Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Senin, 25 Agustus 2014

[Angst] Probably Perfect

Diposting oleh Unknown di 08.33




Tittle
Probably Perfect
Author 
HalfAngel
Main Cast
Kim Jisoo as Kim Jisoo

Kim Jiwon (Bobby) as Kim Jiwon (Bobby)
Other Cast
Team B member and Pink Punk member
Special Cameo
Yang Hyunsuk CEO
Genre
Friendship, Angst, Hurt (maybe)
Length
Oneshot
Rating
T
Summary
“Kenangan indah bersamamu kini terasa seperti pisau belati untukku…  Jiwon~ssi


Yeayy setelah hiatus berbulan-bulan akhirnya author meluncurkan satu fanfic lagi. Author merasa terpanggil setelah postingan author akhirnya ada yang kasih komentar juga. Kali ini author bawa fanfic anak YG Ent. lagi. Sebenernya pingin buat yang sad, tapi entahlah ini fanfic bisa buat reader menitihkan air mata atau nggak, hehe… Ok, kalo fanfic ini bisa diterima dengan baik dan ada yang kasih komentar author bakal meneruskan fakta Winner part 2 yang belum semuanya diposting. O iya berkat doa kalian semua, kini author udah jadi siswa magang. Doain aja semoga betah dan bisa melakukan pekerjaan author di tempat magang dengan baik^^. Ok, fanfic ini adalah fanfic ketiga author. HAPPY READING!! :)




"Aku benci melihat diriku seperti ini."

“Bisakah aku mengakhiri hidupku yang menyedihkan ini?”

Aku, yeoja yang kini terpaksa menjadi trainee di YG Entertaintment hanya untuk menjamin kelangsungan hidupku. Aku memang sengaja melakukannya karena keluargaku yang telah hancur. Tak ada yang bisa diselamatkan dari keluargaku, harta, cinta, bahkan nyawa ummaku harus dikorbankan karena kekejaman orang yang telah tiga tahun ini tak pernah lagi kupanggil appa. Semuanya telah habis sampai akhirnya aku menuju gedung YG Entertaintment untuk mengikuti audisi dan diterima.

Bahkan saat ini tak ada yang bisa kupercaya untuk menjadi seorang teman. Apalagi cinta, sejak kejadian mengejutkan itu menimpa umma dan membuat ummaku pergi selamanya aku sama sekali tak pernah mau mengenal cinta. Karena cinta yang kutahu hanya cintaku pada ummaku. Tujuanku saat ini hanya ingin cepat debut dan mendapat banyak uang untuk membalas semua perbuatan mantan ayahku itu.

Akupun terpaksa keluar dari sekolah karena tak ada yang bisa menjadi dorongan aku terus melanjutkan pendidikan. Ummaku yang menginginkan melihatku bisa mendapat gelar sarjana telah pergi, lalu apa lagi yang bisa kujadikan alasan tetap berada di neraka pendidikan itu. Di tempat itu aku bahkan sama sekali tak mendapat kata wellcome dari hampir seluruh penghuni sekolah, terror, bullying dan semuanya selalu kuterima disana hanya karena keluargaku yang telah berantakan.

Aku membenci semua orang kecuali orang-orang yang ada di gedung YG. Mereka telah mengambilku dari kerasnya kehidupan, mereka juga yang telah membimbing dan mendukungku. Tak seperti orang lain yang hanya bisa mengacuhkanku dan tak pernah sedikitpun melirikku. Yang mereka fikirkan saat melihatku mungkin hanyalah seekor anjing jalanan kotor yang tak akan mungkin bisa berguna bagi mereka.

Dimataku YG sajangnim adalah sosok ayah penggantiku. Walaupun dia kerap kali membentakku dalam evaluasi bulanan, tapi kurasa disitulah letak kasih sayangnya pada semua anak didiknya. Ia juga tak pernah menganggap artis dibawah naungannya sebagai penghasil uang baginya, tapi ia lebih menganggap mereka semua sebagai keluarganya sendiri. Itulah yang kusukai dari orang tua itu, dia mendidik dengan keras dan membuat murid-muridnya menjadi artis yang dikenal dunia.

Pada evaluasi bulanan kali ini akan dibentuk trainee group, dimana setelah berhasil terpilih menjadi sebuah group orang yang terpilih akan difokuskan latihan secara group. Trainee group akan dilatih bekerjasama dalam team dan kemungkinan besar mereka akan debut bersama sebagai sebuah group. Jika berhasil melewati tahap ini maka aku telah berhasil terbentuk sebagai sebuah group baru. Aku berharap aku akan terpilih dan bekerja lebih keras lagi supaya secepatnya didebutkan menjadi sebuah girl group terkemuka.

Ya! Kau harus bekerja keras hari ini.” seru seorang yeoja yang berjalan dibelakangku.

“Tentu saja, bukankah aku selalu bekerja keras.” ucapku pada yeoja yang sekarang berjalan beriringan denganku menuju tempat diadakannya evaluasi bulanan.

Jennie~ya, kau yakin kali ini kita akan terpilih?” tanyaku pada yeoja tadi.

“Optimislah, jika kita berhasil menjadi satu group kau harus meresmikan pertemanan kita menjadi persahabatan. Yakseo!” jawab yeoja bernama Jennie tadi bersemangat lalu membuka pintu ruangan dan mengucapkan salam.

Aku mengikutinya mengucapkan salam pada semua orang yang telah menunggu. Kulihat diantara mereka ada beberapa staff dan juga beberapa sunbae kami, aku dan beberapa trainee lain masuk mengucapkan salam dan membungkuk 90Āŗ. Beberapa saat kemudian CEO kami yang terhormat datang mengucapkan salam dan duduk layaknya seorang boss besar. Orang tua itu memanggil kami satu per satu untuk maju dan memperlihatkan seberapa besar kemajuan yang telah kami alami. Aku sangat gugup saat namaku yang dipanggil. Aku segera maju dan memperlihatkan hasil keringat latihanku selama sebulan ini.

Tiba saatnya pemberian komentar oleh CEO, dan sudah dapat ditebak kalau orang itu akan mengucapkan komentar-komentar pedasnya. Itulah hal yang selalu ditunggu seluruh trainee YG Entertaintment, bahkan artisnya sekalipun. Walaupun CEO juga menyebutkan kalau kami banyak mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu. Dan inilah saat paling menentukan yang telah ditunggu seluruh trainee yang ada disana.

Gurae, kalian telah bekerja keras sebulan ini. Aku sangat berterimakasih atas kerja keras kalian, kuputuskan akan membuat sebuah group diantara kalian.” ucap CEO diakhir penilaiannya.

Kami semua yang ada disana hanya bisa terdiam saking gugupnya.

“Eunbi, Jennie, Lalice, Euna, dan Jisoo. Kalian mulai saat ini akan menjadi member sementara calon girl group baru YG Entertaintment. Member ini belum sepenuhnya resmi, jadi mungkin akan ada penambahan maupun pengurangan member. Kalian harus bekerja keras bersama untuk itu.” ucap CEO yang hanya diikuti anggukan oleh kami yang disebutkan tadi.

“Nama group kalian adalah ‘Pink Punk’. Mulai saat ini kalian akan tinggal di dorm kalian.” tambah CEO yang membuat kebahagiaan kami semakin bertambah.

Semua orang yang memang datang untuk evaluasi bulanan ini telah meninggalkan ruangan kecuali kami berlima yang telah dipanggil CEO tadi. Kami berdiskusi untuk segera membawa dan mengemasi barang-barang dari rumah ke dorm. Kecuali aku yang memang telah lama tinggal di gedung YG untuk menghindari terror dari ayahku sendiri yang mencariku untuk membunuhku demi ketanangan hidupnya. Aku hanya perlu mengemasi sedikit dari barang-barangku untuk pindah ke dorm kami.

Bobby POV

Aku keluar dari ruang latihan dan melihat beberapa yeoja yang baru keluar dari ruangan dengan pintu bertuliskan “Monthly Evaluation”. Kurasa mereka baru saja dibentuk menjadi sebuah group baru seperti yang dirumorkan beberapa staff saat aku sedang makan siang di cafetaria tadi. Aku memang mengenal mereka semua, terutama yeoja berwajah jutek yang lumayan cantik. Yeoja bernama Jennie Kim itu memang temanku, kami mengenal satu sama lain saat audisi karena sama-sama bisa berbahasa Inggris. Sedangkan yeoja berparas paling cantik disana yang bernama Jisoo, aku mengenalnya saat menemani temanku ke makam ayahnya.

#Flashback

Donghyuk~ah, aku akan menunggu diluar.” ucapku pada temanku yang akan menjenguk ayahnya.

Ne hyung.” jawab namja itu.

Umma, kenapa hidupku sekarang jadi seperti ini? Aku benci melihat diriku sendiri.” terdengar suara seorang yeoja yang berada di dalam.

Umma... haruskah aku pergi menyusulmu dengan tenang? Aku sangat membenci orang brengsek itu, dia yang telah membunuhmu dan sekarang mencariku untuk segera mengakhiri hidupku. Apakah orang seperti itu masih pantas kupanggil appa?” teriak seorang yeoja yang ada didalam, kurasa ia sedang  benar-benar sedih.

Tak berapa saat kemudian yeoja yang berteriak tadi keluar dari dalam dengan pakaian serba hitam, mulai dari celana hitam dan hoodie yang ia kenakan. Ia juga menutupi matanya yang mungkin telah sembab dengan kaca mata hitamnya. Tak berapa lama kemudian Donghyuk telah sesesai mengunjungi makam ayahnya dan mengajakku segera menuju gedung YG Entertaintment. Tak kusangka yeoja yang tadi ada di makam juga memasuki gedung YG Entertaintment. Selang beberapa hari kemudian aku melihat Jennie berjalan dengan yeoja itu. Jennie memperkenalkanku sebagai temannya dan yeoja itu memperkenalkan dirinya sebagai Kim Jisoo.

#End of Flashback

Jennie~ya, annyeong!” sapaku pada temanku yang satu ini dengan senyum khasku.

Jiwon oppa! Annyeong! Kau tau, kami berhasi! Yeayy!!!” ucapnya tak berhenti melompat didepanku.

Aa.. jeongmalyeo? Lalu apa nama group kalian?” tanyaku penasaran.

“Tentu saja, nama group kami adalah ‘Pink Punk’. Nama yang bagus kan, hahaha...” jawab Jennie sangat bersemangat menyebutkan nama groupnya.

“Bagus, kalian harus bekerja keras mulai saat ini!” ucapku menyemangati mereka.

“Itu sudah pasti, bukankah adikmu ini memang selalu bekerja keras?” jawabnya menaggapi pernyataanku.

Gurae gurae.... kalau begitu aku pergi duluan, pai pai...” ucapku berpamitan.

Pai pai...” ucap Jennie melambai-lambaikan tangannya.

Yeoja bernama Jennie tadi memang yeoja yang tampaknya dari luar hanyalah yeoja pendiam yang sangat jutek. Tapi jika kau telah mengenalnya, dia bukanlah yeoja yang seperti kau pikirkan tadi. Dia bahkan menganggapku sebagai kakaknya walaupun perbedaan usia kami tak sampai satu bulan. Dia akan jadi yeoja yang ramah dan ceria jika kau telah mengenalnya. Sedangkan Jisoo kepribadiannya hampir sama dengan Jennie, hanya saja Jisoo bukan orang yang akan berlaku ceria seperti Jennie. Mungkin karena tekanan yang telah ia alami sehingga membuatnya kehilangan keceriaan seperti kebanyakan yeoja lainnya.

Sebenarnya aku memang tertarik pada yeoja bernama Jisoo itu, tapi aku sama sekali tak berani menunjukkannya dan menyatakannya. Aku takut yeoja itu justru akan menjauh jika aku melakukannya. Hanya berbicara padanya saja kurasa itu sudah cukup, aku tak akan mungkin mau membuatnya terluka karena masa lalu yang telah ia alami. Kurasa masalah keluarganya memang membuatnya menjadi yeoja yang sangat menghindari pergaulan. Apalagi kudengar ia telah mengalami banyak terror dan hinaan selama masa sekolahnya. Walaupun aku sangat ingin mendekatinya, tapi sampai saat ini aku hanya dapat berbincang dengannya seperti temannya saja.

Aku sangat mengerti apa yang ia rasakan walaupun aku sendiri tak mengalami pengalaman hidup seperti yang ia alami. Aku tau bagaimana perasaannya jauh dari keluarga, walaupun lebih tepatnya kehilangan keluarga. Kurasa aku akan memilih untuk bunuh diri jika itu terjadi padaku daripada harus menahan beban psikologi yang sangat besar. Kurasa aku tak akan sanggup untuk mengalaminya. Aku saja yang jauh dari seluruh keluargaku yang bekerja di Amerika merasa sangat sedih, bagaimana dengannya yang saat ini memutuskan untuk hidup sendirian dengan membenci ayahnya sendiri.

Author POV

Group baru bernama Pink Punk itu memasuki asrama baru mereka dan segera menata barang-barang yang telah mereka bawa. Pembagian kamar mereka juga telah diatur, Jennie dan Jisoo dalam satu kamar, Lalice dan Euna menempati kamar lain bersama Eunbi. Pembagian itu telah diatur sedemikian rupa oleh Jennie sebagai leader mereka. Itulah tradisi YG Entertaintment, yang usianya berada ditengah-tengah yang menjadi leader. Leader group YG bukan dipilih berdasarkan usia tertua karena menurut YG CEO yang usianya ditengah akan lebih bisa memimpin dan memahami dongsaeng member dan unnie/hyung member.

"Jennie~ya apa kau bisa mengizinkanku untuk tetap tinggal di gedung YG saja?" tanya Jisoo pada leadernya yang kini sedang tiduran di atas kasur.

"Memangnya kenapa? Dormnya tak menarik?" jawab Jennie balik bertanya.

"Bukan begitu, aku tak ingin membahayakan nyawa kalian saat sedang bersamaku." jawab Jisoo melirik ke tempat tidur sebelahnya.

"Maksudmu ayahmu? Tenang saja, dorm kita dilengkapi keamanan yang tinggi. Kita akan pergi ke gedung YG bersama dan pulang bersama, kau tak perlu khawatir." ucap Jennie berusaha menenangkan roomatenya.

"Arraseo..." Jisoo hanya bisa menuruti perkataan leadernya itu.

Pagi ini seluruh trainee dikumpulkan karena akan ada rencana pembuatan teaser yang akan diumumkan oleh pihak YG Entertaintment. Rencananya teaser itu akan dipublikasikan kepada publik bahwa YG Entertaintment akan segera mendebutkan group baru. Semua trainee yang telah dibentuk trainee group tentunya telah berdoa agar group mereka yang dipilih untuk segera didebutkan. Tak ada yang merasa tenang, seluruhnya merasa gelisah akan keputusan yang dibuat oleh YG CEO.

Setelah semua group trainee duduk di ruang pertemuan, tepatnya di aula acara segera dimulai. Kedatangan YG CEO yang telah dinantikan sedari tadi membuat trainee yang menunggu semakin merasa gelisah. Keringat dingin mengucur dari masing-masing trainee menunggu keputusan yang akan segera disampaikan Yang Hyunsuk Sajangnim. Semua trainee terdiam setelah mengucapkan salam dan membungkuk 90° pada presiden YG Entertaintment itu.

"Keputusanku kali ini kuharap bisa membuat kalian semua semakin bekerja keras." Yang CEO memulai pidatonya.

"Tahun 2014 nanti, mungkin aku telah menetapkan sebagai tahun YG dan akan mendebutkan 4 group sekaligus." tambah Yang CEO dengan nada khasnya yang selalu ditirukan beberapa artis didikannya.

"Yang pertama tentu saja Akdong Musician yang akan kudebutkan pertama. Lalu masih akan dipertimbangkan lagi apakah girl group atau boy group dulu yang akan didebutkan." ucap Yang CEO memberi penekanan pada kata didebutkan.

"Mungkin aku akan membuat survival program untuk menentukan boy group mana yang akan didebutkan terlebih dahulu. Tapi sebelumnya YG akan memberikan teaser group girl untuk membuat publik penasaran. Pink Punk bersiap-siap untuk membuat teaser kalian."

"Dalam survival program nanti grop Hanbin bernama Team B dan group Mino dengan nama Team A harus menarik perhatian pemirsa, yang mendapat polling terbanyaklah yang akan debut duluan dengan nama Winner. Kalian mengerti?"

"Ne.... Algeseumnida." ucap semua trainee berbarengan di ruangan itu.

Semua trainee yang telah terpilih merasa lega, tapi tentunya mereka harus bekerja lebih keras dari sebelumnya. Jika setelah terpilih mereka hanya bermalas-malasan maka konsekuensinya harus siap ditendang dari YG Entertaintment. Begitu pula dengan pink punk yang waktu debutnya belum ditentukan, tapi keutusan Yang CEO untuk memperkenalkan mereka ke publik akan cukup menguntungkan mereka.

"Jennie~ya chukhae, kau akan segera dikenal publik." Bobby mendekati dongsaengnya dan mengucapkan selamat.

"Hhaha… bukankah kau juga begitu." Jennie menepuk pundak Bobby yang kini berjalan beriringan dengannya.

Jisoo~ssi, kau harus lebih bekerja keras kali ini. Fighting!” Bobby memalingkan pandangannya dan beralih menyemangati Jisoo.

“Tentu saja aku akan lebih bekerja keras. Kau juga, fighting!” Jisoo kini balas menyemangati Bobby.

“Ayo kita rayakan! Bagaimana kalau kita BBQ party di restoran keluarga Yunhyeong.” Bobby dengan begitu semangat mengajak seluruh member Pink Punk dan Team B pesta BBQ.

“Tentu saja kalau diajak makan aku tak akan menolak. Guys, mala mini kita BBQ party yeayy!!” teriak Jennie sangat bersemangat jika sudah membicarakan tentang makanan.

Seluruh member Team B dan Pink Punk berjalan bersama menuju tempat parkir. Mereka semua seperti rencana mengadakan BBQ party di tempat Yunhyeong dengan mobil kantor YG. Mereka menggunakan dua mobil kantor YG, satu mobil untuk member Pink Punk dan mobil lainnya untuk member Team B. Selama perjalanan mereka semua terus bernyanyi di dalam mobil seperti anak playgroup yang sedang melakukan perjalanan menuju pulau Jeju. Bagaimanapun kebahagiaan trainee yang telah mencapai level ini akan sangat berbeda jika dibandingkan para trainee yang masih tetap harus berjuang keras meningkatkan kemampuan mereka.

Hyung, harusnya kita tadi mengajak Team A hyung juga.” Donghyuk sang magnae mulai merengek pada hyung-hyungnya.

“Sebenarnya aku ingin mengajak mereka juga Donghyuk~ah, tapi mereka sudah pulang ke dorm mereka. Jadi aku tak bisa memaksakan diri untuk mengajak mereka juga.” ucap leader Team A yang duduk di kursi paling belakang.

“Huh, pasti akan sangat menyenangkan jika Mino hyung bersama kita.” Donghyung mempoutkan bibirnya melakukan aegyo karena keinginannya tak dipenuhi.

Ya ya ya! Sudahlah, lain kali kita bisa mengajak Team A hyung makan bersama kan?” ucap Jinhwan menengahi.

Mereka disibukkan dengan perdebatan untuk mengajak Team A hyung sampai waktu mereka menuju rumah Yunhyeong terasa begitu singkat. Mereka segera turun dari mobil dan mengucapkan salam pada kedua orang tua Yunhyeong juga adik perempuan Yunhyeong yang kebetulan telah pulang sekolah. Yunhyeong sibuk mempersiapkan peralatan sementara namja yang lain bersama para yeoja menata meja di restoran kecil itu.

Mereka semua sangat menikmati daging panggang yang disajikan dan dimasak secara bersama-sama. Daging sapi yang disajikan di restoran keluarga Yunhyeong memang daging sapi korea yang sudah tak diragukan lagi kelezatannya. Junhoe bahkan membuat banyak lelucon untuk menghidupkan suasana, terutama untuk menghibur Donghyuk yang masih menjadi hyungnya itu walaupun selalu  mengaku sebagai magnae saat melakukan perkenalan.

Jisoo~ssi apa kau baik-baik saja? Kenapa dari tadi kau hanya diam dan tak tersenyum sama sekali.” Bobby memberanikan diri untuk bertanya pada yeoja pendiam itu.

“Umm, aku hanya sedikit memikirkan masalahku. Aku takut akan membahayakan teman-temanku jika mereka terus bersamaku.” jawab Jisoo tanpa berani menatap mata namja yang bertanya padanya.

“Apakah ayahmu masih terus memburumu? Memangnya apa dia tak akan merasa kehilangan jika telah membunuh darah dagingnya sendiri?” Bobby masih tetap mempertanyakan hal yang mungkin bisa membuat yeoja malang itu menangis.

“Kau hanya tak tau bagaimana dia telah membunuh ibuku setelah menyiksanya secara perlahan. Ia juga telah menikah dengan orang lain, kurasa ia akan mendapatkan banyak keuntungan jika aku mati.” jawab Jisoo datar sementara air matanya kini telah membasahi pipi.

“Sttt… Kau ini kan calon visual, bagaimana bisa kau menangis dengan jelek seperti ini huh.” Bobby meletakkan jari telunjuk kanannya di bibir manis Jisoo sementa tangan kirinya menghapus air mata Jisoo.

Aniya... aku benci melihat hidupku sekarang ini. Bagaimana bisa seumur hidupku hanya kugunakan untuk bersembunyi dari orang jahat itu.” gumam Jisoo dalam hati tak sanggup mengucapkannya saat itu juga.

Bobby yang merasa bersalah karena telah mengatakan kata-kata yang membuat Jisoo menangis segera meminta maaf. Sebenarnya namja itu sangat tak menginginkan melihat yeoja menangis didepannya. Apalagi Jisoo karena sebenarnya Bobby menaruh perasaan pada yeoja itu.

Mianhae... sebenarnya aku sama sekali tak mengingikan melihatmu seperti ini.” Bobby berusaha meminta maaf atas kesalahannya.

“Kau tak akan pernah tau bagaimana aku selalu menghindar dan bersembunyi dari orang jahat itu.” ucap Jisoo terisak.

Namja yang selalu memikat banyak yeoja dengan senyum kelincinya itu segera memeluk yeoja dihadapannya. Ia tau Jisoo memang banyak mengalami tekanan, terutama terror yang selalu menghantui yeoja itu.

“Menangislah dalam pelukanku jika itu bisa meringankan beban yang kau alami.” gumam Bobby lirih memeluk Jisoo yang masih terisak.

“Aku akan menjadi matamu saat kau lelah melihat, aku akan menjadi kakimu saat kau tak mampu berdiri. Aku juga yang akan menjadi tanganmu saat kau tak mempu menjangkau.” ucap Bobby lirih.

Jisoo menangis sejadi-jadinya dalam pelukan namja berbadan atletis itu. Dalam hati kecilnya ia ingin hidup normal seperti kebanyakan remaja putri pada umumnya. Hidup di lingkungan keluarga baik-baik dengan ayah dan ibu yang akur, pergi ke sekolah layaknya remaja pada umumnya dan memiliki teman dekat juga kekasih seperti remaja putri lainnya. Tapi itu semua tak sempat ia alami setelah kehilangan ibunya yang sangat ia sayangi melebihi apapun. Ia bahkan sering iri melihat seorang yeoja yang bisa pergi berbelanja bersama ibunya.

Kejadian itu membuat yeoja berparas cantik itu sedikit lebih membuka diri pada teman-temannya. Kini ia tak pernah memikirkan lagi jika ayahnya menyuruh anak buah membuntutinya karena ia akan menghadapi semua takdir yang telah direncanakan Tuhan. Ia semakin mengakrabkan diri dengan teman satu groupnya, tak seperti pemikiran awalnya jika ia bisa hidup dengan menahan bebannya sendirian.

Lalice~ya, Euna unnie kalian ini jangan seperti anak kecil. Selalu bermain boneka dan meletakkannya di sembarang tempat. Cepat rapikan boneka kalian!” teriak Jennie melihat dua orang membernya berlarian di dalam dorm berebut boneka seperti anak kecil.

Unnie, kau ini selalu mengacaukan permainan kami.” seru Lalice sebal permainannya terpaksa berhenti karena perintah leader mereka.

Jennie~ya biarkan unnie dan dongsaengmu itu bermain. Kau tau kan mereka butuh refreshing setelah suntuk latihan.” sela Eunbi ditenggah perdebatan itu.

“Euna unnie lebih baik kau membantuku mamasak ramyun untuk makan malam.” teriak Jisoo yang sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur.

“Apa, malam ini kita makan ramyun lagi? Memangnya tak ada menu lain?” teriak Euna menjawab perintah dongsaengnya tadi.

“Sudahlah makan saja apa yang ada, besok aku akan membeli makanan di Cafetaria sebelum pulang.” Jennie menjanjikan pada membernya.

Arraseo uri leader.” jawab Euna segera berlari menuju dapur membantu Jisoo yang telah menunggunya.

Selang beberapa minggu Bobby tiba-tiba menitipkan sebuah pesan pada Jennie pada sebuah kertas kecil diikuti sebuah surat yang tak boleh dibaca sebelum waktu yang ditentukan. Surat itu ditujukan untuk Jisoo, dan waktu Jennie untuk menyerahkan surat itu sudah disebutkan dalam selembar memo yang Jennie baca. Jennie tak mengerti maksud semua itu, tapi ia tak ingin mengingkarinya dan tetap menjaga kerahasiaan surat itu.

Ya! Kau berlatih sampai selarut ini sampai member lain telah pulang. Ayo pulang bersamaku!” Bobby muncul dari lantai atas menuruni tangga menemukan sosok Jisoo yang sedang duduk lemas di Cafetaria.

Jiwon~ssi, kau juga berlatih sampai selarut ini?” Jisoo kaget menemukan Bobby dengan mata sipitnya menyapanya dari tangga.

“Ini masih belum seberapa, Hanbin masih sibuk membuat lagu di ruang latihan.” jawab Bobby merendah.

Kajja!!” seru Bobby menggandeng tangan Jisoo berjalan keluar dari gedung YG.

Jiwon~ssi, kenapa kau tak menjauhiku seperti kebanyakan orang jika mengetahui latar belakang keluargaku?” tanya Jisoo ditenggah perjalanan mereka.

“Aku melakukannya karena menurutku orang sepertimu bukanlah orang yang harus dihindari melainkan orang yang harus diberi support agar bisa terus optimis menjalani hidup ini.” Bobby menjawab pertanyaan Jisoo dengan tersenyum.

Jisoo POV

Kali ini aku pulang bersama Kim Jiwon, namja bermata sipit yang selalu berusaha membangkitkanku dari kematian. Jiwon selalu memberiku support walaupun itu dilakukan secara tersirat. Setiap hari selalu menanyakan kabarku dan kemajuanku dalam berlatih. Ditambah Jennie, leader dari groupku yang punya kepribadian yang sama dengannya. Kedua orang itu tak pernah meninggalkanku saat aku sedang terpuruk.

Perasaan tak enak menyelimutiku selama perjalanan ini, entah mengapa aku merasa ada yang mengikuti kami. Tapi akupun tak berani berbalik untuk mamastikannya. Semakin lama suara langkah kaki orang dibelakangku semakin meyakinkanku jika orang itu mengikuti kami. Kuberanikan diri untuk berhenti dan segera berbalik. Dibelakangku nampak seorang namja dewasa dengan hoodie dan masker hitam juga sedang berhenti.

Waeyo?” tanya Jiwon saat aku berbalik.

Aniya.” ucapku sebagai jawaban.

Aku segera memberi kode pada Bobby untuk segera mempercepat langkah kakinya. Sepertinya dia tau apa yang kumaksudkan dan segera mempercepat langkah kakinya. Sementara namja yang berjalan dibelakang kami masih saja terus mengikuti.

“Bobby, cepat lari!” ucapku melepaskan tangannya.

Aku segera berlari sekuat tenagaku berharap namja yang kurasa antek-antek ayahku itu tak berhasil mengejarku. Namun yang kuharapkan sia-sia, namja tadi masih saja terus mengikuti kami. Dia berhasil menjangkau tanganku dan aku tak bisa melepaskannya.

Ya! Siapa kau? Lepaskan aku!” teriakku pada namja misterius bermasker hitam tadi.

Ya! Lepaskan dia!” teriak Bobby yang kini berdiri tepat dihadapanku dan namja misterius itu.

Namja itu mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya dan kini mengarahkaan pisau itu tepat di depan leherku. Itu semakin menguatkan dugaanku jika dia orang bayaran ayahku yang membuntutiku dan akan menghabisi nyawaku. Namja itu menyuruhku dan Bobby diam agar pisau yang dipegangnya tak melukai siapapun.

Ya! Cepat lepaskan dia!” teriak Bobby melawan, menendang kaki namja itu hingga tersungkur.

Aku bebas dan kami berdua segera berlari. Aku berlari sekuat tenagaku agar bisa segera terlepas dari namja misterius tadi. Tapi nasib malang menimpaku dan namja itu masih bisa mengejar kami. Aku dan Bobby masih terus berlari menghindar. Tak lama kemudian namja itu kini berhasil menangkap Bobby.

Jisoo~ya.... cepat lari! Jangan perdulikan aku!” teriak Bobby masih melakukan perlawanan pada namja tadi.

Aku terus berlari tanpa memperdulikan apapun, yang kuharap hanya aku bisa melarikan diri dari namja yang memburuku. Aku berlari tanpa melihat arah dan kurasakan benturan keras disertai suara klakson kendaraan besar memekikkan telingaku sampai aku tak melihat apapun.

Bobby POV

Aku terus berusaha melawan namja misterius yang mengejar Jisoo. Sebisa mungkin aku akan menahannya sampai Jisoo benar-benar aman. Aku masih terus melawan walaupun namja itu mengeluarkan pisau lipatnya.

Sepertinya nasib buruk menimpaku, namja misterius itu melarikan diri begitu berhasi menusukku tepat di perut bagian kanan bawah. Rasa sakit memang kurasakan, tapi aku masih sanggup berjalan. Kini aku berjalan dengan langkah terseret untuk mencari Jisoo. Aku berjalan menyusuri trotoar, tak lama kemudian aku melihat kerumunan orang diseberang jalan. Setelah lampu hijau menyala, aku segera menyeberang menuju kerumunan itu.

Perasaan khawatirku muncul dan aku segera masuk pada kerumunan itu. Aku melihat yeoja yang kukenal terbaring disana dengan darah disekujur tubuhnya. Tak kuasanya aku melihat keadaan Jisoo yang telah terbaring dengan darah disekujur tubuhnya, terutama daerah matanya yang mengeluarkan banyak darah. Air mataku tak bisa kutahan saat itu juga. Segera kuambil ponsel dan menghubungi Jennie.

Jennie~ya Jisoo mengalami kecelakaan dan aku ditusuk orang. Kurasa setelah ini kita tak akan bisa bertemu lagi, aku telah melihat malaikat berbicara padaku. Jangan lupa sampaikan surat yang kutitipkan padamu! Jaga dirimu!” ucapku tersenyum dari seberang panggilan.

Oppa kau bercanda?” tanya suara diseberang.

“Aku tak sedang bercanda Jennie~ya. Kulihat mata Jisoo mengeluarkan banyak darah, jika terjadi sesuatu dengan pengelihatannya ambillah mataku sebagai penggantinya. Kumohon, lakukan ini untukku. Jaga dirimu… Jennie~ya!” ucapku tersendat menahan rasa sakit yang teramat pada bagian perutku yang ditusuk tadi.

Oppa... Oppa....” suara terakhir yang mampu kudengar sebelum aku ambruk tak mampu menahan rasa sakit itu.

Author POV

Suara ambulance terdengar di jalanan kota Seoul. Membawa seorang yeoja dan seorang namja didalamnya. Ambulance itu terlihat sedang terburu-buru menuju rumah sakit untuk menyelamatkan orang-orang didalamnya.

-000-

Dalam sebuah ruang perawatan terlihat seorang yeoja yang terbaring disana ditemani beberapa yeoja lain dalam ruangan yang sama. Telah melewati waktu seminggu, namun yeoja itu masih belum siuman juga. Seorang yeoja yang duduk pada sebuah kursi terlihat tengah cemas memegang tangan pasien yang belum siuman itu.

Unnie, kenapa semuanya jadi seperti ini. Ayolah cepat bangun, aku tak mau kehilangan satu lagi orang yang kusayangi.” ucap yeoja itu lirih.

Hari ini telah memasuki hari ke-8 yeoja itu terbaring disana. Selang infus masih terpasang disana, juga alat bantu pernapsan untk menopang suplai oksigen. Yeoja bernama Jennie itu tetap berkeras hati tak ingin meninggalkan rumah sakit sebelum temannya siuman.

Jennie~ya, kenapa kau tidur disini? Lebih baik kau pulang, biar aku yang ganti menjaganya.” ucap Eunbi sebagai unnie tertua dalam group.

Ani, aku ingin menemani Jisoo unnie sampai dia membuka matanya lagi dan tersenyum padaku.” ucap yeoja bernama Jennie.

Dua minggu telah berlalu semenjak kejadian itu, Jisoo kini telah siuman.

“Mana Jiwon?” tanya Jisoo begitu terbangun dari tidur panjangnya.

“Bobby oppa... aku… tak sanggup mengatakannya padamu, unnie.” ucap Jennie terpenggal dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Waeyo? Ada apa dengan Jiwon?” tanya Jisoo semakin khawatir melihat Jennie yang kini tak bisa menahan air matanya.

“Aku akan memberitahumu setelah kau pulang dari rumah sakit.” jawab Jennie berlari keluar ruangan tak ingin memperlihatkan air matanya pada Jisoo.

-000-

“Dia menitipkan ini padamu.” ucap Jennie menyerahkan surat yang Bobby titipkan.

Dengan perlahan Jisoo membuka amplop berisikan surat itu. Mencermati tiap huruf yang tertulis disana, membacanya sampai ia sendiri tak sadar telah mengeluarkan air mata. Jisoo menangis dan tak mempercayai apa yang telah ia baca.

Jisoo~ssi, kurasa kau tak akan pernah bisa menemuiku lagi setelah membaca surat ini. Entah mengapa beberapa hari ini aku merasa telah dibuntuti malaikat pencabut nyawa yang telah siap membawaku dengan lift menuju surga. Aku menyayangimu sejak pertama kali kita bertemu, tapi aku tak pernah menunjukkannya padamu karena aku tak mau membuatmu terluka pada akhirnya. Aku tak akan banyak bicara padamu. Aku hanya akan menjadi matamu saat kau membutuhkan, menjadi kakimu saat kau tak mampu berdiri dan menjadi tanganmu saat kau tak mampu menggapai. Aku menyayangimu, jaga dirimu baik-baik. Tetaplah berjuang untuk menjadi bintang Hallyu, fighting!

“Ini bukan kenyataan kan?” gumam Jisoo begitu selesai membaca surat itu.

Jisoo POV

Aku berjalan dengan gontai membawa rangkaian bunga mawar menuju sebuah tempat di daerah Ilsan. Sebenarnya aku masih tak mempercayai semua ini, aku ingin mengelak dari kenyataan. Tapi takdir tak mengizinkanku untuk sekali saja bisa mengucapkan terima kasih padanya. Aku yang selama ini telah banyak merepotkannya dan tak sempat membalas semua kebaikannya.

Jiwon~ssi, kenapa kau sama sekali tak memberiku kesempatan untuk mengucapkan terimakasihku?” ucapku meletakkan bunga itu pada sebuah loker kaca yang berisi sebuah gucci dengan beberapa foto namja didalamnya.

“Kenapa kau tak menghukumku, orang yang telah membuat nyawamu melayang?” ucapku terpenggal.

“Kau justru membuatku semakin merasa bersalah dengan memberikan mata indahmu padaku.” lanjutku masih berbicara didepan loker kaca itu.

“Seharusnya kau membiarkanku kehilangan pengelihatanku sebagai hukuman telah membuatmu pergi, Jiwon~ssi.” ucapku menahan air mata ini mengalir kembali.

“Kenangan indah bersamamu kini terasa seperti pisau belati untukku Jiwon~ssi gumamku lirih.

“Kau tau, terkadang cinta akan muncul disaat orang yang kau kasihi justru telah pergi jauh darimu.” ucapku sebelum pergi dari tempat itu.

Aku tak menyadari betapa berartinya seorang Kim Jiwon bagiku sebelumnya. Ternyata dialah orang yang bisa membuatku mengerti makna hidup ini dan mengajarkanku makna cinta secara tak langsung. Kurasa aku tak akan menemukan orang seperti itu lagi di dunia ini. Aku mendapatkan banyak palajaran berharga darinya, dan aku tak akan pernah bisa membalas semua kebaikannya. Tapi aku akan terus mengenangnya di dalam lubuk hatiku yang paling dalam sebagai seorang Kim Jiwon, malaikatku yang selalu menjagaku.


 

ACE's B-Golds JackVIP Copyright © 2011 Designed by Dita Blogger Template Sponsored by web hosting