Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Senin, 12 Mei 2014

[Short Story] Climax

Diposting oleh Unknown di 08.17

Main cast                     : Member EXO
Choi Siwon                  Ayah                as         Choi Siwon
Xi Luhan                     Kakak              as         Choi Luhan
Oh Sehun                     Adik                as         Choi Sehun
Byun Baekhyun           Adik                as         Choi Baekhyun
Sunny                          Ibu                   as         Choi Soon Kyu
Kwon Boa                   Bibi                  as         Bibi Kwon
Jesica                           dokter              as         Jung Soo Yeon
Jeon Jeong Guk           anak Jesica      as         Jung Kook 
Genre                           : Family, School Life
Length                         : Short Story
Rating                          : T

Fanfic ini yang bikin temennya author, kalau banyak yang baca dan ada yang mau kasih komentar mau dilanjut ke chapter selanjutnya. Happy reading!!

Heungjin High School

Nyonya Choi bergegas menuju mobilnya. Karena terburu-buru ia memacu mobilnya dengan
kecepatan cukup tinggi. Setelah kurang lebih 15 menit ia sampai di tempat kerjanya.
-------

“Adeul makanlah yang banyak” seru nyonya Choi sambil meletakkan potongan daging di mangkuk  anak sulungnya.

“Eomma harusnya memberikan itu padaku” kata si bungsu polos.

“Ya! Kau harus makan sayur!” seru si sulung.

“Shireo! Aku tidak mau makan sayur.” Jawab si bungsu.

“Tapi hyungmu benar. Kau harus makan sayur juga adeul.” Kata nyonya Choi lembut.

“Shireo Shireo Shireo.” kata si bungsu

“Tapi...” kata si sulung

Belum sempat melanjutkan kata katanya si sulung sudah memotongnya.

Shireo! Aku tidak mau makan rumput.”  Kata si bungsu sambil mengerucutkan bibirnya.
HHAHAHAHAHAHAHA

Ruang makan kini penuh dengan suara tawa keluarga Choi menertawakan anak bungsu keluarga itu yang masih berumur empat tahun. Sementara itu si bungsu mengerucutkan bibirnya kesal.

“Luhannie dimana Baekhyun?” kata nyonya Choi

“Dia sedang mengerjakan tugas di rumah temannya eomma.” Jawab si sulung.

Ting Tong.....
Terdengar suara bel berbunyi. Nyonya Choi bergegas membuka pintu.

“Eomma aku pulang.”

“Adeul. Kau pasti lapar. Cepat ganti bajumu dan makan.”

“Ne eomma.”

Baekhyun segera berlari ke kamarnya di lantai dua dan mengganti bajunya. Selesai mengganti bajunya ia bergabung bersama kakak dan adiknya di meja makan.

“Makanlah yang banyak. Eomma harus pergi sekarang.”

“Tapi Sehun mau susu strawberry eomma”

“Eomma harus pergi. Luhan dan Baekhyun hyung akan mengantarmu arra?”

Sehun berlari sambil menangis menuju tuan Choi yang baru saja pulang dari kantor.

“Aigo anak appa.”

“Appa. Eomma jahat. Hhuu hhuu.. Eomma tidak mau membelikan Thehun susu strawberry. Hhhuhu”

“Aigo. Uljimma. Appa akan membelikanmu susu strawberry.”

“Yobo aku harus pergi aku serahkan Sehun padamu dan jaga anak-anak. Annyeong.”

Bayang-bayang hari itu terus saja memghantui namja yang kini duduk di tingkat tiga sma. Ia tidak menyangka kata-kata eommanya ketika berkata pada appanya menyerahkan Sehun dan menjaga dia dan adiknya adalah untuk selamanya. Kejadian itu begitu mendadak, juga tidak memberikan waktu untuk bersiap-siap. Kejadian itu baru berlangsung satu setengah bulan yang lalu dan itu terlalu berat baginya. Belum lagi dia harus mengurus dua adiknya, terutama adiknya yang sakit-sakitan.
Semua itu membuatnya tidak bisa terpaku pada kesedihannya. Ia harus fokus untuk mempersiapkan ujiannya. Merawat adiknya yang sejak masuk sekolah menengah pertama itu mulai sakit-sakitan. Juga merawat adiknya yang masih berumur empat tahun karena kesibukkan ayahnya. Memang berat rasanya dan berkali-kali ia ingin melarikan diri sejauh mungkin. Tapi tetap saja tidak akan pernah bisa.

Sejak hari itu Luhan dan adik-adiknya ditemani Kwon ahjumma. Meskipun ia terkadang pulang ke rumahnya jika tuan Choi ada di rumah. Tapi itu membuatnya cukup terhibur dan tidak kesepian di rumah, juga cukup membantu mengurus Sehun adiknya yang paling manja itu.
“Kapten apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya seorang namja berkulit putih yang merupakan teman satu timnya.

“Ah kau mengagetkanku saja.”

“Ya! Kau harus memanggilku hyung”

“Arraseo Baozi hyung. Otte?”

Xiumin mengerucutkan bibirnya. “Ya! Jangan panggil aku seperti itu.”

“Arraseo Xiumin hyung.”

“Hemm. Jika ada sesuatu kau bisa ceritakan padaku oke?”

“Arraseo hyung. Kajja kita latihan pertandingan sudah didepan mata”

Dua namja itu kini menghamipri teman-temannya yang lain. Mereka kini mulai menyusun strategi untuk menghadapi pertandingan yang tinggal menghitung hari lagi. Mereka harus memenangkan pertandingan ini untuk mempertahankan prestasi sekolah. Dan agar pelatih mereka tidak kecewa. Hari ini latihan cukup melelahkan. Luhan juga harus belajar agar nilainya tidak turun.

Baekhyun POV

“kring kring”

Tak sengaja aku melihat ponsel ayah saat melintas di dekat meja tamu. Sepintas aku lihat tak ada nama siapa yang menelpon. Tiba-tiba ayahku datang dan menjauh menjawab telpon.

“mungkin teman ayah” batinku dalam hati.

“Mungkin ayah tidak mau terganggu dengan suara Sehun jika ia tiba-tiba berteriak.” pikirku lagi.

Tak mau memikirkan hal ini lebih jauh aku pergi ke kamarku. Bergegas kuambil ponselnku, kemudian ku cari nama temanku di daftar contact. Setelah menemukan nama temanku itu aku menekan tombol call.

“Yobseyo” terdengar suara dibalik telpon.

“Yobseyo Chanyeol ah”

“A Baekhyun waeyo?”

“Bisakah kau ke tempatku sekarang?”

“Waeyo?”

“Tidak apa-apa hanya aku tidak ada teman bermain”

“Arraseo. Aku juga tidak ada teman. Aku ke rumahmu.”

“Oke aku tunggu.”

Setelah menutup telpon aku menunggu temanku yang paling gila itu. Kurang lebih limabelas menit kemudian ada seseorang yang membunyikan bel rumah. Bergegas aku menuruni anak tangga untuk membuka pintu. Ternyata bibi Kwon sudah membuka pintu terlebih dulu.

“Mau cari siapa?” dengan lembut bibi Kwon bertanya.

“Baekhyunnie ada ahjuma?”

“Ada. A itu dia Baekhyun.” jawab bibi Kwon sambil menunjuk ke arahku yang kelelahan menuruni anak tangga.

Bibi Kwon bergegas mengambilkan segelas air untukku. Setelah meminum segelas air aku dan Chanyeol segera ke kamarku yang berada di lantai atas. Hal favorit yang biasanya kita lakukan di kamar adalah main playstation. Tak lama kemudian bibi Kwon membawa minuman dan snack ke kamarku.

“Dimana hyungmu?”

“Mungkin dia sedang latihan. Lusa dia ada pertandingan”

“Jadi dia gladi bersih?”

“Iya jadi kemungkinan dia pulang sore.”

“Mana ayah dan adikmu?”

“Kalau adikku mungkin sedang bermain dengan bibi Kwon. Kalau ayahku mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya.”

Itulah percakapan kecilku dengan Chanyeol sebelum kami sibuk bermain playstation. Seperti biasa jika bermain playstation kami pasti bisa lupa waktu. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Ponsel Chanyeol pun berbunyi. Ia meraih ponselnya dan membaca pesan yang ia terima.

“Ummaku menyuruhku pulang.”

“Arraseo”

Selesai memberesi barang-barang bawaannya, aku mengantar Chanyeol ke depan.

“Aku pinjam tugasmu besok oke.”
Seperti biasanya dia memang anak malas yang tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Luhan POV

Sepulang latihan hari ini aku bergegas pulang ke rumah. Aku langsung madi karena tubuhku terasa lengket sesudah latihan. Selesai mandi aku langsung mengerjakan semua tugasku dan belajar. Aku tidur lebih awal malam ini. Aku tidur dengan dua adikku. Meskipun kami memiliki kamar tidur sendiri, tapi kami lebih suka tidur bersama.

Bibi Kwon membangunkanku tepat pukul lima pagi. Aku segera mandi dan sarapan karena Xiumin hyung pasti sudah menungguku jam setengah tujuh nanti. Ketika akan sarapan aku melihat Baekhyun sudah bangun. Bibi Kwon segera menyiapkan air mandi untuk adikku itu.

Selesai menyiapkan air mandi aku bertanya pada bibi Kwon.

“Ayah tidak pulang.”

“Ah Tuan tidak bilang apa-apa sama bibi.”

“Ya sudah.”

“Memangnya ada apa”

“Besok saat hari pertandinganku. Aku ingin ayah ada disana. Tapi sepertinya akhir-akhir ini ayah sangat sibuk.”

“Ya sudah nanti bibi coba bilang sama Tuan.”

“Gamsahamnida ahjuma.”

“Ye. Cepat selesaikan sarapannya,”

Tiba-tiba Baekhyun yang selesai mandi dan belum memakai pakaiannya.

“Pagi bener hyung.”

“Pakai dulu pakaiannmu.”

“Capek hyung.”

“Sudah bibi bawa ke bawah Baekhyunnie.” Kata Kwon ahjjumma

“Ne Kwon ahjumma.”

Dia segera memakai pakaiannya. Aku pun segera menghabiskan makananku. Setelah makanannku habis, aku menunggu Xiumin hyung. Aku menunggunya sambil menonton acara televisi. Tak lama kemudian Xiumin hyung datang. Setelah memasukkan bekal yang sudah dibuatkan bibi Kwon, aku dan Xiumin hyung berangkat. Kami berangkat menggunakan sepeda. Selain menyehatkan di sekolah kami memang menjalankan program go green.

Sesampainya di sekolah kami langsung menuju lapangan sepak bola. Karena kami datang pagi jadi sekolah masih sangat sepi. Tak lama teman-teman satu tim kami datang. Kami pun memulai latihan kecil-kecilan. Sebenarnya agenda hari ini hanya membahas strategi yang akan kami gunakan besok. Tapi kami tetap melakukan latihan kecil sambil menunggu pelatih kami tercinta.

Setelah beberapa menit melakukan latihan terlihat seseorang berbadan besar mendekat. Wajahnya sedikit terlihat galak seperti orang yang mempunyai semuanya di dunia ini. Dialah pelatih kami yang selama ini melatih kami hingga bisa memenangkan banyak pertandingan.

“Pagi para juaraku”

“Pagi pelatih” jawab kami serentak

“Hari ini kalian tidak boleh terlalu lelah. Simpan stamina kalian untuk besok. Sekarang waktunya membagi formasi. Sebenarnya seperti biasanya. Jadi tidak usah dibahas secara detail. Posisi kapten masih saya percayakan pada Luhan. Arraci”

“Arraseo pelatih.”

“Ya sudah hanya itu yang ingin saya bicarakan.”

Bel berdering kami segera menuju kelas kami masing-masing. Beban sebagai kapten tim dan anak tingkat tiga memang berat. Jadi aku harus bisa membagi waktu. Waktu istirahat aku memilih memakan bekal yang dibuatkan bibi Kwon dikelas. Aku sedang malas keluar kelas.

Tak terasa waktu pulang sekolah sudah tiba. Aku dan Xiumin hyung pulang bersama karena rumah kami searah. Kami bersepeda santai sambil berbincang-bincang. Kini kami sudah sampai dirumahku. Xiumin hyung mampir ke rumahku karena ingin mengerjakan tugas bersama. Kemudian kami makan bersama. Selesai makan Xiumin hyung pamit pulang. Aku mengantarnya ke depan rumah.

Author POV

Hari ini hari pertandingan yang sudah dinanti-nantikan Luhan dan teman temannya. Luhan yang sudah bangun lebih pagi segera menuju kamar mandi. Terlintas dipikirannya suatu harapan yang mungkin hanya sebuah harapan belaka. Bibi Kwon yang sedang menyiapkan sarapan di dapur melihat ke arahnya. Dia tahu apa yang dipikirkan namja yang sudah dianggap anaknya sendiri itu.

“Berilah kekuatan pada anak-anak malang ini Ya Tuhan.” Batin bibi Kwon dalam hati.

Selesai madi, Luhan segera bergegas ke meja makan untuk menyantap sarapan bersama adik-adik kesayangannya. Ditemani bibi Kwon yang sudah seperti ibu bagi mereka. Seperti biasa Sehun selalu menunjukkan kemanjaannya. Mereka makan dengan tenang pagi itu.

Selesai sarapan, Luhan segera menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya. Bibi Kwon juga sibuk menyiapkan bekal untuk Luhan. Tak lupa bibi Kwon menyiapkan bekal yang akan dibawa Baekhyun dan Sehun untuk menyemangati Kakak mereka dalam pertandingan nanti. Setelah semuanya siap mereka berangkat diantar sopir keluarga Choi. Di perjalanan Luhan mengecek ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan masuk. Ia kaget bukan main mengetahui Lay, teman satu timnya mengalami chidera.

“Ottokhe.” Lirihnya

“Kenapa hyung” tanya Baehkyun yang duduk di sampingnya

“Lay kecelakaan. Sedangkan posisinya sebagai penyerang.” Jawab Luhan

“Tenanglah hyung pasti ada solusinya. Pelatihmu pasti sudah memikirkan rencana untuk mengatasinya.” Jawab Baekhyun menenangkan.

“Arraseo aku tidak boleh panik.”

Setelah kurang lebih 3 kilometer perjalanan, akhirnya mereka sampai di stadion tempat Luhan bertanding. Dengan sedikit kecewa ditambah satu masalah yang muncul mendadak Luhan harus terus bersemangat agar pertandingan kali ini dapat ia dan timnya menangkan.

Di depan sana telah berdiri Pelatih yang memasang muka serius. Dia tidak pernah seserius ini sebelumnya. Bergegas Luhan menghampirinya. Pelatih membicarakan rencana baru yang sudah dia pikirkan sebelumnya. Luhan mengerti dan ia segera memberi tahu teman-temannya yang lain.
Pertandingan akan segera berlangsung. Luhan dan timnya segera berkumpul di lapangan. Setelah berdoa pertandingan pun dimulai. Terlihat Baekhyun Sehun dan bibi Kwon berada di bangku penonton. Dan seperti yang diperkirakan Luhan, ayahnya Choi Siwon tidak akan datang.

Pertandingan babak pertama berjalan lancar meski dengan keunggulan lawan mereka. Hannyoung school nampaknya sudah memperbaiki strategi bertanding mereka.

“Kita tidak boleh kalah dari mereka Arra?” kata Pelatih.

“Ne.” Jawab Luhan dan timnya serempak.

“Harumkan sekolah kita. Siapa pelatih kalian!!” kata pelatih.

“Yang Seungho” jawab luhan dan timnya.

“Siapa pelatih kalian?” tanya pelatih lagi.

Yang Seungho” jawab luhan dan timnya dengan penuh semangat.

“Haha itu baru juaraku.” Kata Pelatih Yang.

Pertandingan babak kedua akan segera dimulai. Baekhyun, Sehun dan Kwon ahjumma masih duduk di bangku penonton untuk memberi semangat pada Luhan.Di samping Baekhyun ternyata ada Chanyeol yang ternyata datang untuk melihat pertandingan.

Pertandingan ini merupakan final dari pertandingan antar sekolah setingkat SMA. Seperti biasanya juga selalu final antara  Heungjin High School dan Hannyoung  High School. Kedua sekolah ini memang unggul dalam mencetak pemain bola yang handal. Pertandingan babak kedua pun dimulai. Tanpa basa basi Luhan dan kawan-kawan gencar melakukan serangan.  Baru empatbelas menit berlangsung Luhan dapat menyamakan kedudukan menjadi dua sama. Hannyoung  High School tak mau kalah. Lima menit seusai Heungjin High School menyamakan kedudukan Hannyoung  High School menambah pundi-pundi golnya. Pertandingan hampir berakhir score masih 3-2 dengan keunggulan Hannyoung  High School. Luhan tak mau kalah dia sendiri yang memimpin penyerangan yang mungkin saja bisa menjadi serangan terakhir dan membuat kedudukan mereka 3 sama. Tendangan dari kaki Luhan membuat kedudukan merekka kini menjadi 3 sama. Perpanjangan waktu rupanya diberikan. Tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini Xiumin merubah kedudukan mereka menjadi 3-4 dengan keunggulan Heungjin High School. Akhirnya pluit panjang tanda pertandingan berakhir berbunyi dengan kemenangan Luhan dan timnya.

Setelah menerima tropi Luhan bergegas ke ruang ganti. Ia mencari ponselnya. Hatinya kecewa karena tak ada pesan atau apa-pun itu dari ayahnya.

“Apa ayah tak ingat hari ini hari pertandinganku.” Batin Luhan.

“Kenapa ayah akhir-akhir ini sangat aneh. Tidak pernah pulang. Bahkan untuk Sehun yang sangat haus akan kasih sayangmu?” tambahnya.

Luhan tersadar dari lamunannya ketika bibi Kwon dan adik-adiknya datang.

“Selamat hyung.”

“Selamat kapten. Terima kasih sudah membawa kemenangan lagi untuk sekolah kita. Heungjin High School.” Kata pelatih yang datang tiba-tiba sambil menepuk pundak Luhan.

 ”Terima kasih pelatih Yang sudah melatih kami dengan baik.” Kata Luhan sambil tersenyum.

“Itu kan kerja keras kalian. Baik aku pergi dulu.” Kata pelatih lalu meninggalkan Luhan.

“Cepat ganti baju hyung. Kau tidak mau pulang apa?” celetuk Baekhyun.

“Arraseo.”

“Jangan lupa traktirannya ya hyung.”  Kata Baekhyun mehrong.

“Aish jinjja.”

Baehyun POV

Sore ini aku Luhan hyung dan Sehun sedang nonton televisi di ruang keluarga. Kebetulan luhan hyung baru selesai mandi. Sehun memang tak akan berisik jika sudah diberi susu strawberry.

“Seminggu ini ayah tidak pulang hyung. Dia bahkan tidak menghubungi kita.”

“Aku tak tahu sesibuk apa dia. Tapi setidaknya ayah haruas menelpon.” Kata Luhan hyung.

“Pesanku saja tidak dibalas ketika aku memberi tahunya jika sekolahku memenangkan pertandingan.”

Tiba-tiba terdengar suara mobil diparkir di depan rumah. Ternyata ayah pulang.

“Anak-anak bagaimana sekolah kalian?” tanya ayah

“Baik-baik saja.” Jawab Baekhyun dengan malas.

“Baekhyunnie marah sama ayah?”

“Anni.”

“Ya sudah ayah mandi dulu.”

Baru beberapa menit tiba-tiba terdengar sura mobil yang memasuki halaman rumah. Aku tak mengenal mobil yang kini diparkir di depan rumah. Turun seorang wanita yang berbadan kecil dan berpakaian rapi. Aku pun tak mengenali wajahnya karena ditutupi dengan kacamata hitam.

“Hyung apa kau tahu siapa dia?”

“Molla aku tidak pernah bertemu dengan perempuan itu sebelumnya. Seingatku teman eomma tidak ada yang seperti dia.”

Prempuan itu mengetuk pintu. Kemudian ia masuk ke rumah. Aku terkejut melihat perempuan itu yang memasuki ruang keluarga. Aku kira dia akan menunggu di ruang tamu.

“Ayah kalian ada?” tanya perempuan itu

“Ayah sedang mandi. Anda siapa?” jawab Luhan hyung

“Ah... Jung Soo Yeon imnida.” jawab perempuan itu memperkenalkan diri.

Selesai mandi rupanya ayah sedang membereskan pekerjaannya. Kini sore telah berganti petang. Tiba-tiba muncul orang-orang yang tidak aku kenal.

“Siapa lagi orang-orang itu. Kenapa ayah belum muncul juga.” Pikirku dalam hati.

Setelah semua orang berkumpul akhirnya ayah keluar juga. Aku tidak biasa bertanya atau ribut-ribut saat ada tamu. Aku memilih diam menunggu penjelasan ayah tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku berharap tidak akan terjadi hal yang serius.

“Jadi begini kita disini untuk membahas rencana pernikahan.” Kata ayah angkat bicara

“Mwo?” triakku dan Luhan hyung reflek.

Aku membeku ditempatku. Luhan hyung langsung mengendong Sehun.

“Karena dua minggu yang lalu sudah diadakan pernikahan Siri.” lanjutnya.

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Aku benar-benar membeku ditempatku. Melihat Luhan hyung pergi aku pun refleks mengikutinya. Luhan hyung mengambil kunci mobil dan langsung pergi menuju garasi. Sudah terbentuk aliran sungai kecil di pipinya. Aku terus mengikutinya. Tidak peduli apa yang akan terjadi padaku nanti. Tak terdengar suara ayah yang berusaha mencegah kepergihan kami. Luhan hyung memasuki mobil. Ia mengemudikan mobil secepat peluru. Kami menangis sejadi-jadinya di mobil.

“Jadi itu yang membuat ayah bersikap aneh” pikirku

“Waeyo? Bagaimana bisa ayah secepat itu menggantikan posisi ibu kami? Ini baru dua setengah bulan dari kepergihannya. Bagaimana bisa dia mengenalkan perempuan itu ketika akan membicarakan pernikahan? Bagaimana bisa dia tidak menanyakan pendapat kami? Bagaimana bisa dia tidak mencegah kepergihan kami? Anak-anaknya sendiri.” pikirku lagi dan masih banyak pertanyaan yang membuatku menjadi heran.

Terlintas dipikiranku untuk menginap di rumah teman. Aku benar-benar tak mau pulang ke rumah. Aku benar-benar tak mau melihat wajah perempuan itu. Jadi perempuan itu yang membuat ayahku menjadi berubah. Aku benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa perempuan itu merubah ayah kami?

“Ring ring”

Terdengar suara ponselku berbunyi. Ternyata Kwon ahjumma menelpon.

“Yobseyo”

“Yobseyo ahjumma.”

“Ahjumma baru saja ke rumah katanya kalian pergi?”

“Ne ahjumma. Aku tidak mau pulang.”

“Apa ahjumma tahu hal ini dari jauh-jauh hari?”

“Mian kalau pun ahjumma tahu Tuan tidak akan memperbolehkan ahjumma memberi tahu kalian. Kalau begitu kalian pulang ke rumah ahjumma saja ya.”

“Hyung, bagaimana hyung?” tanyaku pada Luhan hyung

Hanya anggukan yang menandakan Luhan hyung mau menerima saran Kwon ahjumma.

“Ne ahjumma”

“Baik akan ku kirimkan alamat rumahku.”

Kami pun segera pergi ke rumah Kwon ahjumma sebelum malam semakin larut. Akhirnya Kami sampai di rumah Kwon ahjumma. Rumah kecil dan  sederhana. Kami mengetuk pintu. Kwon ahjumma membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk.

“Apa kalian sudah makan?’

“Belum ahjumma”

“Di sini hanya ada makanan seperti ini jika kalian mau.”

Akhirnya kami makan untuk mengisi perut kami. Setelah makan aku dan Luhan hyung langsung mencuci muka kami. Setelah perasaan kami agak tenang kami tidur. Meskipun kami tertidur jika berhasil melupakan sejenak masalah ini.

Sudah semingu ini kami tidur di rumah Kwon ahjumma. Belum ada tanda-tanda akan kedatangan ayah untuk menjemput kami. Mungkin dia telah melupakan kami atau sudah tak menganggap kami sebagai anaknya.

Aku duduk di depan rumah Kwon ahjumma. Pemandangan disini begitu indah. Banyak pepohonan yang membuat udara di sini terasa sejuk. Dari arah depan terlihat mobil AUDIT TT Coupe berwarna putih menuju ke rumah ini. Ya aku tahu itu mobil ayah. Tapi entah mengapa aku masih malas jika bertemu dengannya.

“Baekhyunnie ayo pulang.” Kata ayah.

“Shiro shiro shiro.” Teriak Sehun dari dalam rumah.

“Aku terserah Luhan hyung.” Kataku

“Dimana Luhannie?” tanya ayah

“Oh ayah baru mencari kami sekarang? Apa kemarin ayah sudah melupakan kami? Atau ayah sudah tidak menganggap kami sebagai anak lagi?” kata Luhan hyung keluar dari rumah.

“Bukan begitu. Kalian kan anak-anak ayah.”

Terlintas ingatanku perkataan Kwon ahjumma “Kalian harus kembali ke rumah. Jika tidak bisa saja perempuan itu menguasai rumah kalian. Hak kalian.”

Tiba-tiba terdengar suara Luhan hyung “Baiklah kami pulang.”

Akhirnya kami pulang ke rumah. Aku memilih semobil dengan Luhan hyung. Sesampainya di rumah keadaan rumah masih seperti biasanya. Hanya saja semua tempat rapi tak ada mainan Sehun yang tersebar kemana-mana. Semuanya tertata rapi.

Author POV

Keesokan harinya Luhan bangun agak siang. Seperti biasa jika hari minggu Luhan dan Baehyun memeng tidak suka bangun pagi. Setelah membuka jendela Luhan melihat ke luar. Di luar sana tercipta keramaian. Luhan buru-buru turun untuk memastikan apa yang terjadi. Ia kaget bukan main mendapati rumahnya telah siap untuk menggelar sebuah pesta.

“Ige Mwoya? Jadi ayah menjemput kami karena hari ini hari pernikahan ayah?” pikir Luhan dalam hati. Dia membeku ditempatnya

Luhan tak bisa mengelak. Kwon ahjumma berjalan mendekati Luhan.

“Kau harus segera mandi.” kata bibi Kwon

Dengan malas Luhan berjalan ke kamar mandi. Langkahnya diseret. Sementara itu bibi Kwon menenangkan Baekhyun dan menyuruh dia agar menurut saja. Bibi Kwon juga memandikan Sehun. Bibi Kwon sangat mengerti apa yang Luhan dan Baekhyun rasakan. Setelah semuanya siap pesta pernikahan itu dimulai. Banyak sekali tamu undangan yang hadir. Disana terlihat seorang namja, dia lebih muda dari Luhan dan Baekhyun. Tetapi lebih tua dari Sehun. Luhan menyapanya.

“Annyeonghaseo.” Sapa Luhan.

“Annyeonghaseo.” Jawab namja itu.

“Luhan imnida.” Kataku memperkenalkan diri.

“Jung Kook imnida. Aku putra dokter Jung Soo Yeon.” Katanya memperkenalkan diri.

“Jadi dia anak perempuan itu. Jadi perempuan itu dokter. Jadi perempuan itu janda. Aku kira dia masih muda.” Pikir Luhan.

Sejak saat itu hidup Luhan Baekhyun dan Sehun berubah 1800. Luhan sangat sedih jika mengingat masalah yang datang bertubi-tubi dalam hidupnya. Mulai dari kecelakaan mobil yang akhirnya harus membuat ibunya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Hingga ayahnya yang berubah tidak memperdulikan dia dan adik-adiknya. Rasanya ingin sekali mengulang. Jika saja kemanjaan Sehun bisa membuat eommanya tetep disampingnya. Pasti hidupnya tidak akan serumit ini. Bahkan sekarang Baekhyun dipaksa agar mau ditangani oleh perempuan itu. Luhan tahu perempuan itu dokter tapi dia tetap tidak bisa mempercayakan adiknya itu pada perempuan itu.

Baekhyun mungkin bisa tersenyum pada perempuan itu tapi hatinya pasti sangat teriris. Setiap kali teman ayah datang dan menanyakan ibu ingin sekali rasanya dia mengajak teman ayahnya ke makam ibunya.

“Nyonya Choi... Cihh yang benar saja. Ibuku sudah di surga.” Decak Luhan saat teman ayahnya menanyakan ibu.

“Hei makam ibuku belum kering.” Lanjutnya.

”Ingin sekali aku mengatakan Ibuku Choi Soon Kyu bukan Jung Soo Yeon. Apa mereka tidak tahu perasaan seorang anak yang sangat menyayangi ibunya. Surgaku di bawah telapak kaki Choi Soon Kyu eomma.” Lanjutnya lagi.

Terlihat Baekhyun yang sudah rapi.

“Mau kemana Baekhyunnie?” tanya Luhan.

“Aku harus cek up hyung.” Jawab Baekhyun.

“Isssh jinjja. Aku tahu perasaanmu.” Kata Luhan.

“Aku tak bisa menolak hyung.” Kata Baekhyun.

“Arrseo.” Jawab Luhan.

Terdengar suara dari ruang sebelah.

“Ayah janji ya belikan aku gadget terbaru.” Kata Jung Kook

“Iya.” Jawab tuan Choi singkat

“Ayah yang benar saja. Aku saja tak sudi memanggil ibunya ibu.” Gumam Luhan dalam hati

“Berani sekali dia minta ini minta itu. Aku saja tidak pernah minta yang macam-macam. Kemarin saja dia minta dibelikan playstation. Besok mau minta apa lagi? Bahkan uang sakuku sekarang dikurangi.” Lanjutnya.

“Apa kehidupanku bisa kembali seperti dulu? Apa ibu bisa kembali dan semuanya akan baik-baik saja?” lanjutnya lagi.  

Tiba-tiba orang yang sedang Luhan pikirkan datang. Dengan wajah tanpa dosanya dia menyuruh Luhan mengerjakan tugas sekolahnya.

“Hyung bisakah kau menggambarkan lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan voli, dan lapangan bulu tangkis untukku? Soensaengnim menyuruhku untuk menggambar semua itu karena aku terlambat mengikuti pelajaran olahraga kemarin. Jebbal hyung. Kau kan atlit sekolah, gambaranmu juga bagus. Ayolah hyung.” Rengek Jung Kook.

“Iya Luhannie gambaranmu kan bagus. Pasti mau kan?” sahut Jung Soo Yeon sang ibu tiri.

“Aku juga harus segera ke Rumah sakit untuk memeriksa adikmu.” Lanjutnya.

Yah seperti biasanya dengan sangat terpaksa Luhan mengerjakan tugas yang Jung Kook buat karena kesalahan adik tirinya itu. Meskipun dalam hati ia tidak mau mengerjakan tugas atau yang lebih tepat disebut dengan hukuman itu.

Ya hidup ini memang sulit. Hidup memang seperti bola. Bola yang terus berputar. Kadang diatas, kadang di bawah. Kadang senang, kadang susah. Tapi jika hidupmu datar kau tidak akan pernah bisa memecahkan masalah yang kau hadapi. Terkadang kita memang harus mengalah. Tapi mengalah bukan berarti kita kalah. dan satu hal yang harus diingat, masalah bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi.
 

ACE's B-Golds JackVIP Copyright © 2011 Designed by Dita Blogger Template Sponsored by web hosting