Tittle |
Probably
Perfect |
Author |
HalfAngel |
Main
Cast |
Kim
Jisoo as Kim Jisoo |
|
Kim
Jiwon (Bobby) as Kim Jiwon (Bobby) |
Other
Cast |
Team B
member and Pink Punk member |
Special
Cameo |
Yang
Hyunsuk CEO |
Genre |
Friendship, Angst, Hurt (maybe)
|
Length |
Oneshot |
Rating |
T |
Summary |
“Kenangan indah
bersamamu kini terasa seperti pisau belati untukku… Jiwon~ssi” |
|
|
"Aku benci
melihat diriku seperti ini."
“Bisakah aku
mengakhiri hidupku yang menyedihkan ini?”
Aku, yeoja
yang kini terpaksa menjadi trainee di YG Entertaintment hanya untuk menjamin
kelangsungan hidupku. Aku memang sengaja melakukannya karena keluargaku yang
telah hancur. Tak ada yang bisa diselamatkan dari keluargaku, harta, cinta,
bahkan nyawa ummaku harus dikorbankan karena kekejaman orang yang telah
tiga tahun ini tak pernah lagi kupanggil appa. Semuanya telah habis
sampai akhirnya aku menuju gedung YG Entertaintment untuk mengikuti audisi dan
diterima.
Bahkan saat ini tak
ada yang bisa kupercaya untuk menjadi seorang teman. Apalagi cinta, sejak
kejadian mengejutkan itu menimpa umma dan membuat ummaku pergi
selamanya aku sama sekali tak pernah mau mengenal cinta. Karena cinta yang
kutahu hanya cintaku pada ummaku. Tujuanku saat ini hanya ingin cepat
debut dan mendapat banyak uang untuk membalas semua perbuatan mantan ayahku
itu.
Akupun terpaksa
keluar dari sekolah karena tak ada yang bisa menjadi dorongan aku terus
melanjutkan pendidikan. Ummaku yang menginginkan melihatku bisa mendapat
gelar sarjana telah pergi, lalu apa lagi yang bisa kujadikan alasan tetap
berada di neraka pendidikan itu. Di tempat itu aku bahkan sama sekali tak
mendapat kata wellcome dari hampir seluruh penghuni sekolah, terror, bullying
dan semuanya selalu kuterima disana hanya karena keluargaku yang telah berantakan.
Aku membenci semua
orang kecuali orang-orang yang ada di gedung YG. Mereka telah mengambilku dari
kerasnya kehidupan, mereka juga yang telah membimbing
dan mendukungku. Tak seperti orang lain yang hanya bisa mengacuhkanku dan tak
pernah sedikitpun melirikku. Yang mereka fikirkan saat melihatku mungkin
hanyalah seekor anjing jalanan kotor yang tak akan mungkin bisa berguna bagi
mereka.
Dimataku YG sajangnim
adalah sosok ayah penggantiku. Walaupun dia kerap kali membentakku dalam
evaluasi bulanan, tapi kurasa disitulah letak kasih sayangnya pada semua anak
didiknya. Ia juga tak pernah menganggap artis dibawah naungannya sebagai
penghasil uang baginya, tapi ia lebih menganggap mereka semua sebagai
keluarganya sendiri. Itulah yang kusukai dari orang tua itu, dia mendidik
dengan keras dan membuat murid-muridnya menjadi artis yang dikenal dunia.
Pada evaluasi
bulanan kali ini akan dibentuk trainee group, dimana setelah berhasil terpilih
menjadi sebuah group orang yang terpilih akan difokuskan latihan secara group.
Trainee group akan dilatih bekerjasama dalam team dan kemungkinan besar mereka
akan debut bersama sebagai sebuah group. Jika berhasil melewati tahap ini maka
aku telah berhasil terbentuk sebagai sebuah group baru. Aku berharap aku akan
terpilih dan bekerja lebih keras lagi supaya secepatnya didebutkan menjadi
sebuah girl group terkemuka.
“Ya! Kau
harus bekerja keras hari ini.” seru seorang yeoja yang berjalan
dibelakangku.
“Tentu saja,
bukankah aku selalu bekerja keras.” ucapku pada yeoja yang sekarang
berjalan beriringan denganku menuju tempat diadakannya evaluasi bulanan.
“Jennie~ya,
kau yakin kali ini kita akan terpilih?” tanyaku pada yeoja tadi.
“Optimislah, jika
kita berhasil menjadi satu group kau harus meresmikan pertemanan kita menjadi
persahabatan. Yakseo!” jawab yeoja bernama Jennie tadi bersemangat lalu membuka pintu
ruangan dan mengucapkan salam.
Aku mengikutinya
mengucapkan salam pada semua orang yang telah menunggu. Kulihat diantara mereka
ada beberapa staff dan juga beberapa sunbae kami, aku dan beberapa trainee lain masuk mengucapkan salam dan
membungkuk 90Āŗ. Beberapa saat kemudian CEO kami yang terhormat datang
mengucapkan salam dan duduk layaknya seorang boss besar. Orang tua itu
memanggil kami satu per satu untuk maju dan memperlihatkan seberapa besar
kemajuan yang telah kami alami. Aku sangat gugup saat namaku yang dipanggil.
Aku segera maju dan memperlihatkan hasil keringat latihanku selama sebulan ini.
Tiba saatnya pemberian komentar oleh CEO, dan sudah dapat ditebak kalau
orang itu akan mengucapkan komentar-komentar pedasnya. Itulah hal yang selalu
ditunggu seluruh trainee YG Entertaintment, bahkan artisnya sekalipun. Walaupun
CEO juga menyebutkan kalau kami banyak mengalami peningkatan dibandingkan bulan
lalu. Dan inilah saat paling menentukan yang telah ditunggu seluruh trainee
yang ada disana.
“Gurae, kalian telah bekerja keras sebulan ini. Aku
sangat berterimakasih atas kerja keras kalian, kuputuskan akan membuat sebuah
group diantara kalian.” ucap CEO diakhir penilaiannya.
Kami semua yang ada disana hanya bisa terdiam saking gugupnya.
“Eunbi, Jennie, Lalice, Euna, dan Jisoo. Kalian mulai saat ini akan
menjadi member sementara calon girl group baru YG Entertaintment. Member ini
belum sepenuhnya resmi, jadi mungkin akan ada penambahan maupun pengurangan
member. Kalian harus bekerja keras bersama untuk itu.” ucap CEO yang hanya
diikuti anggukan oleh kami yang disebutkan tadi.
“Nama group kalian adalah ‘Pink Punk’. Mulai saat ini kalian akan
tinggal di dorm kalian.” tambah CEO yang membuat kebahagiaan kami semakin
bertambah.
Semua orang yang memang datang untuk evaluasi bulanan ini telah
meninggalkan ruangan kecuali kami berlima yang telah dipanggil CEO tadi. Kami berdiskusi untuk segera membawa dan mengemasi barang-barang dari rumah ke dorm.
Kecuali aku yang memang telah lama tinggal di gedung YG untuk menghindari
terror dari ayahku sendiri yang mencariku untuk membunuhku demi ketanangan
hidupnya. Aku hanya perlu mengemasi sedikit dari barang-barangku untuk pindah
ke dorm kami.
Bobby POV
Aku keluar dari ruang latihan dan melihat beberapa yeoja yang
baru keluar dari ruangan dengan pintu bertuliskan “Monthly Evaluation”. Kurasa
mereka baru saja dibentuk menjadi sebuah group baru seperti yang dirumorkan
beberapa staff saat aku sedang makan siang di cafetaria tadi. Aku memang
mengenal mereka semua, terutama yeoja berwajah jutek yang lumayan
cantik. Yeoja bernama Jennie Kim itu memang temanku, kami mengenal satu
sama lain saat audisi karena sama-sama bisa berbahasa Inggris. Sedangkan yeoja
berparas paling cantik disana yang bernama Jisoo, aku mengenalnya saat menemani
temanku ke makam ayahnya.
#Flashback
“Donghyuk~ah, aku akan menunggu diluar.” ucapku pada temanku
yang akan menjenguk ayahnya.
“Ne hyung.” jawab namja itu.
“Umma, kenapa hidupku sekarang jadi seperti ini? Aku
benci melihat diriku sendiri.” terdengar
suara seorang yeoja yang berada di dalam.
“Umma... haruskah aku pergi menyusulmu dengan tenang?
Aku sangat membenci orang brengsek itu, dia yang telah membunuhmu dan sekarang mencariku
untuk segera mengakhiri hidupku. Apakah orang seperti itu masih pantas
kupanggil appa?” teriak seorang yeoja yang ada didalam,
kurasa ia sedang benar-benar sedih.
Tak berapa saat kemudian yeoja yang berteriak tadi keluar dari
dalam dengan pakaian serba hitam, mulai dari celana hitam dan hoodie yang ia
kenakan. Ia juga menutupi matanya yang mungkin telah sembab dengan kaca mata
hitamnya. Tak berapa lama kemudian Donghyuk telah sesesai mengunjungi makam
ayahnya dan mengajakku segera menuju gedung YG Entertaintment. Tak kusangka yeoja
yang tadi ada di makam juga memasuki gedung YG Entertaintment. Selang beberapa
hari kemudian aku melihat Jennie berjalan dengan yeoja itu. Jennie
memperkenalkanku sebagai temannya dan yeoja itu memperkenalkan dirinya
sebagai Kim Jisoo.
#End of Flashback
“Jennie~ya, annyeong!” sapaku pada temanku yang
satu ini dengan senyum khasku.
“Jiwon oppa! Annyeong! Kau tau, kami berhasi! Yeayy!!!” ucapnya tak
berhenti melompat didepanku.
“Aa..
jeongmalyeo? Lalu apa nama group kalian?”
tanyaku penasaran.
“Tentu saja, nama group kami adalah ‘Pink Punk’. Nama yang bagus kan,
hahaha...” jawab Jennie sangat bersemangat menyebutkan nama groupnya.
“Bagus, kalian harus bekerja keras mulai saat ini!” ucapku menyemangati
mereka.
“Itu sudah pasti, bukankah adikmu ini memang selalu bekerja keras?”
jawabnya menaggapi pernyataanku.
“Gurae
gurae.... kalau begitu aku pergi duluan,
pai pai...” ucapku berpamitan.
“Pai pai...” ucap Jennie melambai-lambaikan tangannya.
Yeoja bernama Jennie tadi memang yeoja yang
tampaknya dari luar hanyalah yeoja pendiam yang sangat jutek. Tapi jika
kau telah mengenalnya, dia bukanlah yeoja yang seperti kau pikirkan
tadi. Dia bahkan menganggapku sebagai kakaknya walaupun perbedaan usia kami tak
sampai satu bulan. Dia akan jadi yeoja yang ramah dan ceria jika kau
telah mengenalnya. Sedangkan Jisoo kepribadiannya hampir sama dengan Jennie,
hanya saja Jisoo bukan orang yang akan berlaku ceria seperti Jennie. Mungkin
karena tekanan yang telah ia alami sehingga membuatnya kehilangan keceriaan
seperti kebanyakan yeoja lainnya.
Sebenarnya aku memang tertarik pada yeoja bernama Jisoo itu,
tapi aku sama sekali tak berani menunjukkannya dan menyatakannya. Aku takut yeoja
itu justru akan menjauh jika aku melakukannya. Hanya berbicara padanya saja
kurasa itu sudah cukup, aku tak akan mungkin mau membuatnya terluka karena masa
lalu yang telah ia alami. Kurasa masalah keluarganya memang membuatnya menjadi yeoja
yang sangat menghindari pergaulan. Apalagi kudengar ia telah mengalami banyak
terror dan hinaan selama masa sekolahnya. Walaupun aku sangat ingin
mendekatinya, tapi sampai saat ini aku hanya dapat berbincang dengannya seperti
temannya saja.
Aku sangat mengerti apa yang ia rasakan walaupun aku sendiri tak
mengalami pengalaman hidup seperti yang ia alami. Aku tau bagaimana perasaannya
jauh dari keluarga, walaupun lebih tepatnya kehilangan keluarga. Kurasa aku
akan memilih untuk bunuh diri jika itu terjadi padaku daripada harus menahan
beban psikologi yang sangat besar. Kurasa aku tak akan sanggup untuk
mengalaminya. Aku saja yang jauh dari seluruh keluargaku yang bekerja di
Amerika merasa sangat sedih, bagaimana dengannya yang saat ini memutuskan untuk
hidup sendirian dengan membenci ayahnya sendiri.
Author POV
Group baru bernama Pink Punk itu memasuki asrama baru mereka dan segera
menata barang-barang yang telah mereka bawa. Pembagian kamar mereka juga telah
diatur, Jennie dan Jisoo dalam satu kamar, Lalice dan Euna menempati kamar lain
bersama Eunbi. Pembagian itu telah diatur sedemikian rupa oleh Jennie sebagai
leader mereka. Itulah tradisi YG Entertaintment, yang usianya berada
ditengah-tengah yang menjadi leader. Leader group YG bukan dipilih berdasarkan
usia tertua karena menurut YG CEO yang usianya ditengah akan lebih bisa
memimpin dan memahami dongsaeng member dan unnie/hyung
member.
"Jennie~ya apa kau bisa mengizinkanku untuk tetap tinggal
di gedung YG saja?" tanya Jisoo pada leadernya yang kini sedang tiduran di
atas kasur.
"Memangnya kenapa? Dormnya tak menarik?" jawab Jennie balik
bertanya.
"Bukan begitu, aku tak ingin membahayakan nyawa kalian saat sedang
bersamaku." jawab Jisoo melirik ke tempat tidur sebelahnya.
"Maksudmu ayahmu? Tenang saja, dorm kita dilengkapi keamanan yang
tinggi. Kita akan pergi ke gedung YG bersama dan pulang bersama, kau tak perlu
khawatir." ucap Jennie berusaha menenangkan roomatenya.
"Arraseo..." Jisoo hanya bisa menuruti perkataan
leadernya itu.
Pagi ini seluruh trainee dikumpulkan karena akan ada rencana pembuatan
teaser yang akan diumumkan oleh pihak YG Entertaintment. Rencananya teaser itu
akan dipublikasikan kepada publik bahwa YG Entertaintment akan segera
mendebutkan group baru. Semua trainee yang telah dibentuk trainee group
tentunya telah berdoa agar group mereka yang dipilih untuk segera didebutkan.
Tak ada yang merasa tenang, seluruhnya merasa gelisah akan keputusan yang
dibuat oleh YG CEO.
Setelah semua group trainee duduk di ruang pertemuan, tepatnya di aula
acara segera dimulai. Kedatangan YG CEO yang telah dinantikan sedari tadi
membuat trainee yang menunggu semakin merasa gelisah. Keringat dingin mengucur
dari masing-masing trainee menunggu keputusan yang akan segera disampaikan Yang
Hyunsuk Sajangnim. Semua trainee terdiam setelah mengucapkan
salam dan membungkuk 90° pada presiden YG Entertaintment itu.
"Keputusanku kali ini kuharap bisa membuat kalian semua semakin
bekerja keras." Yang CEO memulai pidatonya.
"Tahun 2014 nanti, mungkin aku telah menetapkan sebagai tahun YG
dan akan mendebutkan 4 group sekaligus." tambah Yang CEO dengan nada
khasnya yang selalu ditirukan beberapa artis didikannya.
"Yang pertama tentu saja Akdong Musician yang akan kudebutkan
pertama. Lalu masih akan dipertimbangkan lagi apakah girl group atau boy group
dulu yang akan didebutkan." ucap Yang CEO memberi penekanan pada kata
didebutkan.
"Mungkin aku akan membuat survival program untuk menentukan boy
group mana yang akan didebutkan terlebih dahulu. Tapi sebelumnya YG akan
memberikan teaser group girl untuk membuat publik penasaran. Pink Punk
bersiap-siap untuk membuat teaser kalian."
"Dalam survival program nanti grop Hanbin bernama Team B dan group
Mino dengan nama Team A harus menarik perhatian pemirsa, yang mendapat polling
terbanyaklah yang akan debut duluan dengan nama Winner. Kalian mengerti?"
"Ne.... Algeseumnida." ucap semua trainee
berbarengan di ruangan itu.
Semua trainee yang telah terpilih merasa lega, tapi tentunya mereka
harus bekerja lebih keras dari sebelumnya. Jika setelah terpilih mereka hanya
bermalas-malasan maka konsekuensinya harus siap ditendang dari YG
Entertaintment. Begitu pula dengan pink punk yang waktu debutnya belum
ditentukan, tapi keutusan Yang CEO untuk memperkenalkan mereka ke publik akan
cukup menguntungkan mereka.
"Jennie~ya chukhae, kau akan segera dikenal
publik." Bobby mendekati dongsaengnya dan mengucapkan selamat.
"Hhaha… bukankah kau juga begitu." Jennie menepuk pundak
Bobby yang kini berjalan beriringan dengannya.
“Jisoo~ssi, kau harus lebih bekerja keras kali ini. Fighting!”
Bobby memalingkan pandangannya dan beralih menyemangati Jisoo.
“Tentu saja aku akan lebih bekerja keras. Kau juga, fighting!” Jisoo
kini balas menyemangati Bobby.
“Ayo kita rayakan! Bagaimana kalau kita BBQ party di restoran keluarga
Yunhyeong.” Bobby dengan begitu semangat mengajak seluruh member Pink Punk dan
Team B pesta BBQ.
“Tentu saja kalau diajak makan aku tak akan menolak. Guys, mala mini
kita BBQ party yeayy!!” teriak Jennie sangat bersemangat jika sudah
membicarakan tentang makanan.
Seluruh member Team B dan Pink Punk berjalan bersama menuju tempat
parkir. Mereka semua seperti rencana mengadakan BBQ party di tempat Yunhyeong
dengan mobil kantor YG. Mereka menggunakan dua mobil kantor YG, satu mobil
untuk member Pink Punk dan mobil lainnya untuk member Team B. Selama perjalanan
mereka semua terus bernyanyi di dalam mobil seperti anak playgroup yang sedang
melakukan perjalanan menuju pulau Jeju. Bagaimanapun kebahagiaan trainee yang
telah mencapai level ini akan sangat berbeda jika dibandingkan para trainee
yang masih tetap harus berjuang keras meningkatkan kemampuan mereka.
“Hyung, harusnya kita tadi mengajak Team A hyung juga.”
Donghyuk sang magnae mulai merengek pada hyung-hyungnya.
“Sebenarnya aku ingin mengajak mereka juga Donghyuk~ah, tapi
mereka sudah pulang ke dorm mereka. Jadi aku tak bisa memaksakan diri untuk
mengajak mereka juga.” ucap leader Team A yang duduk di kursi paling belakang.
“Huh, pasti akan sangat menyenangkan jika Mino hyung bersama
kita.” Donghyung mempoutkan bibirnya melakukan aegyo karena keinginannya tak dipenuhi.
“Ya ya ya! Sudahlah, lain kali kita bisa
mengajak Team A hyung makan bersama kan?” ucap Jinhwan menengahi.
Mereka disibukkan dengan perdebatan untuk mengajak Team A hyung
sampai waktu mereka menuju rumah Yunhyeong terasa begitu singkat. Mereka segera
turun dari mobil dan mengucapkan salam pada kedua orang tua Yunhyeong juga adik
perempuan Yunhyeong yang kebetulan telah pulang sekolah. Yunhyeong sibuk
mempersiapkan peralatan sementara namja yang lain bersama para yeoja
menata meja di restoran kecil itu.
Mereka semua sangat menikmati daging panggang yang disajikan dan
dimasak secara bersama-sama. Daging sapi yang disajikan di restoran keluarga
Yunhyeong memang daging sapi korea yang sudah tak diragukan lagi kelezatannya. Junhoe
bahkan membuat banyak lelucon untuk menghidupkan suasana, terutama untuk
menghibur Donghyuk yang masih menjadi hyungnya itu walaupun selalu mengaku sebagai magnae saat melakukan
perkenalan.
“Jisoo~ssi apa kau baik-baik saja? Kenapa dari tadi kau hanya
diam dan tak tersenyum sama sekali.” Bobby memberanikan diri untuk bertanya
pada yeoja pendiam itu.
“Umm, aku hanya sedikit memikirkan masalahku. Aku takut akan
membahayakan teman-temanku jika mereka terus bersamaku.” jawab Jisoo tanpa
berani menatap mata namja yang bertanya padanya.
“Apakah ayahmu masih terus memburumu? Memangnya apa dia tak akan merasa
kehilangan jika telah membunuh darah dagingnya sendiri?” Bobby masih tetap
mempertanyakan hal yang mungkin bisa membuat yeoja malang itu menangis.
“Kau hanya tak tau bagaimana dia telah membunuh ibuku setelah
menyiksanya secara perlahan. Ia juga telah menikah dengan orang lain, kurasa ia
akan mendapatkan banyak keuntungan jika aku mati.” jawab Jisoo datar sementara
air matanya kini telah membasahi pipi.
“Sttt… Kau ini kan calon visual, bagaimana bisa kau menangis dengan
jelek seperti ini huh.” Bobby meletakkan jari telunjuk kanannya di bibir manis
Jisoo sementa tangan kirinya menghapus air mata Jisoo.
“Aniya... aku benci melihat hidupku sekarang ini. Bagaimana bisa
seumur hidupku hanya kugunakan untuk bersembunyi dari orang jahat itu.” gumam
Jisoo dalam hati tak sanggup mengucapkannya saat itu juga.
Bobby yang merasa bersalah karena telah mengatakan kata-kata yang
membuat Jisoo menangis segera meminta maaf. Sebenarnya namja itu sangat
tak menginginkan melihat yeoja menangis didepannya. Apalagi Jisoo karena
sebenarnya Bobby menaruh perasaan pada yeoja itu.
“Mianhae... sebenarnya aku sama sekali tak mengingikan
melihatmu seperti ini.” Bobby berusaha meminta maaf atas kesalahannya.
“Kau tak akan pernah tau bagaimana aku selalu menghindar dan
bersembunyi dari orang jahat itu.” ucap Jisoo terisak.
Namja yang selalu memikat banyak yeoja dengan
senyum kelincinya itu segera memeluk yeoja dihadapannya. Ia tau Jisoo
memang banyak mengalami tekanan, terutama terror yang selalu menghantui yeoja
itu.
“Menangislah dalam pelukanku jika itu bisa meringankan beban yang kau
alami.” gumam Bobby lirih memeluk Jisoo yang masih terisak.
“Aku akan menjadi matamu saat kau lelah melihat, aku akan menjadi
kakimu saat kau tak mampu berdiri. Aku juga yang akan menjadi tanganmu saat kau
tak mempu menjangkau.” ucap Bobby lirih.
Jisoo menangis sejadi-jadinya dalam pelukan namja berbadan
atletis itu. Dalam hati kecilnya ia ingin hidup normal seperti kebanyakan
remaja putri pada umumnya. Hidup di lingkungan keluarga baik-baik dengan ayah
dan ibu yang akur, pergi ke sekolah layaknya remaja pada umumnya dan memiliki
teman dekat juga kekasih seperti remaja putri lainnya. Tapi itu semua tak
sempat ia alami setelah kehilangan ibunya yang sangat ia sayangi melebihi
apapun. Ia bahkan sering iri melihat seorang yeoja yang bisa pergi
berbelanja bersama ibunya.
Kejadian itu membuat yeoja berparas cantik itu sedikit lebih
membuka diri pada teman-temannya. Kini ia tak pernah memikirkan lagi jika
ayahnya menyuruh anak buah membuntutinya karena ia akan menghadapi semua takdir
yang telah direncanakan Tuhan. Ia semakin mengakrabkan diri dengan teman satu
groupnya, tak seperti pemikiran awalnya jika ia bisa hidup dengan menahan
bebannya sendirian.
“Lalice~ya, Euna unnie kalian ini jangan seperti
anak kecil. Selalu bermain boneka dan meletakkannya di sembarang tempat. Cepat
rapikan boneka kalian!” teriak Jennie melihat dua orang membernya berlarian di
dalam dorm berebut boneka seperti anak kecil.
“Unnie, kau ini selalu mengacaukan permainan kami.” seru Lalice
sebal permainannya terpaksa berhenti karena perintah leader mereka.
“Jennie~ya biarkan unnie dan dongsaengmu itu
bermain. Kau tau kan mereka butuh refreshing setelah suntuk latihan.” sela
Eunbi ditenggah perdebatan itu.
“Euna unnie lebih baik kau membantuku mamasak ramyun untuk makan
malam.” teriak Jisoo yang sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur.
“Apa, malam ini kita makan ramyun lagi? Memangnya tak ada menu lain?”
teriak Euna menjawab perintah dongsaengnya tadi.
“Sudahlah makan saja apa yang ada, besok aku akan membeli makanan di
Cafetaria sebelum pulang.” Jennie menjanjikan pada membernya.
“Arraseo uri leader.” jawab Euna segera
berlari menuju dapur membantu Jisoo yang telah menunggunya.
Selang beberapa minggu Bobby tiba-tiba menitipkan sebuah pesan pada
Jennie pada sebuah kertas kecil diikuti sebuah surat yang tak boleh dibaca
sebelum waktu yang ditentukan. Surat itu ditujukan untuk Jisoo, dan waktu
Jennie untuk menyerahkan surat itu sudah disebutkan dalam selembar memo yang Jennie baca. Jennie tak mengerti maksud semua itu, tapi ia tak
ingin mengingkarinya dan tetap menjaga kerahasiaan surat itu.
“Ya! Kau berlatih sampai selarut ini sampai member lain telah
pulang. Ayo pulang bersamaku!” Bobby muncul dari lantai atas menuruni tangga
menemukan sosok Jisoo yang sedang duduk lemas di Cafetaria.
“Jiwon~ssi, kau juga berlatih sampai selarut ini?” Jisoo kaget
menemukan Bobby dengan mata sipitnya menyapanya dari tangga.
“Ini masih belum seberapa, Hanbin masih sibuk membuat lagu di ruang
latihan.” jawab Bobby merendah.
“Kajja!!” seru Bobby menggandeng tangan Jisoo berjalan
keluar dari gedung YG.
“Jiwon~ssi, kenapa kau tak menjauhiku seperti kebanyakan orang
jika mengetahui latar belakang keluargaku?” tanya Jisoo ditenggah perjalanan
mereka.
“Aku melakukannya karena menurutku orang sepertimu bukanlah orang yang
harus dihindari melainkan orang yang harus diberi support agar bisa terus
optimis menjalani hidup ini.” Bobby menjawab pertanyaan Jisoo dengan tersenyum.
Jisoo POV
Kali ini aku pulang bersama Kim Jiwon, namja bermata sipit yang
selalu berusaha membangkitkanku dari kematian. Jiwon selalu memberiku support
walaupun itu dilakukan secara tersirat. Setiap hari selalu menanyakan kabarku
dan kemajuanku dalam berlatih. Ditambah Jennie, leader dari groupku yang punya
kepribadian yang sama dengannya. Kedua orang itu tak pernah meninggalkanku saat
aku sedang terpuruk.
Perasaan tak enak menyelimutiku selama perjalanan ini, entah mengapa
aku merasa ada yang mengikuti kami. Tapi akupun tak berani berbalik untuk
mamastikannya. Semakin lama suara langkah kaki orang dibelakangku semakin
meyakinkanku jika orang itu mengikuti kami. Kuberanikan diri untuk berhenti dan
segera berbalik. Dibelakangku nampak seorang namja dewasa dengan hoodie
dan masker hitam juga sedang berhenti.
“Waeyo?” tanya Jiwon saat aku berbalik.
“Aniya.” ucapku sebagai jawaban.
Aku segera memberi kode pada Bobby untuk segera mempercepat langkah
kakinya. Sepertinya dia tau apa yang kumaksudkan dan segera mempercepat langkah
kakinya. Sementara namja yang berjalan dibelakang kami masih saja terus
mengikuti.
“Bobby, cepat lari!” ucapku melepaskan tangannya.
Aku segera berlari sekuat tenagaku berharap namja yang kurasa
antek-antek ayahku itu tak berhasil mengejarku. Namun yang kuharapkan sia-sia, namja
tadi masih saja terus mengikuti kami. Dia berhasil menjangkau tanganku dan aku
tak bisa melepaskannya.
“Ya! Siapa kau? Lepaskan aku!” teriakku pada namja
misterius bermasker hitam tadi.
“Ya! Lepaskan dia!” teriak Bobby yang kini berdiri tepat
dihadapanku dan namja misterius itu.
Namja itu mengeluarkan pisau lipat dari saku
celananya dan kini mengarahkaan pisau itu tepat di depan leherku. Itu semakin
menguatkan dugaanku jika dia orang bayaran ayahku yang membuntutiku dan akan
menghabisi nyawaku. Namja itu menyuruhku dan Bobby diam agar pisau yang
dipegangnya tak melukai siapapun.
“Ya! Cepat lepaskan dia!” teriak Bobby melawan, menendang kaki namja
itu hingga tersungkur.
Aku bebas dan kami berdua segera berlari. Aku berlari sekuat tenagaku
agar bisa segera terlepas dari namja misterius tadi. Tapi nasib malang
menimpaku dan namja itu masih bisa mengejar kami. Aku dan Bobby masih
terus berlari menghindar. Tak lama
kemudian namja itu kini berhasil menangkap
Bobby.
“Jisoo~ya.... cepat lari! Jangan perdulikan aku!” teriak
Bobby masih melakukan perlawanan pada namja tadi.
Aku terus berlari tanpa memperdulikan apapun, yang kuharap hanya aku
bisa melarikan diri dari namja yang memburuku. Aku berlari tanpa melihat
arah dan kurasakan benturan keras disertai suara klakson kendaraan besar
memekikkan telingaku sampai aku tak melihat apapun.
Bobby POV
Aku terus berusaha melawan namja misterius yang mengejar Jisoo.
Sebisa mungkin aku akan menahannya sampai Jisoo benar-benar aman. Aku masih
terus melawan walaupun namja itu mengeluarkan pisau lipatnya.
Sepertinya nasib buruk menimpaku, namja misterius itu melarikan
diri begitu berhasi menusukku tepat di perut bagian kanan bawah. Rasa sakit
memang kurasakan, tapi aku masih sanggup berjalan. Kini aku berjalan dengan
langkah terseret untuk mencari Jisoo. Aku berjalan menyusuri trotoar, tak lama kemudian
aku melihat kerumunan orang diseberang jalan. Setelah lampu hijau menyala, aku
segera menyeberang menuju kerumunan itu.
Perasaan khawatirku muncul dan aku segera masuk pada kerumunan itu. Aku
melihat yeoja yang kukenal terbaring disana dengan darah disekujur
tubuhnya. Tak kuasanya aku melihat keadaan Jisoo yang telah terbaring dengan
darah disekujur tubuhnya, terutama daerah matanya yang mengeluarkan banyak darah.
Air mataku tak bisa kutahan saat itu juga. Segera kuambil ponsel dan
menghubungi Jennie.
“Jennie~ya Jisoo mengalami kecelakaan dan aku ditusuk orang.
Kurasa setelah ini kita tak akan bisa bertemu lagi, aku telah melihat malaikat berbicara padaku.
Jangan lupa sampaikan surat yang kutitipkan padamu! Jaga dirimu!” ucapku
tersenyum dari seberang panggilan.
“Oppa kau bercanda?” tanya suara diseberang.
“Aku tak sedang bercanda Jennie~ya. Kulihat mata Jisoo mengeluarkan
banyak darah, jika terjadi sesuatu dengan pengelihatannya
ambillah mataku sebagai penggantinya. Kumohon, lakukan ini untukku. Jaga dirimu… Jennie~ya!” ucapku
tersendat menahan rasa sakit yang teramat pada bagian perutku yang ditusuk
tadi.
“Oppa... Oppa....” suara terakhir yang mampu kudengar
sebelum aku ambruk tak mampu menahan rasa sakit itu.
Author POV
Suara ambulance terdengar di jalanan kota Seoul. Membawa seorang yeoja
dan seorang namja didalamnya. Ambulance itu terlihat sedang terburu-buru
menuju rumah sakit untuk menyelamatkan orang-orang didalamnya.
-000-
Dalam sebuah ruang perawatan terlihat seorang yeoja yang
terbaring disana ditemani beberapa yeoja lain dalam ruangan yang sama.
Telah melewati waktu seminggu, namun yeoja itu masih belum siuman juga.
Seorang yeoja yang duduk pada sebuah kursi terlihat tengah cemas
memegang tangan pasien yang belum siuman itu.
“Unnie, kenapa semuanya jadi seperti ini. Ayolah cepat bangun,
aku tak mau kehilangan satu lagi orang yang kusayangi.” ucap yeoja itu
lirih.
Hari ini telah memasuki hari ke-8 yeoja itu terbaring disana.
Selang infus masih terpasang disana, juga alat bantu pernapsan untk menopang
suplai oksigen. Yeoja bernama Jennie itu tetap berkeras hati tak ingin
meninggalkan rumah sakit sebelum temannya siuman.
“Jennie~ya, kenapa kau tidur disini? Lebih baik kau pulang, biar
aku yang ganti menjaganya.” ucap Eunbi sebagai unnie tertua dalam group.
“Ani, aku ingin menemani Jisoo unnie sampai dia membuka matanya lagi dan tersenyum padaku.” ucap yeoja
bernama Jennie.
Dua minggu telah berlalu semenjak kejadian itu, Jisoo kini telah
siuman.
“Mana Jiwon?” tanya Jisoo begitu terbangun dari tidur panjangnya.
“Bobby oppa... aku… tak sanggup mengatakannya padamu, unnie.” ucap
Jennie terpenggal dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
“Waeyo? Ada apa dengan Jiwon?” tanya Jisoo semakin khawatir
melihat Jennie yang kini tak bisa menahan air matanya.
“Aku akan memberitahumu setelah kau pulang dari rumah sakit.” jawab
Jennie berlari keluar ruangan tak ingin memperlihatkan air matanya pada Jisoo.
-000-
“Dia menitipkan ini padamu.” ucap Jennie menyerahkan surat yang Bobby
titipkan.
Dengan perlahan Jisoo membuka amplop berisikan surat itu. Mencermati
tiap huruf yang tertulis disana, membacanya sampai ia sendiri tak sadar
telah mengeluarkan air mata. Jisoo menangis dan tak mempercayai apa yang telah
ia baca.
“Jisoo~ssi, kurasa kau tak akan pernah
bisa menemuiku lagi setelah membaca surat ini. Entah mengapa beberapa hari ini aku
merasa telah dibuntuti malaikat pencabut nyawa yang telah siap membawaku dengan
lift menuju surga. Aku menyayangimu sejak pertama kali kita bertemu, tapi aku
tak pernah menunjukkannya padamu karena aku tak mau membuatmu terluka pada
akhirnya. Aku tak akan banyak bicara padamu. Aku hanya akan menjadi matamu saat
kau membutuhkan, menjadi kakimu saat kau tak mampu berdiri dan menjadi tanganmu
saat kau tak mampu menggapai. Aku menyayangimu, jaga dirimu baik-baik. Tetaplah
berjuang untuk menjadi bintang Hallyu, fighting!”
“Ini bukan kenyataan kan?” gumam Jisoo begitu selesai membaca surat
itu.
Jisoo POV
Aku berjalan dengan gontai membawa rangkaian bunga mawar menuju sebuah
tempat di daerah Ilsan. Sebenarnya aku masih tak mempercayai semua ini, aku
ingin mengelak dari kenyataan. Tapi takdir tak mengizinkanku untuk sekali saja
bisa mengucapkan terima kasih padanya. Aku yang selama ini telah banyak
merepotkannya dan tak sempat membalas semua kebaikannya.
“Jiwon~ssi, kenapa kau sama sekali tak memberiku kesempatan
untuk mengucapkan terimakasihku?” ucapku meletakkan bunga itu pada sebuah loker
kaca yang berisi sebuah gucci dengan beberapa foto namja didalamnya.
“Kenapa kau tak menghukumku, orang yang telah membuat nyawamu
melayang?” ucapku terpenggal.
“Kau justru membuatku semakin merasa bersalah dengan memberikan mata
indahmu padaku.” lanjutku masih berbicara didepan loker kaca itu.
“Seharusnya kau membiarkanku kehilangan pengelihatanku sebagai hukuman
telah membuatmu pergi, Jiwon~ssi.” ucapku menahan air mata ini mengalir
kembali.
“Kenangan indah bersamamu kini terasa seperti pisau belati untukku… Jiwon~ssi” gumamku lirih.
“Kau tau, terkadang cinta akan muncul disaat orang yang kau kasihi
justru telah pergi jauh darimu.” ucapku sebelum pergi dari tempat itu.
Aku tak menyadari betapa berartinya seorang Kim Jiwon bagiku
sebelumnya. Ternyata dialah orang yang bisa membuatku mengerti makna hidup ini dan mengajarkanku makna cinta secara tak langsung. Kurasa aku tak akan
menemukan orang seperti itu lagi di dunia ini. Aku mendapatkan banyak palajaran
berharga darinya, dan aku tak akan pernah bisa membalas semua kebaikannya. Tapi
aku akan terus mengenangnya di dalam lubuk hatiku yang paling dalam sebagai
seorang Kim Jiwon, malaikatku yang selalu menjagaku.