“Ya! Kau harus memanggilku hyung”
“Arraseo Baozi hyung. Otte?”
Xiumin mengerucutkan bibirnya. “Ya! Jangan panggil aku
seperti itu.”
“Arraseo Xiumin hyung.”
“Hemm. Jika ada sesuatu kau bisa ceritakan padaku oke?”
“Arraseo hyung. Kajja kita latihan pertandingan sudah
didepan mata”
Dua namja itu kini menghamipri teman-temannya yang lain. Mereka
kini mulai menyusun strategi untuk menghadapi pertandingan yang tinggal
menghitung hari lagi. Mereka harus memenangkan pertandingan ini untuk
mempertahankan prestasi sekolah. Dan agar pelatih mereka tidak kecewa. Hari ini
latihan cukup melelahkan. Luhan juga harus belajar agar nilainya tidak turun.
Baekhyun POV
“kring kring”
Tak sengaja aku melihat ponsel ayah saat melintas di dekat meja tamu.
Sepintas aku lihat tak ada nama siapa yang menelpon. Tiba-tiba ayahku datang dan
menjauh menjawab telpon.
“mungkin teman ayah” batinku dalam hati.
“Mungkin
ayah tidak mau terganggu dengan suara Sehun jika ia tiba-tiba berteriak.”
pikirku lagi.
Tak mau
memikirkan hal ini lebih jauh aku pergi ke kamarku. Bergegas kuambil ponselnku,
kemudian ku cari nama temanku di daftar contact. Setelah menemukan nama temanku
itu aku menekan tombol call.
“Yobseyo”
terdengar suara dibalik telpon.
“Yobseyo
Chanyeol ah”
“A
Baekhyun waeyo?”
“Bisakah
kau ke tempatku sekarang?”
“Waeyo?”
“Tidak
apa-apa hanya aku tidak ada teman bermain”
“Arraseo.
Aku juga tidak ada teman. Aku ke rumahmu.”
“Oke aku
tunggu.”
Setelah
menutup telpon aku menunggu temanku yang paling gila itu. Kurang lebih
limabelas menit kemudian ada seseorang yang membunyikan bel rumah. Bergegas aku
menuruni anak tangga untuk membuka pintu. Ternyata bibi Kwon sudah membuka
pintu terlebih dulu.
“Mau cari
siapa?” dengan lembut bibi Kwon bertanya.
“Baekhyunnie
ada ahjuma?”
“Ada. A
itu dia Baekhyun.” jawab bibi Kwon sambil menunjuk ke arahku yang kelelahan
menuruni anak tangga.
Bibi Kwon
bergegas mengambilkan segelas air untukku. Setelah meminum segelas air aku dan
Chanyeol segera ke kamarku yang berada di lantai atas. Hal favorit yang biasanya
kita lakukan di kamar adalah main playstation. Tak lama kemudian bibi Kwon
membawa minuman dan snack ke kamarku.
“Dimana
hyungmu?”
“Mungkin
dia sedang latihan. Lusa dia ada pertandingan”
“Jadi dia
gladi bersih?”
“Iya jadi
kemungkinan dia pulang sore.”
“Mana
ayah dan adikmu?”
“Kalau
adikku mungkin sedang bermain dengan bibi Kwon. Kalau ayahku mungkin masih
sibuk dengan pekerjaannya.”
Itulah
percakapan kecilku dengan Chanyeol sebelum kami sibuk bermain playstation.
Seperti biasa jika bermain playstation kami pasti bisa lupa waktu. Tak terasa
waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Ponsel Chanyeol pun berbunyi. Ia
meraih ponselnya dan membaca pesan yang ia terima.
“Ummaku
menyuruhku pulang.”
“Arraseo”
Selesai
memberesi barang-barang bawaannya, aku mengantar Chanyeol ke depan.
“Aku
pinjam tugasmu besok oke.”
Seperti
biasanya dia memang anak malas yang tidak pernah mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
Luhan POV
Sepulang
latihan hari ini aku bergegas pulang ke rumah. Aku langsung madi karena tubuhku
terasa lengket sesudah latihan. Selesai mandi aku langsung mengerjakan semua
tugasku dan belajar. Aku tidur lebih awal malam ini. Aku tidur dengan dua
adikku. Meskipun kami memiliki kamar tidur sendiri, tapi kami lebih suka tidur
bersama.
Bibi Kwon membangunkanku tepat pukul lima pagi. Aku
segera mandi dan sarapan karena Xiumin hyung pasti sudah menungguku jam
setengah tujuh nanti. Ketika akan sarapan aku melihat Baekhyun sudah bangun.
Bibi Kwon segera menyiapkan air mandi untuk adikku itu.
Selesai menyiapkan air mandi aku bertanya pada bibi Kwon.
“Ayah tidak pulang.”
“Ah Tuan tidak bilang apa-apa sama bibi.”
“Ya sudah.”
“Memangnya ada apa”
“Besok saat hari pertandinganku. Aku ingin ayah ada
disana. Tapi sepertinya akhir-akhir ini ayah sangat sibuk.”
“Ya sudah nanti bibi coba bilang sama Tuan.”
“Gamsahamnida ahjuma.”
“Ye. Cepat selesaikan sarapannya,”
Tiba-tiba Baekhyun yang selesai mandi dan belum memakai
pakaiannya.
“Pagi bener hyung.”
“Pakai dulu pakaiannmu.”
“Capek hyung.”
“Sudah bibi bawa ke bawah Baekhyunnie.” Kata Kwon
ahjjumma
“Ne Kwon ahjumma.”
Dia segera memakai pakaiannya. Aku pun segera
menghabiskan makananku. Setelah makanannku habis, aku menunggu Xiumin hyung.
Aku menunggunya sambil menonton acara televisi. Tak lama kemudian Xiumin hyung
datang. Setelah memasukkan bekal yang sudah dibuatkan bibi Kwon, aku dan Xiumin
hyung berangkat. Kami berangkat menggunakan sepeda. Selain menyehatkan di sekolah
kami memang menjalankan program go green.
Sesampainya di sekolah kami langsung menuju lapangan
sepak bola. Karena kami datang pagi jadi sekolah masih sangat sepi. Tak lama
teman-teman satu tim kami datang. Kami pun memulai latihan kecil-kecilan. Sebenarnya
agenda hari ini hanya membahas strategi yang akan kami gunakan besok. Tapi kami
tetap melakukan latihan kecil sambil menunggu pelatih kami tercinta.
Setelah beberapa menit melakukan latihan terlihat
seseorang berbadan besar mendekat. Wajahnya sedikit terlihat galak seperti
orang yang mempunyai semuanya di dunia ini. Dialah pelatih kami yang selama ini
melatih kami hingga bisa memenangkan banyak pertandingan.
“Pagi para juaraku”
“Pagi pelatih” jawab kami serentak
“Hari ini kalian tidak boleh terlalu lelah. Simpan
stamina kalian untuk besok. Sekarang waktunya membagi formasi. Sebenarnya
seperti biasanya. Jadi tidak usah dibahas secara detail. Posisi kapten masih
saya percayakan pada Luhan. Arraci”
“Arraseo pelatih.”
“Ya sudah hanya itu yang ingin saya bicarakan.”
Bel berdering kami segera menuju kelas kami
masing-masing. Beban sebagai kapten tim dan anak tingkat tiga memang berat.
Jadi aku harus bisa membagi waktu. Waktu istirahat aku memilih memakan bekal
yang dibuatkan bibi Kwon dikelas. Aku sedang malas keluar kelas.
Tak terasa waktu pulang sekolah sudah tiba. Aku dan
Xiumin hyung pulang bersama karena rumah kami searah. Kami bersepeda santai
sambil berbincang-bincang. Kini kami sudah sampai dirumahku. Xiumin hyung
mampir ke rumahku karena ingin mengerjakan tugas bersama. Kemudian kami makan
bersama. Selesai makan Xiumin hyung pamit pulang. Aku mengantarnya ke depan
rumah.
Author POV
Hari ini hari pertandingan yang sudah dinanti-nantikan
Luhan dan teman temannya. Luhan yang sudah bangun lebih pagi segera menuju
kamar mandi. Terlintas dipikirannya suatu harapan yang mungkin hanya sebuah
harapan belaka. Bibi Kwon yang sedang menyiapkan sarapan di dapur melihat ke
arahnya. Dia tahu apa yang dipikirkan namja yang sudah dianggap anaknya sendiri
itu.
“Berilah kekuatan pada anak-anak malang ini Ya Tuhan.”
Batin bibi Kwon dalam hati.
Selesai madi, Luhan segera bergegas ke meja makan untuk
menyantap sarapan bersama adik-adik kesayangannya. Ditemani bibi Kwon yang
sudah seperti ibu bagi mereka. Seperti biasa Sehun selalu menunjukkan
kemanjaannya. Mereka makan dengan tenang pagi itu.
Selesai sarapan, Luhan segera menyiapkan barang-barang
yang akan dibawanya. Bibi Kwon juga sibuk menyiapkan bekal untuk Luhan. Tak
lupa bibi Kwon menyiapkan bekal yang akan dibawa Baekhyun dan Sehun untuk
menyemangati Kakak mereka dalam pertandingan nanti. Setelah semuanya siap
mereka berangkat diantar sopir keluarga Choi. Di perjalanan Luhan mengecek
ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan masuk. Ia kaget bukan main mengetahui Lay,
teman satu timnya mengalami chidera.
“Ottokhe.” Lirihnya
“Kenapa hyung” tanya Baehkyun yang duduk di sampingnya
“Lay kecelakaan. Sedangkan posisinya sebagai penyerang.”
Jawab Luhan
“Tenanglah hyung pasti ada solusinya. Pelatihmu pasti
sudah memikirkan rencana untuk mengatasinya.” Jawab Baekhyun menenangkan.
“Arraseo aku tidak boleh panik.”
Setelah kurang lebih 3 kilometer perjalanan, akhirnya
mereka sampai di stadion tempat Luhan bertanding. Dengan sedikit kecewa
ditambah satu masalah yang muncul mendadak Luhan harus terus bersemangat agar
pertandingan kali ini dapat ia dan timnya menangkan.
Di depan sana telah berdiri Pelatih yang memasang muka
serius. Dia tidak pernah seserius ini sebelumnya. Bergegas Luhan
menghampirinya. Pelatih membicarakan rencana baru yang sudah dia pikirkan
sebelumnya. Luhan mengerti dan ia segera memberi tahu teman-temannya yang lain.
Pertandingan akan segera berlangsung. Luhan dan timnya
segera berkumpul di lapangan. Setelah berdoa pertandingan pun dimulai. Terlihat
Baekhyun Sehun dan bibi Kwon berada di bangku penonton. Dan seperti yang
diperkirakan Luhan, ayahnya Choi Siwon tidak akan datang.
Pertandingan babak pertama berjalan lancar meski dengan
keunggulan lawan mereka. Hannyoung school nampaknya sudah memperbaiki strategi
bertanding mereka.
“Kita tidak boleh kalah dari mereka Arra?” kata Pelatih.
“Ne.” Jawab Luhan dan timnya serempak.
“Harumkan sekolah kita. Siapa pelatih kalian!!” kata
pelatih.
“Yang Seungho” jawab luhan dan timnya.
“Siapa pelatih kalian?” tanya pelatih lagi.
Yang Seungho” jawab luhan dan timnya dengan penuh
semangat.
“Haha itu baru juaraku.” Kata Pelatih Yang.
Pertandingan babak kedua akan segera dimulai. Baekhyun,
Sehun dan Kwon ahjumma masih duduk di bangku penonton untuk memberi semangat
pada Luhan.Di samping Baekhyun ternyata ada Chanyeol yang ternyata datang untuk
melihat pertandingan.
Pertandingan ini merupakan final dari pertandingan antar
sekolah setingkat SMA. Seperti biasanya juga selalu final antara Heungjin High School dan Hannyoung High School. Kedua sekolah ini memang unggul
dalam mencetak pemain bola yang handal. Pertandingan babak kedua pun dimulai. Tanpa
basa basi Luhan dan kawan-kawan gencar melakukan serangan. Baru empatbelas menit berlangsung Luhan dapat
menyamakan kedudukan menjadi dua sama. Hannyoung High School tak mau kalah. Lima menit seusai
Heungjin High School menyamakan kedudukan Hannyoung High School menambah pundi-pundi golnya.
Pertandingan hampir berakhir score masih 3-2 dengan keunggulan Hannyoung High School. Luhan tak mau kalah dia sendiri
yang memimpin penyerangan yang mungkin saja bisa menjadi serangan terakhir dan
membuat kedudukan mereka 3 sama. Tendangan dari kaki Luhan membuat kedudukan
merekka kini menjadi 3 sama. Perpanjangan waktu rupanya diberikan. Tak
menyia-nyiakan kesempatan emas ini Xiumin merubah kedudukan mereka menjadi 3-4 dengan
keunggulan Heungjin High School. Akhirnya pluit panjang tanda pertandingan
berakhir berbunyi dengan kemenangan Luhan dan timnya.
Setelah menerima tropi Luhan bergegas ke ruang ganti. Ia
mencari ponselnya. Hatinya kecewa karena tak ada pesan atau apa-pun itu dari
ayahnya.
“Apa ayah tak ingat hari ini hari pertandinganku.” Batin
Luhan.
“Kenapa ayah akhir-akhir ini sangat aneh. Tidak pernah
pulang. Bahkan untuk Sehun yang sangat haus akan kasih sayangmu?” tambahnya.
Luhan tersadar dari lamunannya ketika bibi Kwon dan
adik-adiknya datang.
“Selamat hyung.”
“Selamat kapten. Terima kasih sudah membawa kemenangan
lagi untuk sekolah kita. Heungjin High School.” Kata pelatih yang datang
tiba-tiba sambil menepuk pundak Luhan.
”Terima kasih
pelatih Yang sudah melatih kami dengan baik.” Kata Luhan sambil tersenyum.
“Itu kan kerja keras kalian. Baik aku pergi dulu.” Kata
pelatih lalu meninggalkan Luhan.
“Cepat ganti baju hyung. Kau tidak mau pulang apa?”
celetuk Baekhyun.
“Arraseo.”
“Jangan lupa traktirannya ya hyung.” Kata Baekhyun mehrong.
“Aish jinjja.”
Baehyun POV
Sore ini aku Luhan hyung dan Sehun sedang nonton televisi
di ruang keluarga. Kebetulan luhan hyung baru selesai mandi. Sehun memang tak
akan berisik jika sudah diberi susu strawberry.
“Seminggu ini ayah tidak pulang hyung. Dia bahkan tidak
menghubungi kita.”
“Aku tak tahu sesibuk apa dia. Tapi setidaknya ayah
haruas menelpon.” Kata Luhan hyung.
“Pesanku saja tidak dibalas ketika aku memberi tahunya jika
sekolahku memenangkan pertandingan.”
Tiba-tiba terdengar suara mobil diparkir di depan rumah.
Ternyata ayah pulang.
“Anak-anak bagaimana sekolah kalian?” tanya ayah
“Baik-baik saja.” Jawab Baekhyun dengan malas.
“Baekhyunnie marah sama ayah?”
“Anni.”
“Ya sudah ayah mandi dulu.”
Baru beberapa menit tiba-tiba terdengar sura mobil yang
memasuki halaman rumah. Aku tak mengenal mobil yang kini diparkir di depan
rumah. Turun seorang wanita yang berbadan kecil dan berpakaian rapi. Aku pun
tak mengenali wajahnya karena ditutupi dengan kacamata hitam.
“Hyung apa kau tahu siapa dia?”
“Molla aku tidak pernah bertemu dengan perempuan itu
sebelumnya. Seingatku teman eomma tidak ada yang seperti dia.”
Prempuan itu mengetuk pintu. Kemudian ia masuk ke rumah. Aku
terkejut melihat perempuan itu yang memasuki ruang keluarga. Aku kira dia akan
menunggu di ruang tamu.
“Ayah kalian ada?” tanya perempuan itu
“Ayah sedang mandi. Anda siapa?” jawab Luhan hyung
“Ah... Jung Soo Yeon imnida.” jawab perempuan itu
memperkenalkan diri.
Selesai mandi rupanya ayah sedang membereskan
pekerjaannya. Kini sore telah berganti petang. Tiba-tiba muncul orang-orang
yang tidak aku kenal.
“Siapa lagi orang-orang itu. Kenapa ayah belum muncul
juga.” Pikirku dalam hati.
Setelah semua orang berkumpul akhirnya ayah keluar juga. Aku
tidak biasa bertanya atau ribut-ribut saat ada tamu. Aku memilih diam menunggu
penjelasan ayah tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku berharap tidak akan
terjadi hal yang serius.
“Jadi begini kita disini untuk membahas rencana
pernikahan.” Kata ayah angkat bicara
“Mwo?” triakku dan Luhan hyung reflek.
Aku membeku ditempatku. Luhan hyung langsung mengendong
Sehun.
“Karena dua minggu yang lalu sudah diadakan pernikahan
Siri.” lanjutnya.
Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang telah
terjadi. Aku benar-benar membeku ditempatku. Melihat Luhan hyung pergi aku pun
refleks mengikutinya. Luhan hyung mengambil kunci mobil dan langsung pergi
menuju garasi. Sudah terbentuk aliran sungai kecil di pipinya. Aku terus
mengikutinya. Tidak peduli apa yang akan terjadi padaku nanti. Tak terdengar
suara ayah yang berusaha mencegah kepergihan kami. Luhan hyung memasuki mobil.
Ia mengemudikan mobil secepat peluru. Kami menangis sejadi-jadinya di mobil.
“Jadi itu yang membuat ayah bersikap aneh” pikirku
“Waeyo? Bagaimana bisa ayah secepat itu menggantikan
posisi ibu kami? Ini baru dua setengah bulan dari kepergihannya. Bagaimana bisa
dia mengenalkan perempuan itu ketika akan membicarakan pernikahan? Bagaimana
bisa dia tidak menanyakan pendapat kami? Bagaimana bisa dia tidak mencegah
kepergihan kami? Anak-anaknya sendiri.” pikirku lagi dan masih banyak
pertanyaan yang membuatku menjadi heran.
Terlintas dipikiranku untuk menginap di rumah teman. Aku
benar-benar tak mau pulang ke rumah. Aku benar-benar tak mau melihat wajah
perempuan itu. Jadi perempuan itu yang membuat ayahku menjadi berubah. Aku
benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa perempuan itu merubah ayah kami?
“Ring ring”
Terdengar suara ponselku berbunyi. Ternyata Kwon ahjumma
menelpon.
“Yobseyo”
“Yobseyo ahjumma.”
“Ahjumma baru saja ke rumah katanya kalian pergi?”
“Ne ahjumma. Aku tidak mau pulang.”
“Apa ahjumma tahu hal ini dari jauh-jauh hari?”
“Mian kalau pun ahjumma tahu Tuan tidak akan memperbolehkan
ahjumma memberi tahu kalian. Kalau begitu kalian pulang ke rumah ahjumma saja
ya.”
“Hyung, bagaimana hyung?” tanyaku pada Luhan hyung
Hanya anggukan yang menandakan Luhan hyung mau menerima
saran Kwon ahjumma.
“Ne ahjumma”
“Baik akan ku kirimkan alamat rumahku.”
Kami pun segera pergi ke rumah Kwon ahjumma sebelum malam
semakin larut. Akhirnya Kami sampai di rumah Kwon ahjumma. Rumah kecil dan sederhana. Kami mengetuk pintu. Kwon ahjumma
membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.
“Apa kalian sudah makan?’
“Belum ahjumma”
“Di sini hanya ada makanan seperti ini jika kalian mau.”
Akhirnya kami makan untuk mengisi perut kami. Setelah
makan aku dan Luhan hyung langsung mencuci muka kami. Setelah perasaan kami
agak tenang kami tidur. Meskipun kami tertidur jika berhasil melupakan sejenak
masalah ini.
Sudah semingu ini kami tidur di rumah Kwon ahjumma. Belum
ada tanda-tanda akan kedatangan ayah untuk menjemput kami. Mungkin dia telah
melupakan kami atau sudah tak menganggap kami sebagai anaknya.
Aku duduk di depan rumah Kwon ahjumma. Pemandangan disini
begitu indah. Banyak pepohonan yang membuat udara di sini terasa sejuk. Dari
arah depan terlihat mobil AUDIT TT Coupe berwarna putih menuju ke rumah ini. Ya
aku tahu itu mobil ayah. Tapi entah mengapa aku masih malas jika bertemu
dengannya.
“Baekhyunnie ayo pulang.” Kata ayah.
“Shiro shiro shiro.” Teriak Sehun dari dalam rumah.
“Aku terserah Luhan hyung.” Kataku
“Dimana Luhannie?” tanya ayah
“Oh ayah baru mencari kami sekarang? Apa kemarin ayah
sudah melupakan kami? Atau ayah sudah tidak menganggap kami sebagai anak lagi?”
kata Luhan hyung keluar dari rumah.
“Bukan begitu. Kalian kan anak-anak ayah.”
Terlintas ingatanku perkataan Kwon ahjumma “Kalian harus
kembali ke rumah. Jika tidak bisa saja perempuan itu menguasai rumah kalian.
Hak kalian.”
Tiba-tiba terdengar suara Luhan hyung “Baiklah kami
pulang.”
Akhirnya kami pulang ke rumah. Aku memilih semobil dengan
Luhan hyung. Sesampainya di rumah keadaan rumah masih seperti biasanya. Hanya
saja semua tempat rapi tak ada mainan Sehun yang tersebar kemana-mana. Semuanya
tertata rapi.
Author POV
Keesokan harinya Luhan bangun agak siang. Seperti biasa
jika hari minggu Luhan dan Baehyun memeng tidak suka bangun pagi. Setelah
membuka jendela Luhan melihat ke luar. Di luar sana tercipta keramaian. Luhan
buru-buru turun untuk memastikan apa yang terjadi. Ia kaget bukan main
mendapati rumahnya telah siap untuk menggelar sebuah pesta.
“Ige Mwoya? Jadi ayah menjemput kami karena hari ini hari
pernikahan ayah?” pikir Luhan dalam hati. Dia membeku ditempatnya
Luhan tak bisa mengelak. Kwon ahjumma berjalan mendekati
Luhan.
“Kau harus segera mandi.” kata bibi Kwon
Dengan malas Luhan berjalan ke kamar mandi. Langkahnya
diseret. Sementara itu bibi Kwon menenangkan Baekhyun dan menyuruh dia agar
menurut saja. Bibi Kwon juga memandikan Sehun. Bibi Kwon sangat mengerti apa
yang Luhan dan Baekhyun rasakan. Setelah semuanya siap pesta pernikahan itu
dimulai. Banyak sekali tamu undangan yang hadir. Disana terlihat seorang namja,
dia lebih muda dari Luhan dan Baekhyun. Tetapi lebih tua dari Sehun. Luhan
menyapanya.
“Annyeonghaseo.” Sapa Luhan.
“Annyeonghaseo.” Jawab namja itu.
“Luhan imnida.” Kataku memperkenalkan diri.
“Jung Kook imnida. Aku putra dokter Jung Soo Yeon.”
Katanya memperkenalkan diri.
“Jadi dia anak perempuan itu. Jadi perempuan itu dokter.
Jadi perempuan itu janda. Aku kira dia masih muda.” Pikir Luhan.
Sejak saat itu hidup Luhan Baekhyun dan Sehun berubah 1800.
Luhan sangat sedih jika mengingat masalah yang datang bertubi-tubi dalam
hidupnya. Mulai dari kecelakaan mobil yang akhirnya harus membuat ibunya
meninggalkannya untuk selama-lamanya. Hingga ayahnya yang berubah tidak
memperdulikan dia dan adik-adiknya. Rasanya ingin sekali mengulang. Jika saja
kemanjaan Sehun bisa membuat eommanya tetep disampingnya. Pasti hidupnya tidak
akan serumit ini. Bahkan sekarang Baekhyun dipaksa agar mau ditangani oleh
perempuan itu. Luhan tahu perempuan itu dokter tapi dia tetap tidak bisa
mempercayakan adiknya itu pada perempuan itu.
Baekhyun mungkin bisa tersenyum pada perempuan itu tapi
hatinya pasti sangat teriris. Setiap kali teman ayah datang dan menanyakan ibu
ingin sekali rasanya dia mengajak teman ayahnya ke makam ibunya.
“Nyonya Choi... Cihh yang benar saja. Ibuku sudah di
surga.” Decak Luhan saat teman ayahnya menanyakan ibu.
“Hei makam ibuku belum kering.” Lanjutnya.
”Ingin sekali aku mengatakan Ibuku Choi Soon Kyu bukan
Jung Soo Yeon. Apa mereka tidak tahu perasaan seorang anak yang sangat
menyayangi ibunya. Surgaku di bawah telapak kaki Choi Soon Kyu eomma.”
Lanjutnya lagi.
Terlihat Baekhyun yang sudah rapi.
“Mau kemana Baekhyunnie?” tanya Luhan.
“Aku harus cek up hyung.” Jawab Baekhyun.
“Isssh jinjja. Aku tahu perasaanmu.” Kata Luhan.
“Aku tak bisa menolak hyung.” Kata Baekhyun.
“Arrseo.” Jawab Luhan.
Terdengar suara dari ruang sebelah.
“Ayah janji ya belikan aku gadget terbaru.” Kata Jung
Kook
“Iya.” Jawab tuan Choi singkat
“Ayah yang benar saja. Aku saja tak sudi memanggil ibunya
ibu.” Gumam Luhan dalam hati
“Berani sekali dia minta ini minta itu. Aku saja tidak
pernah minta yang macam-macam. Kemarin saja dia minta dibelikan playstation.
Besok mau minta apa lagi? Bahkan uang sakuku sekarang dikurangi.” Lanjutnya.
“Apa kehidupanku bisa kembali seperti dulu? Apa ibu bisa
kembali dan semuanya akan baik-baik saja?” lanjutnya lagi.
Tiba-tiba orang yang sedang Luhan pikirkan datang. Dengan
wajah tanpa dosanya dia menyuruh Luhan mengerjakan tugas sekolahnya.
“Hyung bisakah kau menggambarkan lapangan sepak bola,
lapangan basket, lapangan voli, dan lapangan bulu tangkis untukku? Soensaengnim menyuruhku untuk
menggambar semua itu karena aku terlambat mengikuti pelajaran olahraga kemarin.
Jebbal hyung. Kau kan atlit sekolah, gambaranmu juga bagus. Ayolah hyung.”
Rengek Jung Kook.
“Iya Luhannie gambaranmu kan bagus. Pasti mau kan?” sahut
Jung Soo Yeon sang ibu tiri.
“Aku juga harus segera ke Rumah sakit untuk memeriksa
adikmu.” Lanjutnya.
Yah seperti biasanya dengan sangat terpaksa Luhan
mengerjakan tugas yang Jung Kook buat karena kesalahan adik tirinya itu. Meskipun
dalam hati ia tidak mau mengerjakan tugas atau yang lebih tepat disebut dengan
hukuman itu.
Ya hidup ini memang sulit. Hidup memang seperti bola.
Bola yang terus berputar. Kadang diatas, kadang di bawah. Kadang senang, kadang
susah. Tapi jika hidupmu datar kau tidak akan pernah bisa memecahkan masalah
yang kau hadapi. Terkadang kita memang harus mengalah. Tapi mengalah bukan
berarti kita kalah. dan satu hal yang harus diingat, masalah bukan untuk
dihindari tapi untuk dihadapi.